dan adanya kesadaran diri untuk mengevalusi perilakunya sendiri merupak faktor yang membentuk konsep diri mahasiswa indekos tersebut Melalui interaksi ini
mahasiswa tersebut dapat menyelidiki tentang diri. Subjek penelitian adalah mahasiswa-mahasiswi yang berstatus aktif dan
tidak tinggal dengan orangtua anak kos di Universitas Sumatera Utara. Pemilihan lokasi penelitian di daerah sekitar Universitas Sumatera Utara
dilakukan mahasiswa indekos di USU ada yang berasal dari luar Medan yang tidak tinggal dengan orangtuanya. Peneliti ingin mengetahui konsep diri
mahasiswa ketika tinggal dengan orangtuanya dan konsep diri mahasiswa tersebut berkembang ketika menjadi mahasiswa indekos dimana konsep diri berkembang
karena adanya faktor-faktor lain ketika tidak tinggal bersama dengan orangtuanya. Bila melihat pada salah satu tujuan komunikasi antarpribadi adalah untuk
memelihara hubungan yang bermakna dengan orang lain, maka yang menjadi pertanyaannya adalah bagaimana proses pembentukkan konsep diri mahasiswa
indekos Universitas Sumatera Utara. Berdasarkan konteks masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti proses pembentukan konsep diri mahasiswa
indekos setelah menjadi anak kos.
1.2. FOKUS MASALAH
Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan di atas, peneliti merumuskan fokus masalah adalah “ Bagaimana Proses Pembentukan Konsep
Diri Mahasiswa Indekos Universitas Sumatera Utara Setelah Menjadi Anak Kos”.
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Untuk mengetahui karakteristik mahasiswa indekos Universitas Sumatera Utara
2. Untuk menggambarkan proses pembentukan konsep diri mahasiswa
indekos Universitas Sumatera Utara setelah menjadi anak kos.
Universitas sumatera Utara
1.4. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya komunikasi antarpribadi
yang berkaitan dengan pembentukan konsep diri. 2.
Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan di lingkungan
FISIP USU, khususnya di bidang ilmu komunikasi. 3.
Secara praktis, penelitian ini diharapakan dapat memberikan kontribusi bagi mahasiswa-mahasiswi dan orangtua yang berbeda tempat tinggal
sehingga dapat meningkatkan komunikasi dan kedekatan antara orangtua dan anak.
Universitas sumatera Utara
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. PARADIGMA KAJIAN
Paradigma adalah pandangan mendasar mengenai pokok persoalan, tujuan, dan sifat dasar bahan kajian. Paradigma penelitian kualitatif dilakukan
melalui proses induktif, yaitu berangkat dari konsep khusus ke umum, konseptualisasi, kategorisasi, dan deskripsi yang dikembangkan berdasarkan
masalah yang terjadi di lokasi penelitian. Paradigma kualitatif mencanangkan pendekatan humanistik untuk memahami realitas sosial para idealis, yang
memberikan suatu tekanan pada pandangan yang terbuka tentang kehidupan sosial dan paradigma kualitatif ini memandang kehidupan sosial sebagai kreatifitas
bersama individu-individu. Oleh karena itu, melalui paradigma kualitatif dapat menghasilkan suatu realitas yang dipandang secara objektif dan dapat diketahui
yang melakukan interaksi sosial Ghony dan Almanshur, 2012:73. Menurut Maxwell 1996, kelebihan paradigma adalah pemahaman
makna, dimana makna merujuk pada kognisi, afeksi, intense, dan apa saja yang berada di bawah paying perspektif partisipan. Peneliti bukan saja tertarik pada
aspek fisik pada kejadian itu, melainkan bagaimana mereka memaknai semua itu, dan bagaimana makna itu mempengaruhi tingkah laku informan. Fokus pada
makna seperti itu disebut intrepretif Maxwell dalam Ghony dan Almanshur,2012:77.
Dalam kegiatan kajian, paradigma kualitatif dijabarkan ke dalam langkah-langkah Ghony dan Almanshur,2012:77: 1 penentuan pumpun kajian
focus of study, yang mencakup kegiatan memilih masalah yang memenuhi syarat kelayakan dan kebermaknaan, 2 pengembangan kepekaan teoretik dengan
menelaah bahan pustaka yang relevan dan hasil kajian sebelumnya, 3 penentuan kasus atau bahan kajian, yang meliputi kegiatan memilih dari mana dan dari siapa
data diperoleh, 4 pengembangan protokol pemerolehan dan pengolahan data, yang mencakup kegiatan menetapkan piranti, langkah dan teknik pemerolehan
dan pengolahan data yang digunakan, 5 pelaksanaan kegiatan pemerolehan data, yang terdiri atas kegiatan mengumpulkan data lapangan atau melakukan
Universitas sumatera Utara
pembacaan naskah yang dikaji, 6 pengolahan data perolehan, yang meliputi kegiatan penyandian coding, pengkategorian categorizing, pembandingan
comparing, dan pembahasan discussing, 7 negosiasi hasil kajian dengan subjek kajian, dan 8 perumusan simpulan kajian, yang meliputi kegiatan
penafsiran dan penyatu-paduan interpreting and intergrating temuan ke dalam bangunan pengetahuan sebelumnya, serta saran bagi kajian berikutnya.
Karena sifat dasar bahan yang dikaji serta tujuan yang ingin dicapai, bisa saja langkah-langkah tersebut diubah menurut dinamika di lapangan. Fokus
kajian, misalnya mungkin mengalami penajaman dan perumusan ulang setelah peneliti melakukan penjajakan lapangan. Tentu saja, penajaman ulang perlu
dilakukan berdasarkan ketersediaan data, serta dimaksudkan untuk meningkatkan kebermaknaan kajian. Setiap kajian berparadigma interpretif harus memenuhi
kriteria: 1 keterpercayaan credibility, 2 kebergantungan dependability, dan 3 kepastian confirmability, dan 4 keteralihan transferability Ghony dan
Almanshur,2012:77. Kepercayaan membuktikan bahwa data perolehan dan simpulan kajian
benar-benar dapat dipercaya. Ketergantungan membuktikan bahwa temuan dan simpulan kajian benar-benar bersandar pada data mentah. Kepastian membuktikan
bahwa kebenaran temuan dan simpulan kajian bisa dilacak berdasarkan data perolehan. Sedangkan keteralihan membuktikan bahwa temuan dan simpulan
penelitian bisa diberlakukan pada kasus lain yang memiliki ciri-ciri sama dengan kasus yang dikaji
http:wajburni.wordpress.com20120117paradigma- penelitian-kualitatif
.
2.2 KAJIAN PUSTAKA