1
BAB III KETERKAITAN ANTAR INVENTOR DALAM SUATU TEMUAN
A. Hak-Hak Inventor Atas Invensinya
Pemegang paten memiliki hak khusus untuk melaksanakan secara perusahaan atas patennya baik secara sendiri maupun dengan memberikan
persetujuan kepada orang lain, yaitu untuk membuat, menjual, menyewakan, menyerahkan, memakai, menyediakan untuk dijual atau disewakan atau
diserahkan hasil produksi yang diberi paten, dan menggunakan proses produksi yang diberi paten untuk membuat barang dan tindakan lainnya
Mengenai hak pemegang paten diatur dalam Pasal 16 UU Paten yang berbunyi :
1. Pemegang Paten memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan Paten
yang dimilikinya dan melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya:
a. Dalam hal paten-produk: membuat, menggunakan, menjual,
mengimpor, menyewakan, menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi
Paten;
b. Dalam hal paten-proses: menggunakan proses produksi yang
diberi Paten untuk membuat barang dan tindakan lainnya 2.
Dalam hal paten proses, larangan terhadap pihak lain yang tanpa persetujuannya melakukan impor sebagaimana dimaksud pada ayat
1 hanya berlaku terhadap impor produk yang semata-mata dihasilkan dari penggunaan Paten-proses yang dimilikinya.
3. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana apabila pemakaian paten
tersebut untuk kepentingan pendidikan, penelitian, percobaan, atau analisis sepanjang tidak merugikan kepentingan yang wajar dari
pemegang paten.
74
74
Pasal 16 Undang-undang nomor 14 tahun 2001 tentang paten
Universitas Sumatera Utara
2
Berdasarkan ketentuan Pasal 16 UU Paten, dapat diketahui bahwa bentuk dari paten dibagi berdasarkan:
1. Produk.
Produk menurut Kotler dan Amstrong adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatin, dibeli, dipergunakan,
dan dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen
75
2. Proses.
Proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara perlahan, serta menghasilkan suatu ciptaan atasnya.
76
Dalam pasal 16 UU Paten dinyatakan bahwa pemegang paten memiliki hak eksklusif terhadap produknya dalam hal pelaksanaan dan pelarangan
terhadap: 1.
Membuat. Membuat yaitu menciptakan hal yang serupa
2. Menggunakan.
Menggunakan untuk kepentingan pribadi tanpa izin dari pemegang paten.
3. Menjual.
Menjual produk yang telah memiliki paten tanpa persetujuan pemegang paten.
4. Mengimpor.
Mendatangkan suatu produk yang telah dipatenkan.
75
Pasal 16 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten.
76
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
3
5. Menyewakan.
Meminjamkan dengan memperoleh keuntungan berupa uang sewa 6.
Menyerahkan. Memberikan produk yang telah dipatenkan tanpa persetujuan
terlebih dahulu. 7.
atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi Paten
77
Pemegang paten juga dapat melisensikan paten miliknya kepada orang lain, lisensi merupakan izin, menurut pendapat Gunawan Widjaja lisensi adalah
suatu bentuk hak untuk melakukan satu atau serangkaian tidakan atau perbuatan, yang diberi izin. Tanpa adanya izin tersebut, maka tidakan atau perbuatan tersebut
merupakan tindakan yang terlarang, yang tidak sah, yang merupakan perbuatan melawan hukum.
78
Selain pengaturan dalam produk juga terdapat pengaturan, dimana pemegang paten proses dapat melaksanakan dan melarang pihak lain untuk
menggunakan patennya dalam hal menggunakan proses yang telah dipatenkan untuk memproduksi barang atau membuat barang, menggunakan proses produksi
yang telah dipatenkan terlebih dahulu. Terdapat pula pengecualian dalam pergunaan produk ataupun proses
dalam UU Paten yaitu dikecualikan jika pemakaian patennya dimaksudkan untuk
77
ibid.
78
Gunawan Widjaja, Seri hukum bisnis Lisensi, Jakarta, Rajawali Pers 2001, Hal 3
Universitas Sumatera Utara
4
kepentingan pendidikan, penelitian, percobaan, pengobatan, perawatan, serta proses biologis.
79
Hak eksklusif yang dimiliki pemegang paten bukanlah hak yang melekat selamanya, tanpa ada batasan waktu dalam masa berlakunya. Terdapat
pengaturan dalam masa berlakunya hak bagi tiap pemegang paten dan berbeda pula terhadap pemegang paten sederhana, Adapun pengaturannya yaitu sebagai
berikut: 1.
Paten biasa. Adapun pengaturannya sebagai berikut:
a. Diberikan untuk jangka waktu 20 tahun, terhitung sejak tanggal
penerimaan dan jangka waktu itu tidak dapat diperpanjang. b.
Apabila jangka waktu telah habis, maka dicatatkan dan diumumkan. 2.
Paten sederhana. Pengaturan jangka waktu pada paten sederhana berbeda dengan paten
biasa, dimana pada paten sederhana diberikan untuk jangka waktu 10 sepuluh tahun terhitung sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu itu
tidak dapat diperpanjang.
80
Mengenai kewajiban pemegang paten, dengan tidak mengurangi ketentuan mengenai pengecualian terhadap sektor pendidikan, penelitian,
percobaan, atau dan analisis selama tidak merugikan si pemegang paten pemegang paten wajib membuat produk atau menggunakan proses yang diberi
paten di Indonesia, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 17 ayat 1 UU Paten.
79
Pasal 7 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten.
80
Pasal 8 dan, Pasal 9 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten.
Universitas Sumatera Utara
5
Dengan kewajiban ini, berarti setiap pemegang paten diharuskan untuk melaksanakan patennya yang diberi di Indonesia melalui pembuatan produk atau
menggunakan proses yang dipatenkan tersebut, dengan harapan dapat menunjang pengembangan sektor teknologi, penyerapan investasi, dan penyediaan lapangan
kerja.
81
Kewajiban melaksanakan
paten yang diberi di Indonesia akan
dikecualikan, jika pembuatan produk atau penggunaan proses tersebut hanya layak dilakukan secara regional. Hal ini dicantumkan dalam Pasal 17 ayat 2 dan
ayat 3 UU paten, yang menyatakan bahwa dikecualikan dari kewajiban membuat produk atau menggunakan proses yang diberi paten di Indonesia apabila
pembuatan produk atau penggunaan proses tersebut hanya layak dilakukan secara regional dan pengecualian tersebut hanya dapat disetujui oleh Ditjend apabila
Pemegang Paten telah mengajukan permohonan tertulis dengan disertai alasan dan bukti yang diberikan oleh instansi yang berwenang.
Rasionalitas pengecualian kewajiban melaksanakan paten ini dijelaskan lebih lanjut antara lain dalam Penjelasan Pasal 17 ayat 2 tersebut, bahwa
dimaksudkan untuk mengakomodasi rasionalitas ekonomi dari pelaksanaan paten sebab tidak semua jenis invensi yang diberi Paten dapat secara ekonomi
menguntungkan apabila skala pasar bagi produk yang bersangkutan tidak seimbang dengan investasi yang dilakukan.
82
Kewajiban lainnya disebutkan dalam Pasal 18 UU paten, bahwa pemegang paten atau penerima lisensi suatu paten diwajibkan untuk membayar biaya
81
OK. Saiddin. , S. H. M. Hum, hak dan kewajiban pemegang paten
82
Pasal 17 ayat 2 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten.
Universitas Sumatera Utara
6
tahunan untuk pengelolaan kelangsungan berlakunya paten dan pencatatan lisensi. Paten biasa, di Indonesia dikenal pula jenis paten lain yang disebut paten
sederhana. Jangka waktu perlindungan paten sederhana adalah 10 tahun terhitung sejak tahun penerimaan.
83
B. Pengembangan Invensi