Asumsi ini menyatakan bahwa ketika orang mengalami inkonsistensi psikologis disonansi yang tercipta menimbulkan perasaan tidak suka. Jadi, orang
tidak senang berada dalam keadaan disonansi, hal ini merupakan suatu keadaan yang tidak nyaman.
4. Disonansi akan mendorong usaha untuk memperoleh konsonansi dan
usaha untuk menngurangi disonansi. Teori ini mengasumsikan bahwa ransangan yang diciptakan oleh
disonansi akan memotivasi orang untuk menghindari situasi yang menciptakan inkonsistensi dan berusaha mencari situasi yang mengembalikan konsistensi.
2.2.5.3. Disonansi Kognitif dan Persepsi
Teori disonansi kognitif ini memprediksi bahwa orang akan menghindari informasi yang meningkatkan disonansi. Ada beberapa proses perseptual yang
merupakan dasar dari penghindaran ini West,2011:142-143, yaitu : 1.
Terpaan Selektif, metode ini untuk mengurangi disonansi dengan mencari informasi yang konsonan dengan keyakinan dan tindakan yang ada saat
ini. 2.
Perhatiaan Selektif, metode ini mengurangi disonansi dengan memberikan perhatian pada informasi yang konsonan dengan keyakinan dan
tindakan yang ada saat ini. 3.
Interpretasi Selektif, metode ini untuk mengurangi disonansi dengan menginterpretasikan informasi yang ambigu sehingga informasi ini menjadi
konsisten dengan keyakinan dan tindakan yang ada saat ini. 4.
Retensi Selektif, metode untuk mengurangi disonansi dengan mengingat informasi yang konsonan dengan keyakinan dan tindakan yang ada saat ini.
2.2.6. TEORI INTERAKSI SIMBOLIK
2.2.6.1 Pengertian Teori Interaksi Simbolik
Komunikasi merupakan bentuk interaksi. Komunikasi adalah kendaraan atau alat yang digunakan untuk bertingkah laku dan untuk memahami serta
memberi makna terhadap segala sesuatu Morissan dan Wardhany,2009:11.
Universitas sumatera Utara
Interaksi simbolik adalah suatu cara berpikir mengenai pikiran mind, diri dan masyarakat yang telah memberikan banyak kontribusi kepada tradisi
sosiokultural dalam membangun teori komunikasi Morissan dan Wardhany,2009:74.
George Herbert Mead dipandang sebagai pembangun paham interaksi simbolik ini. Ia mengajarkan bahwa makna muncul sebagai hasil interaksi di
antara manusia, baik secara verbal maupun non verbal. Melalui aksi dan respon yang terjadi, maka memberikan makna ke dalam kata-kata atau tindakan, dan
karenanya dapat memahami suatu peristiwa dengan cara-cara tertentu Morissan dan Wardhany,2009:75.
2.2.6.2 Prinsip Dasar Teori Interaksi Simbolik
Menurut Blumer Santoso dan Setiansah,2010:22-23 ada tiga prinsip dasar interaksionisme simbolik yaitu :
1. Meaning
Blumer mengawali teorinya dengan premis bahwa perilaku seseorang terhadap sebuah obyek atau orang lain ditentukan oleh makna yang dia pahami
tentang obyek atau orang tersebut. 2.
Languange Seseorang memperoleh makna atas sesuatu hal melalui interaksi. Makna
adalah hasil interaksi. Makna tidak melekat pada obyek, melainkan diinegosiasikan melalui penggunaan bahasa. Bahasa adalah bentuk dari simbol.
3. Thought
Menurut Blumer, “an individual’s interpretation of symbol is modified by his or her own thought processes”. Interaksi simbolik menjelaskan proses berpikir
sebagai inner conversation. Secara sederhana proses menjelaskan bahwa seseorang melakukan dialog dengan dirinya sendiri ketika berhadapan dengan
sebuah situasi dan berusaha untuk memaknai situasi tersebut. Untuk bisa berpikir maka seseorang memerlukan bahasa dan mampu untuk berinteraksi secara
simbolik.
2.2.6.3 Asumsi Teori Interaksi Simbolik
Universitas sumatera Utara
Interaksi simbolik didasarkan pada ide-ide mengenai diri dan hubungannya dengan masyarakat. Karena ide ini dapat diinterpretasikan secara
luas, akan dijelaskan secara detail tema-tema teori ini, dalam prosesnya, dan dijelaskan kerangka asumsi teori ini.
Menurut Ralph LaRossa dan Donald C. Reitzes West,2011:98 telah mempelajari teori interaksi simbolik yang berhubungan dengan kajian orang tua
dan memperlihatkan tiga tema besar, yaitu :
1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia
2. Pentingnya konsep mengenai diri
3. Hubungan antara individu dengan masyarakat
1. Pentingnya Makna Bagi Perilaku Manusia
Suatu objek dapat berupa aspek tertentu dari realitas individu apakah itu benda, kualitas, peristiwa, situasi atau keadaan. Bagi Kuhn, penamaan objek
adalah penting guna menyampaikan makna suatu objek Morissan,2009:75. Menurut pandangan interaksi simbolik, makna suatu objek sosial serta sikap dan
rencana tindakan tidak merupakan ssesuatu yang terisolir satu sama lain. Seluruh ide paham interaksi simbolik menyatakan bahwa makna muncul melalui interaksi.
Tujuan dari interaksi menurut interaksi simbolik untuk menciptakan makna yang sama karena tanpa makna yang sama berkomunikasi akan menjadi sangat sulit ,
atau bahkan tidak mungkin West,2011:99. Menurut LaRossa dan Reitzes, ada tiga asumsi yang mendukung
pentingnya makna bagi perilaku manusia yang diambil dari karya Herbert Blumer, West,2011:99-100yaitu :
a. Manusia Bertindak Terhadap Manusia Lainnya Berdasarkan Makna yang
Diberikan Orang Lain Kepada Mereka. Asumsi ini menjelaskan perilaku sebagai suatu rangkain pemikiran dan
perilaku yang dilakukan secara sadar antara rangsangan dan respons orang berkaitan dengan rangsangan tersebut. Mereka mencari makna dengan
mempelajari psikologis dan sosiologis mengenai perilaku. Menurut Rogers
Universitas sumatera Utara
Thomas, membuat makna yang sesuai dengan kekuatan sosial yang membentuk dirinya.
Makna yang kita berikan pada simbol merupakan produk dari interaksi sosial dan menggambarkan kesepakatan kita untuk menerapkan makna tertentu
pada simbol tertentu. b.
Makna Diciptakan dalam Interaksi Antarmanusia Menurut Mead, makna dapat ada hanya ketika orang-orang mempunyai
interpretasi yang sama mengenai simbol yang dipertukarkan dalam interaksi. Menurut Blumer, ada tiga cara untuk menjelaskan asal sebuah makna, yaitu :
1. Makna adalah sesuatu yang bersifat intrinsik dari suatu benda
2. Makna terdapat dalam orang bukan benda, makna dijelaskan dengan
mengisolasi elemen-elemen psikologis di dalam seorang individu yang menghasilkan makna.
3. Melihat makna sebagai sesuatu yang terjadi diantara orang-orang .
Makna adalah “produk sosial” atau “ciptaan yang dibentuk dalam dan melalui pendefenisian aktivitas manusia ketika mereka berinteraksi.
c. Makna Dimodifikasi Melalui Proses Interpretif
Blumer menyatakan bahwa proses interpretif ini memiliki dua langkah yaitu yang pertama, menentukan benda-benda yang mempunyai makna. Blumer
berargumen bahwa bagian dari proses ini berbeda ari pendekatan psikologis dan terdiri atas orang yang terlibat di dalam komunikasi dengan dirinya sendiri. Yag
kedua, melibatkan si pelaku untuk memilih, mengecek, dan melakukan transformasi makna di dalam konteks di maba mereka berada.
2. Pentingnya Konsep Diri
Konsep diri merupakan seperangkat perspektif yang relatif stabil yang dipercayai orang mengenai dirinya sendiri. Pertanyaan “siapakah saya?” dapat
membentuk konsep diri. Orang-orang yang mengembangkan konsepndiri, dalam interaksi simbolik adalah orang – orang yang menggambarkan individu dengan
diri yang aktif, didasarkan pada interaksi sosial. Menurut Ralph LaRossa dan Donald C. Reitzes West,2011:101-102, ada dua asumsi mengenai konsep diri,
yaitu :
Universitas sumatera Utara
a. Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan
orang lain. Asumsi ini menyatakan orang-orang tidak terlahir dengan konsep diri;
mereka belajar melalui kontak dengan orang lain. Seseorang mempunyai perasaan akan diri merupakan hasil dari kontaknya dengan orangtua, guru, dan lainnya.
Peneliti-peneliti awal mengenai keluarga seperti Edgar Burgess menyatakan bahwa pentingnya keluarga sebagai sebuah institusi untuk bersosialisasi. Burgess
juga menyatakan bahwa anak dan orangtua berselisih paham mengenai konsep diri. Konteks sosial dan interaksi adalah suatu yang penting untuk menyelidiki
siapa diri kita. b.
Konsep Diri Memberikan Motif Penting Untuk Perilaku. Pemikiran bahwa keyakinan, nilai, perasaan, penilaian-penilaian
mengenai diri mempengaruhi perilaku adalah sebuah prinsip penting dalam interaksi simbolik. Meadn berpendapat bahwa karena manusia memiliki diri,
mereka memiliki mekanisme perilaku dan sikap. Mead melihat diri, sebagai sebuah proses bukan struktur . Predikasi pemenuhan diri adalah prediksi mengenai
diri sendiri yang menyebabkan diri tersebut berperilaku sedemikian sehingga hal tersebut benar-benar terjadi.
3. Hubungan Antara Individu dan Masyarakat
Hubungan antara individu dan masyarakat ini merupakan hubungan kebebasan individu dan batasan sosial. Ada dua asumsi West,2011:103-104,
yaitu : a.
Orang dan kelompok dipengaruhi oleh proses budaya sosial Asumsi ini mengakui bahwa norma-norma sosial membatasi perilaku
individu. Budaya secara kuat mempengaruhi perilaku dan sikap yang dianggap penting dalam konsep diri.
b. Struktur Sosial Dihasilkan Melalui Interaksi Sosial
Interaksi simbolik mempertanyakan pandangan bahwa struktur sosial tidak berubah serta mengaku bahwa individu dapat memodifikasi situasi sosial.
Interaksi simbolik percaya bahwa manusia adalah pembuat pilihan
.
Universitas sumatera Utara
2.2.7. MAHASISWA INDEKOS