b. Fase ekspirasi
Fase ekspirasi merupakan fase relaksasi otot diafragma kembali ke posisi semula sehingga rongga dada mengecil dan tekanan udara di dalam paruparu lebih besar
daripada tekanan udara luar, akibatnya udara keluar dari paru-paru.
2.8.3. Gangguan Saluran Pernapasan
Saluran pernapasan adalah organ dimulai dari hidung sampai alveoli beserta organ adneks seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah atau pleura. Gangguan
saluran pernapasan adalah ganguan pada organ mulai dari hidung sampai alveoli serta organ-organ adneksnya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura Depkes RI,
1999. Gangguan saluran pernapasan menurut Wardhana 2004 adalah penyakit
saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel atau debu yang masuk dan mengendap di dalam paru-paru dan polusi udara lainnya.
2.8.4. Gejala-gejala Gangguan Saluran Pernapasan
Penyakit paru atau saluran napas dengan gejala umum maupun gejala pernapasan antara lain batuk, batuk darah, sesak nafas dan nyeri dada. Secara terinci
yaitu Surya,1990: a. Batuk
Batuk merupakan gejala penyakit pernapasan yang paling umum, berfungsi terutama untuk pertahanan paru terhadap masuk terhisapnya benda asing, baik itu
pada orang sehat maupun pada orang yang sakit, batuk dapat terjadi dengan disadari maupun tidak disadari. Batuk yang disadari merupakan suatu respons terhadap
Universitas Sumatera Utara
perasaan adanya sesuatu didalam saluran napas. Batuk yang tidak disadari terjadi akibat refleks yang dipacu oleh perangsangan laring, trakhea atau bronkhi yang besar
karena hilangnya compliance paru. Batuk merupakan gejala yang paling umum akibat pernapasan. Rangsangan yang biasanya menimbulkan batuk adalah rangsangan
mekanik dan kimia. Inhalasi debu, asap dan benda-benda asing berukuran kecil merupakan penyebab batuk yang paling sering Surya,1990.
c. Batuk Darah Batuk berdarah adalah batuk yang disertai darah. Jika darahnya sedikit dan
tipis kemungkinan adalah luka lecet dari saluran napas, karena batuk yang terlalu kuat. Batuk berdarah dengan darah yang tipis dan sedikit bisa terjadi pada penderita
maag kronis dimana maag penderita mengalami luka akibat asam lambung yang berlebih. Batuk berdarah dengan jumlah darah yang banyak biasanya terjadi pada
penderita TB paru tuberculosis paru yang sudah lama dan tidak diobati. Batuk berdarah pada penderita TBC merupakan suatu hal gawat darurat emergency karena
dapat menyebabkan kematian dan harus mendapat pertolongan yang cepat. Pengobatan batuk berdahak adalah memberikan antibiotik, dicari penyebabnya jika
karena TBC maka harus diberikan obat TBC, diberikan obat penekan batuk Surya,1990.
d. Sesak Napas Sesak napas merupakan gejala klinis dari gangguan pada saluran pernapasan.
Sesak napas bukan merupakan penyakit, tetapi merupakan manifestasi dari penyakit yang menyerang saluran pernafasan. Penyakit yang bisa menyebabkan sesak napas
Universitas Sumatera Utara
sangat banyak sekali mulai dari infeksi, alergi, inflamasi bahkan keganasan. Hal-hal yang bisa menyebabkan sesak napas antara lain :
1. Faktor psikis. 2. Peningkatan kerja pernapasan.
a. Peningkatan ventilasi Latihan jasmani, hiperkapnia, hipoksia, asidosis metabolik. b. Sifat fisik yang berubah Tahanan elastis paru meningkat, tahanan elastis dinding
toraks meningkat, peningkatan tahanan bronkial. 3. Otot pernapasan yang abnormal
a. Penyakit otot Kelemahan otot, kelumpuhan otot, distrofi. b. Fungsi mekanis otot berkurang.
Dispnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanisme seperti jika ruang fisiologi meningkat maka akan dapat menyebabkan gangguan pada pertukaran
gas antara O
2
dan CO
2
. Begitu juga jika terjadi peningkatan tahanan jalan napas maka pertukaran gas
juga akan terganggu dan juga dapat menyebabkan dispnea. Dispnea juga dapat terjadi pada orang yang mengalami penurnan terhadap compliance paru, semakin rendah
kemampuan terhadap compliance paru maka makin besar gradien tekanan transmural yang harus dibentuk selama inspirasi untuk menghasilkan pengembangan paru yang
normal. Penyebab menurunnya compliance paru bisa bermacam salah satunya adalah
digantinya jaringan paru dengan jaringan ikat fibrosa akibat inhalasi asbston atau iritan yang sama.sehingga menyebabkan kebutuhan ventilasi makin meningkat
Universitas Sumatera Utara
sehingga terjadi sesak napas. Pada orang normal ruang mati ini hanya berjumlah sedikit dan tidak terlalu penting, namun pada orang dalam keadaan patologis pada
saluran pernapasan maka ruang mati akan meningkat Surya, 1990. e. Nyeri dada
Nyeri dada merupakan salah satu keluhan yang paling banyak ditemukan di klinik. Sebahagian besar penderita merasa ketakutan bila nyeri dada tersebut
disebabkan oleh penyakit jantung ataupun penyakit paru yang serius. Diagnosa yang tepat sangat tergantung dari pemeriksaan fisik yang cermat, pemeriksaan khusus
lainnya serta anamnesa dari sifat nyeri dada mengenai lokasi, penyebaran, lama nyeri serta faktor pencetus yang dapat menimbulkan nyeri dada. Salah satu bentuk nyeri
dada yang paling sering ditemukan adalah angina pektoris yang merupakan gejala penyakit jantung koroner dan dapat bersifat progresif serta menyebabkan kematian,
sehingga jenis nyeri dada ini memerlukan pemeriksaan yang lebih lanjut dan penangannan yang serius Surya , 1990 .
Sedangakan menurut Anwar gejala-gejala gangguan saluran pernafasan adalah: a.
Pilek Pilek adalah sekelompok gejala pada saluran pernapasan atas yang disebabkan
oleh sejumlah besar virus yang berbeda. Meskipun lebih dari 200 virus dapat menyebabkan pilek, pelaku biasanya rhinovirus, yang harus disalahkan karena
menyebabkan 10 sampai 40 dari pilek. Juga, coronaviruses menyebabkan sekitar 20 dari pilek dan virus RSV RSV menyebabkan 10 dari pilek. Pilek biasa
menghasilkan gejala ringan yang hanya berlangsung 5-10 hari. Keluhan yang paling
Universitas Sumatera Utara
umum adalah ingusan, bersin, penyumbatan hidung, sakit kepala, sakit tenggorokan dan batuk Anwar, 2004.
Tanda dan gejala umum pilek yaitu : 1.
Demam dan perasaan dingin yang ekstrem menggigil, gemetar 2.
Batuk 3.
Hidung tersumbat 4.
Nyeri tubuh, terutama sendi dan tenggorokan 5.
Kelelahan 6.
Nyeri kepala 7.
Iritasi mata, mata berair 8.
Mata merah, kulit merah terutama wajah, serta kemerahan pada mulut, tenggorokan, dan hidung
b. Asma Asma adalah penyakit yang menyerang cabang-cabang halus bronkus yang
tidak memiliki kerangka cincin tulang rawan, sehingga terjadi penyempitan mendadak. Akibatnya penderita sesak napas, sehingga untuk membantu pernapasan
seluruh otot-otot pernapasan difungsikan secara maksimal. Penyebab asma adalah alergi atau peka terhadap berbagai bahan seperti: butir-butir sari bunga, bulu kucing,
spora jamur dan sebagainya. c.
Infeksi tenggorokan Faringitis Infeksi tenggorokan adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang
tenggorok atau hulu kerongkongan. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok.
Universitas Sumatera Utara
Radang ini bisa disebabkan oleh virus atau bakteri, disebabkan daya tahan yang lemah. Faringitis biasanya disebabkan oleh bakteri streptococcus. Pengobatan
dengan antibiotika hanya efektif apabila karena terkena bakteri.
2.9. Penanggulangan Dampak Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan mempunyai dampak yang sangat luas dan sangat merugikan manusia maka perlu diusahakan pengurangan pencemaran lingkungan
atau bila mungkin meniadakan sama sekali. Usaha untuk mengurangi dan menanggulangi pencemaran tersebut ada 2 macam cara utama yaitu penanggulangan
secara non-teknis dan penanggulangan secara teknis.
2.9.1. Penanggulangan secara Non-Teknis
Penganggulangan secara non-teknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi dan menanggulangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan
perundangan yang dapat merencanakan, mengatur, dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
pencemaran lingkungan Agusnar, 2007. Peraturan perundangan yang dimaksud hendaknya dapat memberikan
gambaran secara jelas tentang kegiatan industri dan teknologi yang akan dilaksanakan di suatu tempat yang meliputi:
1. Penyajian Informasi Lingkungan PIL 2. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL
3. Perencanaan Kawasan Kegiatan Industri dan Teknologi, 4. Pengaturan dan Pengawasan Kegiatan,
Universitas Sumatera Utara