CPO, dan Perkebunan Besar Swasta seluas 3,4 juta Ha dengan produksi 9.254.000 ton CPO. Sedangkan untuk luas areal pertanaman kelapa sawit Indonesia tahun 2008
yang belum menghasilkan seluas 2,8 juta Ha Ditjenbun, 2008. Dalam operasional Pabrik Kelapa Sawit, salah satu kegiatan dalam pengelolaan
lingkungan adalah melakukan pengukuran dan pemantauan emisi udara. Penggunaan boiler atau ketel uap dengan bahan bakar berupa serabut dan cangkang sawit
Abunajmu, 2007.
2.5. Baku Mutu Udara Ambien
Menurut Srikandi Fardiaz 2010 untuk menghindari terjadinya pencemaran udara di lingkungan ditetapkan baku mutu udara yang dapat dibedakan atas baku
mutu udara ambien dan baku mutu udara emisi. Baku mutu udara ambien adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di udara,
namun tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuh – tumbuhan
dan atau benda. Baku mutu udara emisi adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk dikeluarkan dari sumber pencemaran ke udara,
sehinga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien. Berdasarkan Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun1999
tentang pengendalian pencemaran udara, nilai ambang batas kadar karbon monoksida CO yang diperbolehkan di udara sebesar 30.000 µg Nm
3
dalam 1 jam pengukuran. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 tentang
pengendalian pencemaran udara dijelaskan mengenai pengertian baku mutu udara ambien, yaitu ukuran batas atau kadar zat, energi danatau komponen yang ada atau
Universitas Sumatera Utara
yang seharusnya ada danatau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. Baku mutu kadar debu dalam udara ambien yang tercantum di dalam
PP RI No. 41 tahun 1999 tersebut untuk PM10 Partikel 10 μm adalah 150 μgm3.
2.6. Prosedur Pengukuran Kadar Debu di udara
Pengukuran kadar debu di udara bertujuan untuk mengetahui apakah kadar debu pada suatu lingkungan, konsentrasinya sesuai dengan kondisi lingkungan yang aman
dan sehat bagi masyarakat. Dengan kata lain, apakah kadar debu tersebut berada di bawah atau di atas nilai ambang batas NAB debu udara Asiah, 2008.
Pengambilanpengukuran kadar debu di udara biasanya dilakukan dengan metode gravimetric, yaitu dengan cara menghisap dan melewatkan udara dalam volume
tertentu melalui saringan serat gelaskertas saring. Alat-alat yang biasanya digunakan untuk pengambilan sampel debu total TSP di udara Asiah, 2008, seperti:
1. High Volume Air Sampler
Alat ini menghisap udara ambien dengan pompa berkecepatan 1,1 - 1,7 m3menit, partikel debu berdiameter 0,1-100 mikron akan masuk bersama aliran
udara melewati saringan dan terkumpul pada permukaan serat gelas. Alat ini dapat digunakan untuk mengambil contoh udara selama 24 jam, dan bila kandungan
partikel debu sangat tinggi maka waktu pengukuran dapat dikurangi menjadi 6-8 jam. 2. Low Volume Air Sampler
Alat ini dapat menangkap debu dengan ukuran sesuai yang kita inginkan dengan cara mengatur flow rate. Untuk flow rate 20 litermenit dapat menangkap partikel
Universitas Sumatera Utara
berukuran 10 mikron. Dengan mengetahui berat kertas saring sebelum dan sesudah pengukuran maka kadar debu dapat dihitung.
3. Low Volume Dust Sampler Alat ini mempunyai prinsip kerja dan metode yang sama dengan alat low
volume air sampler. 4. Personal Dust Sampler LVDS
Alat ini biasa digunakan untuk menentukan Respiral Dust RD di udara atau debu yang dapat lolos melalui filter bulu hidung manusia selama bernapas. Untuk
flow rate 2 litermenit dapat menangkap debu yang berukuran 10 mikron. Alat ini biasanya digunakan pada lingkungan kerja dan dipasang pada pinggang pekerja
karena ukurannya yang sangat kecil.
2.7. Penentuan Lokasi dan Titik Pengambilan Sampel Udara Ambien