menyelimuti pohon sawit disekitarnya dan apabila berada disekitarnya agak sulit bernafas.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian yang berjudul: Gambaran kualitas udara dan keluhan gangguan pernapasan pada
masyarakat yang tinggal di kawasan pabrik kelapa sawit PKS PTPN IV kebun Sosa II kabupaten Padang Lawas tahun 2013.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas bahwasanya sektor industri kelapa sawit dapat mengeluarkan bahan pencemar berupa partikel debu PM
10
dan Transportasi yang digunakan dalam pengangkutan buah yang berkontribusi mengeluarkan gas polutan
berupa karbon monoksida CO yang keduanya berpotensi mengakibatkan pencemaran udara dan memberikan dampak kesehatan berhubungan dengan gangguan pernapasan
kepada masyarakat yang tinggal di kawasan industri pabrik kelapa sawit tersebut, untuk itu perlu dil
akukan penelitian yang berjudul “Gambaran kualitas udara dan keluhan gangguan pernapasan pada masyarakat yang tinggal di kawasan pabrik
kelapa sawit PKS PTPN IV kebun Sosa II kabupaten Padang Lawas ”.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kualitas udara dan keluhan gangguan pernapasan pada masyarakat yang tinggal di kawasan pabrik kelapa sawit PKS PTPN IV
kebun Sosa II Kabupaten Padang Lawas
Universitas Sumatera Utara
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui kadar debu PM
10
di kawasan pabrik kelapa sawit. 2.
Untuk mengetahui karbon monoksida CO di kawasan pabrik kelapa sawit.
3. Untuk mengetahui karakteristik responden yang tinggal di kawasan pabrik
kelapa sawit. 4.
Untuk mengetahui keluhan gangguan pernapasan yang terjadi pada masyarakat yang tinggal dikawasan pabrik kelapa sawit.
5. Untuk mengetahui perbandingan kadar Debu PM
10
dan karbon monoksida CO di udara ambien dengan PP RI No 41 tahun 1999 pada kawasan industri
kelapa sawit.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi pada masyarakat di kawasan industri kelapa sawit
tentang efek dari kadar debu PM
10
dan karbon monoksida terhadap kesehatan
2. Memberikan masukan kepada pihak Industri pabrik kelapa sawit PTPN IV
kebun sosa II terhadap masyarakat dan lingkungan 3.
Menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis yang berhubungan dengan gambaran kualitas udara dan keluhan gangguan pernapasan pada masyarakat
yang tinggal di kawasan pabrik kelapa sawit PKS PTPN IV kebun Sosa II kabupaten Padang Lawas.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pencemaran Udara
2.1.1. Pengertian Pencemaran Udara
Keputusan Menteri Negara kependudukan dan Lingkungan Hidup R.I KEP- 03 MENKLHII1991 menyebutkan:
“Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau kelompok lain keudara oleh kegiatan manusia atau proses alam,
sehingga kualitas udara turun sampai ketingakat tertentu yang menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya”
Mulia, 2005. Pencemaran udara adalah adanya bahan polutan di atmosfer yang dalam
konsentrasi tertentu akan mengganggu keseimbangan dinamik atmosfer dan mempunyai efek pada manusia dan lingkungannya Mukono, 2005
Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat
dideteksi oleh manusia yang dapat dihitung dan diukur serta dapat memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi dan material Mukono, 2008.
Berdasarkan buletin WHO yang dikutip Holzworth Cormick 1976:690, penentuan pencemar atau tidaknya udara suatu daerah berdasarkan parameter sebagai
berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Parameter pencemar Udara No
Parameter Udara bersih
Udara tercemar 1.
Bahan partikel 0,01-0,02 mgm3
0,07- 0,7 mgm3
2.
SO
2
0,003-0,02 ppm 0,02- 2 ppm
3.
CO 1 ppm
5- 200 ppm
4. NO
2
0,003- 0,02 ppm 0,02
– 0,1 ppm
5. CO
2
310- 330 ppm 350
– 700 ppm
6. Hidrokarbon
1 ppm 1
– 20 ppm
Sumber : Buletin Who dalam Mukono, 2005
2.1.2. Penyebab Pencemaran Udara
Menurut Sunu 2001, secara umum penyebab pencemaran udara ada 2 macam, yaitu:
a. Karena faktor internal secara alamiah yaitu:
1 Debu yang beterbangan akibat tiupan angin misalnya debu jalan raya.
2 Abu debu yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi beserta gas-gas
vulkanik. 3
Proses pembusukan sampah organik. b.
Karena faktor eksternal akibat ulah manusia yaitu: 1
Hasil pembakaran bahan bakar fosil. 2
Debuserbuk dari kegiatan industri. 3
Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Klasifikasi Bahan Pencemar Udara
Bahan pencemar udara atau polutan dapat dibagi menjadi dua bagian Mukono, 2006 yaitu:
1. Polutan primer
Polutan primer adalah polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber tertentu dan dapat berupa:
a. Polutan gas terdiri dari:
1. Senyawa karbon, yaitu hidrokrbon, hidrokarbon teroksigenasi, dan karbon
oksida CO atau CO
2
. 2.
Senyawa sulfur, yaitu sulfur oksida. 3.
Senyawa nitrogen, yaitu nitrogen oksida dan amoniak 4.
Senyawa halogen, yaitu flour, klorin, hidrogen klorida, hidrokarbon terklorinasi, dan bromin.
b. Partikel
Partikel dalam atmosfer mempunyai karakteristik spesifik, dapat berupa zat padat maupun suspensi aerosol cair. Bahan partikel tersebut dapat berasal dari
proses kondensasi, proses dispersi proses menyemprot spraying maupun proses erosi bahan tertentu. Asap smoke seringkali dipakai untuk menunjukkan
campuran bahan partikulat paticulate matter, uap fumes, gas dan kabut mist Mukono, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Adapun yang dimaksud dengan: 1
Asap, adalah partikel karbon yang sangat halus sering disebut jelaga dan merupakan hasil dari pembakaran yang tidak sempurna.
2 Debu, adalah partikel padat yang dihasilkan oleh manusia atau alam dan
merupakan hasil proses pemecahan suatu bahan. 3
Uap, adalah partikel padat yang merupakan hasil dari proses sublimasi, distilasi atau reaksi kimia.
4 Kabut, adalah partikel cair dari reaksi kimia dan kondensasi uap air.
Berdasarkan ukuran, secara garis besar partikel dapat merupakan suatu: 1.
Partikel debu kasar coarse particle, jika diameternya 10 mikron. 2.
Partikel debu, uap dan asap, jika diameternya diantara 1 - 10 mikron. 3.
Aerosol, jika diameternya 1 mikron. Penyebab pencemaran lingkungan di atmosfer biasanya berasal dari sumber
kendaraan bermotor dan atau industri. Bahan pencemar yang dikeluarkan antara lain adalah gas NO
2
, SO
2
, SO
3
, ozon, CO, HC, dan partikel debu. Gas NO
2
, SO
2
, HC dan CO dapat dihasilkan dari proses pembakaran oleh mesin yang menggunakan
bahan bakar yang berasal dari bahan fosil Mukono, 2008. Menurut Agusnar 2007 sumber polusi utama berasal dari transportasi,
dimana hampir 60 dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15 terdiri dari hidrokarbon, Sumber- sumber polusi lainnya misalnya
pembakaran, proses industri, pembuangan limbah, dan lain-lain.
2. Polutan sekunder
Universitas Sumatera Utara
Menurut Mukono, 2005, polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih bahan kimia di udara, misalnya reaksi foto kimia, sebagai contoh
adalah disosiasi NO
2
yang menghasilkan NO dan O radikal. Proses kecepatan dan arah reaksinya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1 Konsentarsi relatif dari bahan reaktan
2 Derajat foto aktivasi
3 Kondisi iklim
4 Topografi lokal dan adanya embun
Polutan sekunder ini mempunyai sifat fisik dan sifat kimia yang tidak stabil. Termasuk dalam polutan sekunder ini adalah ozon, Peroxy acyl Nitrat PAN dan
Formaldehida Mukono, 2011.
2.1.4. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Udara
Beberapa keadaan cuaca yang dapat mempengaruhi kualiatas udara Junaidi, 2002 yaitu:
1. Suhu udara
Suhu udara dapat mempengaruhi konsentrasi pencemar udara. Suhu udara yang tinggi menyebabkan udara makin renggang sehingga konsentrasi
pencemar menjadi makin rendah. Sebaliknya pada suhu yang dingin keadaan udara makin padat sehingga konsentrasi pencemar di udara tampaknya makin
tinggi.
2. Kelembapan
Universitas Sumatera Utara
Kelembapan udara dapat mempengaruhi konsentrasi pencemar di udara. Pada kelembapan yang tinggi maka kadar uap air di udara dapat bereaksi dengan
pencemar udara, menjadi zat lain yang tak berbahaya atau menjadi pencemar sekunder.
3. Tekanan udara
Tekanan udara dapat mempercepat atau menghambat terjadinya suatu reaksi kimia antara pencemar dengan zat pencemar diudara atau zat-zat yang ada di
udara, sehingga pencemar udara dapat bertambah maupun berkurang 4.
Angin Angin adalah udara yang bergerak. Akibat pergerakan udara maka akan terjadi
suatu proses penyebaran sehingga dapat mengakibatkan pengenceran dari bahan pencemaran udara, sehingga kadar suatu pencemar pada jarak tertentu
sumber akan mempunyai kadar yang berbeda. Demikian juga halnya dengan arah dan kecepatan angin dapat mempengaruhi kadar bahan pencemar
setempat 5.
Sinar matahari Sinar matahari juga mempengaruhi kadar pencemar udara, karena dengan
adanya sinar matahari tersebut maka beberapa pencemar di udara dapat dipercepat atau diperlambat reaksinya dengan zat-zat lain di udara sehingga
sehingga kadarnya dapat berbeda menurut banyaknya sinar matahari yang
menyinari bumi. Demikian juga halnya mengenai banyaknya panas
Universitas Sumatera Utara
matahari yang sampai ke bumi, yang dapat mempengaruhi kadar pencemar udara
6. Curah hujan
Curah hujan yang merupakan suatu partikel air di udara yang bergerak dari atas jatu ke bumi, dapat menyerap pencemar gas tertentu kedalam partikel
air, serta dapat menangkap partikel debu baik yang inert maupun partikel debu yang lain, menempel pada partikel air dan di bawa jatuh ke bumi.
Dengan demikian pencemar dalam bentuk partikel dapat berkurang konsentrasinya akibat jatuhnya hujan.
2.1.5. Sumber Pencemaran Udara
Sumber pencemaran yang utama berasal dari transportasi, dimana hampir 60 dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15
terdiri dari hidrokarbon. Sumber-sumber polusi lainnya misalnya pembakaran, proses industri, pembuangan limbah dan lainnya Agusnar, 2007.
Sumber pencemar udara dapat dikelompokkan menjadi sumber bergerak dan sumber tidak bergerak Sarudji, 2010.
1. Sumber Bergerak
Sumber pencemar udara bergerak dapat dikelompokkan menjadi: a. Kendaraan bermotor,
b. Pesawat terbang c. Kereta api dan
d. Kapal, Sarudji, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2. Baku Mutu Udara Emisi Sumber Bergerak
No Kategori
Kendaraan Bahan
Bakar Uji tahap
Operasi CO grKm
Baku Mutu Hidrokarbon
grKm Maks
Rata- rata
Maks Rata-rata
Maks Rata-rata
1. Mobil
penumpang dengan tempat duduk
Maksimal 9 orang Bensin
10 28,2 24,6
4,2 3,6 3,7
3,1
2. Mobil dengan berat
dari 2-3 ton Bensin
10 31,4 26,8
4,8 4,3 3,7
3,3
3. Kendaraan bermotor
disel -Direct injection
-Inderect injection Solar
Solar 6
6 1.050 920
1.050 920 680 590
1.010 1.010
920 920
4. Kendaraan roda 2
-Untuk 4 tak -Untuk 2 tak
Bensin Bensin
Idling Idling
4,5 3.300
Keterangan : dalam ppm
Sumber : Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor
Kep-02MENKLHI1988
2. Sumber tak bergerak menetap
Menurut Sarudji, 2010, yang termasuk sumber pencemar dari bahan bakar bersumber menetap adalah pembakaran beberapa jenis bahan bakar yang diemisikan
pada suatu lokasi yang tetap. Bahan bakar tersebut terdiri atas batu bara, minyak bakar, gas alam, dan kayu destilasi minyak. Berbeda dengan sarana transportasi,
sumber pencemar udara menetap mengemisikan polutan pada udara ambien tetap, sehingga dalam pengelolaan lingkungannya perlu perencanaan yang matang,
misalnya harus dipertimbangkan keadaan geografi dan tofografi, metereologi, serta rencana tata ruang di wilayah tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Karbon Monoksida 2.2.1. Pengertian Karbon Monoksida
Karbon monoksida CO adalah suatu gas yang tidak bewarna, tidak berbau dan tidak berasa dengan jumlah sedikit di udara sekitar 0,1 ppm yang berada di
lapisan atmosfer, oleh karena itu lingkungan yang tercemar oleh gas CO tidak dapat dilihat oleh mata. Gas CO diproduksi oleh proses pembakaran yang tidak sempurna
dari bahan – bahan yang mengandung karbon. Gas CO dapat berbentuk cairan pada
suhu dibawah – 192 °C, gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar
fosil dengan udara, berupa gas buangan Wardhana, 2001. Menurut Sunu 2001, gas karbon monoksida sebagian besar berasal dari
pembakaran bahan bakar fosil dengan udara, berupa gas buangan yang tidak berwarna dan tidak bau dengan jumlah sedikit di udara sekitar 0,1 ppm yang berada
di lapisan atmosfer. Oleh karena itu lingkungan yang telah tercemar oleh gas CO tidak dapat di lihat oleh mata. Di daerah perkotaan yang lalu lintasnya padat,
konsentrasi gas CO dapat mencapai antara 10-15 ppm. Secara umum terbentunya gas CO adalah melalui proses berikut:
a. Pembakaran bahan bakar fosil dengan udara
b. Pada suhu tinggi terjadi reaksi antara karbon dioksida CO
2
dengan karbon C yang menghasilkan gas CO.
c. Pada suhu tinggi, CO
2
dapat terurai kembali menjadi CO Transportasi sangat diperlukan untuk mengangkut bahan baku dari daerah
pertambangan ketempat industri pabrik untuk diolah lebih lanjut menjadi bahan jadi
Universitas Sumatera Utara
produk. Selanjutnya dengan transportasi pula produk yang dihasilkan dibawa ke pemakai. Hal ini sejalan dengan kegiatan itu akan berdampak meluasnya pencemaran
lingkungan terutama pencemaran udara Wardhana, 2001.
2.2.2. Pengaruh Karbon Monoksida Terhadap Manusia
Bertambahnya gas CO, pada umumnya terjadi karena proses pembakaran tidak sempurna, terutama dari kendaraan atau mesin bermotor. Gas ini dapat
membentuk senyawa
yang stabil
dengan hemoglobin
darah menjadi
karboksihemoglobin. Senyawa tersebut dalam jumlah kecil tidak berbahaya, namun dalam jumlah besar akan berbahaya bahkan dapat mematikan. Pengaruhnya terhadap
kesehatan yaitu bahwa karbon monoksida dapat merintangi darah untuk mengangkut oksigen Sunu, 2001. Faktor penting yang menentukan pengaruh CO terhadap tubuh
manusia adalah konsentrasi COHb yang terdapat dalam darah, dimana semakin tinggi persentase hemoglobin yang terikat dalam bentuk COHb, semakin parah pengaruhnya
terhadap kesehatan manusia. Konsentrasi COHb di dalam darah dipengaruhi secara langsung oleh konsentrasi CO dari udara yang terhisap Agusnar, 2007.
Keadaan normal konsentrasi CO di dalam darah berkisar antara 0,2 sampai 1,0 dan rata-rata sekitar 0,5. Kadar CO didalam darah dapat seimbang selama
kadar CO di atmosfer tidak meningkat dan pernafasan tetap konstan Mukono, 2008. Kadar 20 bpj CO dalam udara dapat menyebabkan manusia sakit, dalam waktu 30
menit 1300 ppm dapat menyebabkan kematian. Menghisap gas yang keluar dari knalpot mobil di ruang garasi tertutup lebih banyak menyebabkan kematian
Sastrawijaya, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3. Pengaruh Konsentrasi COHb di dalam Darah terhadap Kesehatan NO
Konsentrasi COHb di dalam darah
Pengaruhnya terhadap kesehatan
1. 1.0
Tidak berpengaruh 2.
1.0 – 2.0
Penampilan agak tidak normal 3.
2.0 – 5.0
Pengaruh terhadap sistem syaraf sentral, reaksi panca indera tidak normal, benda terlihat agak
kabur
4. ≥ 5.0
Perubahan fungsi jantung dan pulmonary 5.
10.0 – 80.0
Kepala pening, mual, berkunang – kunang, pingsan,
kesukaran bernafas, kematian.
Sumber : Manahan dalam Agusnar, 2007
2.3. Partikel Debu 2.3.1. Pengertian Debu
Debu adalah partikel-partikel zat padat yang disebabkan oleh kekuatan- kekuatan alami atau mekanis, seperti pengolahan, penghancuran, pelembutan,
pengepakan yang cepat, peledakan dan lain-lain dari bahan-bahan organik maupun anorganik, misalnya batu, kayu, bijih logam, arang batu, butir-butir zat padat dan
sebagainya Suma’mur, 1998. Sedangkan menurut Sarudji 2010, dalam buku Kesehatan Lingkungan, debu
partikulat adalah bagian yang besar dari emisi polutan yang berasal dari berbagai macam sumber seperti mobil, truk, pabrik baja, pabrik semen, dan pembuangan
sampah terbuka. Mungkin hal ini sangat mengejutkan bahwa Environmental Protection Agency EPA memperkirkan bahwa kebakaran hutan menghasilkan
seperempat dari seluruh emisi partikulat. Sepertiga darinya berasal dari kebakaran hutan yang dapat dikendalikan dan dua pertiganya dari kebakaran hutan yang tak
terkendali.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Sifat Debu
Partikel debu sebagai pencemar udara mempunyai waktu hidup, yaitu pada saat partikel masih melayang-layang sebagai pencemar di udara sebelum jatuh ke
bumi. Waktu hidup partikel berkisar antara beberapa detik sampai beberapa bulan. Sedangkan kecepatan pengendapannya tergantung pada ukuran partikel, massa jenis
partikel serta arah dan kecepatan angin yang bertiup. Partikel yang sudah mati karena jatuh mengendap di bumi, dapat hidup kembali apabila tertiup oleh angin kencang
dan melayang-layang lagi di udara Wardhana, 2001. Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 1994 yang dikutip oleh Sihombing 2006, sifat-sifat debu adalah
sebagai berikut: 1. Mengendap
Debu cenderung mengendap karena gaya grafitasi bumi. Namun karena ukurannya yang relatif kecil berada di udara. Debu yang mengendap dapat
mengandung proporsi partikel yang lebih besar dari debu yang terdapat di udara. 2. Permukaan cenderung selalu basah
Permukaan debu yang cenderung selalu basah disebabkan karena permukaannya selalu dilapisi oleh lapisan air yang sangat tipis. Sifat ini menjadi
penting sebagai upaya pengendalian debu di tempat kerja. 3. Menggumpal
Debu bersifat menggumpal disebabkan permukaan debu yang selalu basah, sehingga debu menempel satu sama lain dan membentuk gumpalan.
Universitas Sumatera Utara
4. Listrik statis elektrostatik Sifat ini menyebabkan debu dapat menarik partikel lain yang berlawanan.
Adanya partikel yang tertarik ke dalam debu akan mempercepat terjadinya proses penggumpalan.
5. Opsis Opsis adalah debu atau partikel basah atau lembab lainnya dapat memancakan
sinar yang dapat terlihat pada kamar gelap. Menurut sifatnya, partikel dapat menimbulkan rangsangan saluran pernapasan, kematian karena bersifat racun, alergi,
fibrosis, dan penyakit demam Agusnar, 2008.
2.3.3. Sumber- Sumber Debu
Sumber pencemar partikel debu dapat berasal dari peristiwa alami dan dapat juga berasal dari ulah manusia dalam rangka mendapatkan kualitas hidup yang lebih
baik. Pencemaran partikel yang berasal dari alam Wardhana, 2001 antara lain: 1. Debu tanahpasir halus yang terbang terbawa oleh angin kencang.
2. Abu dan bahan-bahan vulkanik yang terlempar ke udara akibat letusan gunung berapi.
3. Semburan uap air panas di sekitar daerah sumber panas bumi di daerah pegunungan.
Sedangkan sumber pencemaran partikel akibat ulah manusia sebagian besar berasal dari pembakaran batubara, proses industri, kebakaran hutan dan gas buangan
alat transportasi Wardhana, 2001.
Universitas Sumatera Utara
Debu yang terdapat di dalam udara terbagi dua, yaitu deposite particulate matter adalah partikel debu yang hanya berada di udara, partikel ini segera
mengendap karena ada daya tarik bumi. Dan Suspended particulate matter adalah debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah mengendap Yunus, 1997.
2.3.4. Nilai Ambang Batas NAB untuk Debu
Nilai ambang batas adalah kadar tertinggi suatu zat dalam udara yang diperkenankan, sehingga manusia dan makhluk lainnya tidak mengalami gangguan
penyakit atau menderita karena zat tersebut Agusnar, 2008. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999
tentang pengendalian pencemaran udara dijelaskan mengenai pengertian baku mutu udara ambien, yaitu ukuran batas atau kadar zat, energi danatau komponen yang
ada atau yang seharusnya ada danatau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. Baku mutu kadar debu dalam udara ambien
yang tercantum di dalam PP RI No. 41 tahun 1999 tersebut untuk PM10 Partikel 10 μm adalah 150 μgm3.
2.3.5. Dampak Pencemaran Debu terhadap Manusia
Ada tiga cara masuknya bahan polutan seperti debu dari udara ke tubuh manusia yaitu melalui inhalasi, ingesti, dan penetrasi kulit. Inhalasi bahan polutan udara ke
paru-paru dapat menyebabkan gangguan di paru dan saluran napas. Bahan polutan yang cukup besar tidak jarang masuk ke saluran cerna. Refleks batuk juga akan
mengeluarkan bahan polutan dari paru yang kemudian bila tertelan akan masuk ke saluran cerna. Bahan polutan dari udara juga dapat masuk ketika makan atau minum.
Universitas Sumatera Utara
Permukaan kulit juga dapat menjadi pintu masuk bahan polutan di udara khususnya bahan organik dapat melakukan penetrasi kulit dan dapat menimbulkan efek sistemik
Aditama, 1992. Kerusakan kesehatan akibat debu tergantung pada lamanya kontak, konsentrasi debu dalam udara, jenis debu itu sendiri dan lain-lain Agusnar, 2008.
Ukuran debu atau partikel yang masuk ke dalam paru-paru akan menentukan letak penempelan atau pengendapannya. Partikel yang terhisap oleh manusia dengan
ukuran kurang dari 1 mikron akan ikut keluar saat napas dihembuskan. Partikel yang berukuran 1-3 mikron akan masuk ke dalam kantong udara paru-paru, menempel
pada alveoli. Partikel berukuran 3-5 mikron akan tertahan pada saluran pernapasan bagian tengah. Partikel yang berukuran di atas 5 mikron akan tertahan di saluran
napas bagian atas Sunu, 2001. Penyakit peneumokoniosis banyak jenisnya, tergantung dari jenis partikel yang masuk atau terhisap ke dalam paru-paru.
2.4. Industri Pabrik Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar biodiesel dan berbagai jenis turunannya
seperti minyak alkohol, margarin, lilin, sabun, industri kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit, dan industri farmasi. Sisa pengolahannya dapat dimanfaatkan
menjadi kompos dan campuran pakan ternak Soepadiyo, 2008. Pada tahun 2008, luas areal pertanaman kelapa sawit Indonesia yang telah
menghasilkan sekitar 6,6 juta Ha dengan total produksi sekitar 17,6 juta ton CPO. Terdiri dari Perkebunan Rakyat seluas 2,6 juta ha dengan produksi 5.895.000 ton
CPO, Perkebunan Besar Nasional seluas 687 ribu Ha dengan produksi 2.313.000 ton
Universitas Sumatera Utara
CPO, dan Perkebunan Besar Swasta seluas 3,4 juta Ha dengan produksi 9.254.000 ton CPO. Sedangkan untuk luas areal pertanaman kelapa sawit Indonesia tahun 2008
yang belum menghasilkan seluas 2,8 juta Ha Ditjenbun, 2008. Dalam operasional Pabrik Kelapa Sawit, salah satu kegiatan dalam pengelolaan
lingkungan adalah melakukan pengukuran dan pemantauan emisi udara. Penggunaan boiler atau ketel uap dengan bahan bakar berupa serabut dan cangkang sawit
Abunajmu, 2007.
2.5. Baku Mutu Udara Ambien