Aspek-aspek Kepribadian

2) Aspek-aspek Kepribadian

Kepribadian bisa dilihat dari berbagai aspek. Menurut Melania

H dalam Rismawaty, ada 10 aspek kepribadian yang bisa dijadikan sebagai standar untuk mengetahui dan mengembangkan kepribadian

50 Rismawaty, Kepribadian & Etika Profesi, (Yogyakarta; Graha Ilmu, 2008), 3.

51 Winarno Surakhmad, Psikologi Pemuda; Sebuah Pengantar dalam Perkembangan Pribadi dan Interaksi Sosialnya , (Bandung: Penerbit Jemmars, 1980), 100.

52 Ina Sastrowardoyo, Teori Kepribadian Rollo May, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), 30. 53 Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2004), 126.

seseorang, yakni: sikap/sifat individu, pengetahuan, keterampilan, kecerdasan, kesehatan, penampilan, sikap terhadap orang lain,

pengendalian diri/emosi, nilai/keyakinan, dan peranan/kedudukan. 54 Dari beberapa aspek kepribadian di atas dapat kita kelompok-

kelompokkan menjadi aspek kognitif (pengetahuan dan kecerdasan), aspek afektif (sikap/sifat individu, sikap terhadap orang lain, pengendalian diri/emosi), dan aspek psikomotor (keterampilan) dikarenakan terdapat pemaknaan yang sama.

Dalam bahasa kependidikan, yang menjadi obyek sasara pendidikan adalah: “Kemampuan intelektual (kognitif), sikap (afektif) dan

keterampilan (psikomotorik). Dalam istilah populer di kalangan Depdikbud yang menjadi garapan pendidikan adalah ketaqwaan, kecerdasan, budi pekerti, dan keterampilan, semua ini untuk

mudahnya disebut kepribadian”. 55 Dalam konteks pendidikan juga, secara garis besar Bloom dalam

Makmun membagi taksonomi perilaku manusia menjadi tiga kawasan, yaitu The Cognitive Domain (Kawasan Kognitif), The Affective Domain (Kawasan Afektif), dan The Psychomotor Domain (Kawasan

Konatif). 56

54 Rismawaty, Kepribadian & Etika Profesi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), 5-6. 55 Tohari Musnawar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami, (Yogyakarta: VII

Perss, 1992), 83. 56 Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan; Perangkat Sistem Pengajaran Modul,

(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), 26-27.

Berorientasi dari hal tersebut, maka yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini adalah ketiga aspek di atas, yakni aspek/ranah kognitif, aspek/ranah afektif, dan aspek/ranah psikomotor.

(a) Aspek/Ranah Kognitif (Intelegensi/Kecerdasan)

Yang dimaksud dengan ranah kognitif adalah merujuk pada pengayaan pengasahan otak agar kita menjadi melek pikir, melek metodologi yang merupakan kemampuan substansial dalam kehidupan kita kini dan masa mendatang. Kita menjadi pandai, pintar berpengetahuan, menguasai teknologi sehingga menjadi

manusia yang mandiri. 57 Agama Islam adalah agama yang universal, yang

mengajarkan kepada umat manusia mengenai berbagai aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrawi. Dalam memaham ajaran-ajaran yang terdapat di dalam Islam, akal mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, serta mana yang harus dikerjakan dan mana yang perlu dihindari.

Melihat fungsi akal sebagai alat untuk berfikir, maka haruslah diadakan pembinaan secara baik. Oleh karena itu, haruslah senantiasa diadakan pembinaan terhadap intelektual secara dinamis berdasarkan nilai-nilai lain yang ada di dalam ajaran Islam.

57 Rismawaty, Kepribadian & Etika Profesi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), 37.

Aspek kecerdasan atau intelektual menurut Islam termasuk penting dikembangkan, diarahkan, dan disandarkan kepada kebenaran ajaran Islam. Ini semua sangat relevan bila ditinjau dalam firman Allah SWT dalam surat Az-Zumar ayat 9.

“Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan

tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakal sehat yang dapat

orang-orang

yang

menerima pelajaran”. 58

Kaitannya dengan kepribadian, akal atau intelektual mempunyai peranan yang sangat penting dalam mewarnai kepribadiannya. Ini disebabkan karena hanya dengan akal sehat manusia bisa menerima pelajaran dan dapat membedakan mana yang hak dan mana yang bathil.

Itulah perlunya adanya pembinaan intelektual dalam rangka mengambil sikap dan pandangan hidup yang dapat direalisasikan dalam tingkah lakunya, guna memperoleh tindakan yang tepat dan benar. Hal ini disebabkan karena segala aktivitas manusia selama hidup di dunia akan diminta pertanggungjawabannya di akhirat kelak.

58 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2007), 459.

(b) Aspek/Ranah Afektif (Sikap)

Yang dimaksud ranah afektif adalah: “..menunjuk pada pengayaan, pengasahan kemampuan

berfikir kreatif, motivasi, disiplin, kepercayaan diri, meminimalkan/mengendalikan rasa takut dan kuatir, mengelola stress, prokrasitinasi, ketangguhan diri, penyesuaian diri, aktualisasi diri suara hati, tanggung jawab nilai, norma yang kalau semuanya itu direkatkan pada diri kita maka akan memberi kontribusi yang amat bermakna bagi pengembangan kemampuan kognitif, psikomotorik,

dan intreaktif”. 59 Sikap atau attitude sudah sejak lama menjadi salah satu

konsep yang dianggap paling penting dalam berbagai ilmu sosial. Pembahasan-pembahasan ilmu sosial jarang sekali meninggalkan pembicaraan masalah sikap individu sebagai anggota masyarakat atau sikap kelompok sebagai kumpulan-kumpulan individu.

Dalam Islam, pembinaan sikap bersumber dari hati (qolbu). Orang yang hatinya tertata dengan baik tak pernah merasa resah gelisah, tak pernah bermuram durja, tak pernah gundah gulana. Kemana pun pergi dan dimana pun berada, ia senantiasa mampu mengendalikan hatinya. Dirinya senantiasa berada dalam kondisi damai dan mendamaikan, tenang dan menenangkan, tenteram dan menenteramkan. Hatinya seperti embun yang menggelayut di dedaunan di pagi hari, jernih, bersinar, sejuk, dan menyegarkan. Hatinya tertambat bukan kepada barang-barang yang fana,

59 Rismawaty, Kepribadian & Etika Profesi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), 38.

melainkan selalu ingat dan merindukan Zat yang Maha Memberi Ketenteraman, Allah SWT.

Adalah kebalikannya dengan orang yang berhati semrawut dan kusam. Ia bagaikan kamar mandi yang kumuh dan tidak terpelihara. Lantainya penuh dengan kotoran. Lubang WC-nya masih belepotan sisa kotoran. Dindingnya kotor dan kusam. Gayungnya bocor, kotor, dan berlendir. Pintunya tak berselot. Krannya susah diputar dan air pun sulit untuk mengalir. Tak ada gantungan. Baunya membuat setiap orang yang menghampirinya menutup hidung. Sudah pasti setiap orang enggan memasukinya. Kalaupun ada yang sudi memasukinya, pastilah karena tak ada pilihan lain dan dalam keadaan yang sangat terdesak. Itu pun seraya menutup hidung dan menghindarkan pandangan sebisa- bisanya.

Begitu pun keadaannya dengan orang yang berhati kusam. Ia senantiasa tampak resah dan gelisah. Hatinya dikotori dengan buruk sangka, dendam kesumat, licik, tak mau kompromi, mudah tersinggung, tidak senang melihat orang lain berbahagia, kikir, dan lain-lain penyakit hati yang terus menerus menumpuk, hingga sulit untuk dihilangkan.

Bagi orang yang demikian, selain derajat kemuliannya akan jatuh di hadapan manusia, juga di hadapan Allah. Ini dikarenakan hari-harinya selalu diwarnai dengan aneka perbuatan yang Bagi orang yang demikian, selain derajat kemuliannya akan jatuh di hadapan manusia, juga di hadapan Allah. Ini dikarenakan hari-harinya selalu diwarnai dengan aneka perbuatan yang

"Dan bahwasannya manusia tidak akan memperoleh (sesuatu), selain dari apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasannya kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan diberikan balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna" (QS. An Najm: 39-41).

Orang yang hatinya tertata rapih adalah orang yang telah berhasil merintis jalan ke arah kebaikan. Ia tidak akan tergoyahkan dengan aneka rayuan dunia yang tampak menggiurkan. Ia akan melangkah pada jalan yang lurus. Dititinya tahapan kebaikan itu hingga mencapai titik puncak. Sementara itu ia akan berusaha sekuat-kuatnya untuk berusaha sekuat-kuatnya untuk memelihara dirinya dari sikap riya, ujub, dan perilaku rendah lainnya. Oleh karenanya, surga sebaik-baiknya tempat kembali, tentulah telah disediakan bagi kepulangannya ke yaumil akhir kelak. Bahkan ketika hidup di dunia yang singkat ini pun ia akan menikmati buah dari segala amal baiknya.

Dari penjelasan tersebut di atas, dapat diambil suatu asumsi bahwa pembinaan sikap merupakan pendidikan dasar yang harus diberikan dalam rangka mengadakan pembinaan kepribadian terhadap individu agar ia menjadi manusia yang mempunyai kepribadian baik.

(c) Aspek/Ranah Psikomotor (Keterampilan)

Aspek kepribadian lain yang perlu dikembangkan adalah aspek keterampilan atau aspek psikomotorik. Hal yang menunjuk pada pengayaan, pengasahan kemampuan, keterampilan motorik masuk dalam ranah

psikomotor 60 . Istilah keterampilan berasal dari kata terampil, yang dalam kehidupan sehari-hari dapat kita artikan kedua tangan yang

kita miliki dapat dipergunakan untuk mengerjakan pekerjaan secara cepat, tepat, dan baik.

Dalam kehidupan sosio-kultural manusia dituntut untuk mempunyai kemampuan keterampilan dalam menuhi kebutuhan hidupnya. Melihat eksistensi manusia sebagai makhluk jasmaniah dan rohaniah, maka sebagai makhluk jasmaniah manusia memiliki sejumlah kebutuhan jasmaniah, seperti sandang, pangan, papan dan sebagainya. Guna memenuhi dan mencukupi kebutuhan jasmaniah itu manusia dituntut untuk bekerja dan berusaha sesuai dengan

60 Lock Cit.

kemampuan atau keterampilan yang dimilikinya. Hal ini dapat ditinjau dari firman Allah SWT:

“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu

kerjakan” (QS. At-Taubah:105). 61 Atas dasar tuntutan bekerja inilah, dalam pendidikan

kepramukaan di Gerakan Pramuka STAIN Jember berusaha dan berupaya untuk senantiasa memberikan pendidikan keterampilan sebagai bekal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan adanya pendidikan keterampilan ini dimaksudkan agar anggota Pramuka dapat melakukan sesuatu pekerjaan dengan efektif dan efisien. Sehingga nanti apabila sudah kembali dan terjun di dalam kehidupan masyarakat tidak lagi mempunyai kecanggungan di dalam bertindak. Ketiga ranah tersebut di atas amat perlu dikembangkan agar dengan

demikian semua potensi yang kita miliki dan pembinaan kepribadian yang kita laksanakan dapat teraktualisasikan secara maksimal.

61 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2007), 203.