a. Nubuat yang dipenuhi sendiri. Karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Bila seseorang mahasiswa menganggap
dirinya sebagai orang yang rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik, mempelajari materi kuliah dengan
sungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai akademis yang baik. b. Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan komunikasi,
dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi dekat
pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan baru.
c. Percaya diri self confidence. Keinginan untuk menutup diri, selain karena konsep diri yang negatif timbul dari kurangnya kepercayaan kepada kemampuan
sendiri. Orang yang kurang percaya diri akan cenderung sedapat mungkin menghindari situasi komunikasi. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal
sebagai communication apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri. Tentu tidak semua aprehensi
komunikasi disebabkan kurangnya percaya diri; tetapi di antara berbagai faktor, percaya diri adalah yang paling menentukan. Untuk meningkatkan percaya diri,
menumbuhkan konsep diri yang sehat menjadi perlu seperti yang dikatakan Maxwell Maltz, seorang tokoh Psikosibernetik, ”Believe in yourself and you’ll
succeed” d. Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena
konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri terpaan selektif, bagaimana kita mempersepsi pesan persepsi selektif, dan apa
yang kita ingat ingatan selektif.
2.2.5. TEORI DISONANSI KOGNITIF
2.2.5.1. Pengertian Teori Disonansi Kognitif
Menurut Leon Festinger West,2011:137, disonansi kognitif merupakan perasaan yang dimiliki orang ketika mereka menemukan diri mereka sendiri
melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang mereka ketahui, atau mempunyai pendapat yang tidak sesuai dengan pendapat lain yang mereka
Universitas sumatera Utara
pegang. Festinger berpedapat bahwa disonansi adalah sebuah perasaan tidak nyaman yang memotivasi orang untuk mengambil langkah demi mengurangi
ketidaknyamanan itu. Menurut Roger Brown West,2011:137, keadaan disonansi kognitif
dikatakan sebagai keadaan ketidaknyamanan psikologis atau ketegangan yang memotivasi usaha-usaha untuk mencapai konsonansi. Browns menyatakan teori
ini memiliki dua elemen untuk memiliki tiga hubungan yang berbedan satu sama lain yaitu konsonan, disonan, tidak relevan,
Hubungan konsonan ada antar dua elemen yang berada pada posisi seimbang satu sama lain. Misalnya, jika seseorang yakin bahwa kesehatan itu
penting makan orang tersebut akan rajin berolahraga. Hubungan disonan mempunyai elemen-elemen yang tidak seimbang satu dengan lainnya. Contohnya,
penganut agama Katolok mendukung hak perempuan untuk memilih melakukan aborsi. Sementara agama lainnya tidak memperbolehkan melakukan aborsi.
Hubungan tidak relevan ada ketika dua elemen tidak mempunyai makna hubungan satu sama lain.
2.2.5.2. Asumsi dari Teori Disonansi Kognitif
Teori disonansi kognitif adalah penjelasan mengenai bagaimana keyakinan dan perilaku mengubah sikap. Ada empat asumsi dasar dari teori
disonansi kognitif ini West,2011:139-140, yaitu : 1.
Manusia memiliki hasrat akan adanya konsistensi pada keyakinan, sikap dan perilakunya
Asumsi ini menekankan pada sebuah model mengenai sifat dasar dari manusia yang mementingkan adanya stabilitas dan konsistensi.
2. Disonansi diciptakan oleh inkonsistensi psikologis
Asumsi ini berbicara mengenai jenis konsistensi yang paling penting bagi orang. Teori ini tidak berpegang pada konsistensi logis yang kaku. Sebaliknya
teori ini merujuk pada fakta bahwa kognisi-kognisi harus tidak konsisten secara psikologis.
3. Disonansi adalah perasaaan tidak suka yang mendorong orang untuk
melakukan tindakan-tindakan dengan dampak yang dapat diukur.
Universitas sumatera Utara
Asumsi ini menyatakan bahwa ketika orang mengalami inkonsistensi psikologis disonansi yang tercipta menimbulkan perasaan tidak suka. Jadi, orang
tidak senang berada dalam keadaan disonansi, hal ini merupakan suatu keadaan yang tidak nyaman.
4. Disonansi akan mendorong usaha untuk memperoleh konsonansi dan
usaha untuk menngurangi disonansi. Teori ini mengasumsikan bahwa ransangan yang diciptakan oleh
disonansi akan memotivasi orang untuk menghindari situasi yang menciptakan inkonsistensi dan berusaha mencari situasi yang mengembalikan konsistensi.
2.2.5.3. Disonansi Kognitif dan Persepsi