Perumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Keaslian Judul Tinjauan Kepustakaan

11 pemeriksaan substantive, dengan menggunakan dokumen paten Honda sebagai dokumen pembanding. Permohonan paten terhadap teknologi mesin kebanggaan India tersebut, menimbulkan permasalahan yang panjang dikarenakan pihak Bajaaj merasa tidak puas dan keberatan atas keputusan Direktorat Jenderal HKI, bahkan sampai menuju jalur hukum mulai dari gugatan terhadap Komisi Banding Paten ke pengadilan negeri, hingga sampai tahapan Kasasi ke Mahkamah Agung, dikarenakan sangat pentingnya paten tersebut. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik memilih judul “ Analisis Yuridis Penolakan Paten Terkait dengan Penyempurnaan Invensi Studi Kasus Pada Putusan Mahkamah Agung Nomor 802 KPDT. SUS2011”

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana batasan invensi yang dapat di daftarkan di Indonesia? 2. Bagaimana keterkaitan antar inventor dalam suatu temuan? 3. Bagaimana penolakan terhadap pendaftaran paten terkait dengan penyempurnaan invensi dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 802 KPDT. SUS2011?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian a. Untuk mengetahui batasan invensi yang dapat di daftarkan di Indonesia. b. Untuk mengetahui keterkaitan antar inventor dalam suatu temuan. Universitas Sumatera Utara 12 c. Untuk mengetahui penolakan terhadap pendaftaran invensi dalam kasus putusan Mahkamah Agung 2. Manfaat penelitian a. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan data kepada peneliti lainnya. b. Secara praktis substansi, hasil penelitian skripsi ini diharapkan mampu menjadi bahan pemikiran bagi pemerintah sebagai pembuat kebijakan serta organisasi yang menghimpun para pemegang lisensi paten dalam membuat kerangka acuan sebagai pedoman dalam membuat perjanjian yang berhubungan dengan perjanjian lisensi paten dan alih teknologi substabsi paten.

D. Keaslian Judul

Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, di perpustakaan Universitas Sumatera Utara penelitian dengan judul “Analisis Yuridis Penolakan Pendaftaran Paten Terkait dengan Penyempurnaan Invensi studi kasus pada putusan Mahkamah Agung Nomor 802 KPdt. Sus2011” belum ada seperti yang penulis buat. Penelitian ini yang terkait dengan paten sistem mesin satu silinder dua busi ini ditulis dengan objektif, ilmiah, melalui pemikiran, referensi, serta buku-buku dan sarana lain yang dapat memberikan informasi yang akurat. Dan juga bukan merupakan jiplakan ataupun sudah pernah dibuat terlebih dahulu oleh orang lain. Universitas Sumatera Utara 13

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengertian paten Hak Kekayaan Intelektual yang selanjutnya disingkat dengan istilah HKI pada intinya terdiri dari beberapa jenis yang diatur dalam pasal 1.2 yang menyatakan bahwa HKI terdiri dari: 1 Hak Cipta dan Hak Terkait. 2 Merek Dagang. 3 Indikasi Geografis. 4 Desain Industri. 5 Paten. 6 Tata Letak Sirkuit Terpadu. 7 Perlindungan Informasi Rahasia. 8 Kontrol terhadap Praktek persaingan usaha tidak sehat dalam perjanjian lisensi. 7 Dengan kata lain HKI adalah hal yang merupakan memiliki nilai ekonomis, Sehingga sangat penting untuk membuat pengaturan mengenai HKI tersebut. HKI berhubungan sangat erat dengan kekayaan intelektual yang dimiliki oleh subjek HKI dengan dijaminnya dan diaturnya masalah HKI maka akan membuat subjeknya merasa aman atas kekayaan intelektual miliknya atas pembajakan ataupun tindakan yang dapat merugikan. Dalam pengenalan jenis HKI diatas pada dasarnya berawal pada konvensi pembentukan WIPO The World Intellectual Property Organization. 7 Prof.Lindsey, et all, edt., op.Cit,hal.3 Universitas Sumatera Utara 14 WIPO adalah badan khusus PBB yang dibentuk dengan tujuan untuk mengadminstrasikan perjanjianpersetujuan multilateral mengenai HKI. Indonesia merupakan anggota WIPO dan turut meratfikasi konvensi tersebut pada tahun 1979. WIPO, adalah sebuah kegiatan yang pada akhirnya bertujuan untuk mematenkan suatu penemuan pada intinya dibagi menjadi dua asas atau kegiatan utama sebagai berikut: 1. To Exploit atau exploiting; yaitu melaksanakan suatu atau lebih aktivitas berikut ini; a. Paten proses yang diperinci secara garis besar sebagai berikut: 1 Menggunakan proses to use; 2 Mengimpor produk yang dihasilkan melalui proses tersebut. b. Paten produk yang diperinci secara garis besar sebagai berikut: 1 Membuat produk to make 2 Menggunakanmemanfaatkan produk to use 3 Mengimpor produk to import 2. To Work working, yang diartikan melaksanakan; a. Dalam hal paten proses; menggunakan proses to use b. Dalam hal paten produk; membuat ptoduk to make 8 Kegiatan dalam ruang lingkup to exploi dan to work itulah yang disebut sebagai hak melaksanakan paten. Khusus mengenai to work WIPO telah memberi pengertian bahwa to work diartikan sebagai kegiatan pemegang paten 8 Penjelasan World Intellectual Property Organization WIPO Universitas Sumatera Utara 15 itu di dalam negei selama waktu tertentu. 9 Maka jelas bahwa pemegang paten memiliki hak khusus untuk melaksanakan paten yang dimilikinya, antara lain dalam bentuk membuat, menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan, memakai, dan menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produkbarang yang diberi paten. Menurut Paris Convention for the Protection of industrial property, yang dikenal sebagai konvensi Paris, Adapun pengaturan mengenai perlindungan Hak Kekayaan Intelektual menurut Article 1 Paris Convention for the Protection of industrial property adalah The protection of industrial property has as its object patent, utility models, industrial design, trademark, service mark, trade names. Indication of source or appellations of origin, and the repression of unfair, 10 Bahwasanya adapun pengaturan perlindungan HKI menurut artikel 1 konvensi paris adalah terhadap Paten, Paten Sederhana, Disain Industry, Merk, Nama Produk, indikasi dari suatu sumber daya, atau Prinsip dasar dalam paten adalah paten dapat diberikan pada invensi yang mengandung langkah infentif, dan disebut mengandung langkah inventif apabila invensi tersebut mengandung langkah yang tidak terduga oleh ahli dibidangnya, setelah memperhatikan keahlian yang telah ada pada saat paten diajukan. 11 Indonesia mengenal semasa dalam penjajahan Belanda, yaitu waktu diberlakukannya octroiwet 1910. No. 33 yis S. 11- 33. S. 22 – 54 yang ,mulai 9 ibid 10 -------, Himpunan Konvensi, Ratifikasi Hak Atas Kekayaan Intelektual, Proyek Pembinaan Tehnis Yustisial MAHKAMAH AGUNG R.I., 1998. 11 Suyud Margono dan Amir Angkasa. Komersialisasi Aset Intelektual Aspek Hukum Bisnis, Jakarta : Grasindo, 2003, hal 24. Universitas Sumatera Utara 16 berlaku 1 juli 1912, setelah itu Indonesia merdeka dan tidak lagi memberlakukan Undang-Undang Octroi ini, dikarenakan tidak sesuai dengan suasana Negara yang berdaulat. 12 Istilah paten bermula dari bahasa Latin yang berarti dibuka dan berlawanan dengan Latent yang berarti terselubung, oleh karenanya bahwa suatu penemuan yang mendapatkan paten menjadi terbuka untuk diketahui oleh umum. 13 Dengan terbuka tersebut tidak berarti setiap orang bisa mempraktikan penemuan bisa didayagunakan oleh orang lain. Baru setelah habis masa perlindungan patennya penemuan tersebut menjadi milik umum public domain, pada saat inilah benar-benar terbuka. Dengan terbukanya suatu penemuan yang baru, memberi informasi yang diperlukan bagi pengembangan teknologi selanjutnya berdasarkan penemuan tersebut dan untuk memberi petunjuk kepada mereka yang berminat dalam mengeksploitasi penemuan itu. 14 Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka dengan demikian paten adalah hak istimewa eksklusif yang diberikan kepada seorang penemu inventor atas hasil penemuan invention yang dilakukan di bidang teknologi, baik yang berbentuk produk atau proses saja, atas dasar hak istimewa tersebut, orang lain dilarang untuk mendayagunakan hasil penemuannya terkecuali atas izinnya atau penemu sendiri melaksanakan hasil penemuannya. Hak istimewa ini diberikan untuk jangka waktu tertentu, setelah itu hasil penemuannya menjadi milik umum. Dengan demikian setiap hasil penemuan 12 Muhamad Djumhana dan, R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori dan, Prakteknya di Indonesia, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti 2003, hal.110. 13 Prof. Tim Lindsey, et all, edt., Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, Bandung, P.T. Alumni, 2006, hal.183. 14 Ibid. Universitas Sumatera Utara 17 yang telah dipatenkan, penemuannya atau mendayagaunakan hasil temuannya tersebut. Paten diberikan atas dasar permohonan yang dimohonkan oleh pemohon,dan apabila paten tersebut diterima diwajibkan oleh pemegangnya untuk melaksanakan patennya tersebut. Bagi penemu diberikannya suatu hak perlindungan terhadap penemuannya ini atau dapat kita sebut dengan istilah monopoli dapat dianggap sebagai suatu penghargaan bagi ide intelektualnya. Pasal 1 angka 1 UU Paten menyatakan bahwa hak paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya. 15 Hak eksklusif adalah hak yang mendasari pemegang paten untuk untuk memproduksi, menggunakan, menjual, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan penjualan barang tersebut. 16 Adapun pengertian paten dalam UU Paten, sesuai dengan apa yang dirumuskan dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Paten Tahun 1997 yaitu hak eksklusif yang diberi oleh negara terhadap inventor atas invensinya di bidang teknologi dalam jangka waktu yang tertentuuntuk dapat melaksanakan penemuannya secara sendiri, atau orang lain yang mendapatkan izin dari inventor. dan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Paten Tahun 1997 yang menyatakan penemuan adalah kegiatan pemecahan masalah tertentu di bidang 15 Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 14 tahun 2001 tentang Paten 16 Drs. Muhamad Djumhana dan, R.Djubaedillah, Hak Milik IntelektualSejarah, Teori dan Prakteknya di Indonesia, Bandung, PT Citra Aditya Bakti, 2003, hal.116. Universitas Sumatera Utara 18 teknologi, yang dapat berupa proses atau hasil produksi atau penyempurnaan dan pengembangan proses atau hasil produksi. 17 Penemuan yang diatur atau dilindungi paten atau tepatnya objek perlindungan dari paten berbeda dengan objek hak cipta, maka objek dari paten seperti telah dijelaskan di atas, adalah penemuan-penemuan yang bersifat: a. Bersifat baru novelty penemuan tersebut bukan merupakan bagian dari penemuan terdahulu atau penemuan yang telah ada sebelumnya; b. Langkah inventif inventive step; c. Dapat diterapkan dalam industri industrial applicability 2. Jenis-jenis paten Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kaidah-kaidah internasional juga UU Paten membagi paten ke dalam dua bagian yaitu paten proses dan paten produk dalam hal pelaksanaan paten. Tetapi dari bentuk penemuan yang dipatenkan, paten dapat dibagi sebagai berikut: a. Paten Sederhana Pasal 6, Pasal 9, dan Pasal 104 sampai dengan Pasal 108 UU Paten. b. Paten Biasa yang sesungguhnya adalah paten yang sedang dibicarakan. Maka sesuai kaidah-kaidah internasional dan UU Paten dikenal atau ditulis paten saja. 18 Paten sederhana muncul karena mengingat banyaknya penemuan atau teknologi yang mempunyai nilai kegunaan paraktis, baik dalam produk, alat penemuan maupun dalam hal pelaksanaanya setelah menjadi suatu produk 17 Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 14 tahun 2001 tentang Paten. 18 Drs. Muhamad Djumhana dan, R Djubaedillah, Hak Milik Intelektual sejarah, Teori dan Prakteknya di Indonesia, Bandung, PT.Citra Aditya Bakti, 2003, hal.122. Universitas Sumatera Utara 19 Paten diberikan terhadap karya atau ide penemuan invensi dibidang teknologi, yang berupa produk ataupun proses, kemudian bila didayagunakan akan mendapatkan manfaat ekonomi. Inilah yang dasar bahwa paten mendapatkan perlindungan hukum. Perlindungan hukum yang diberikanpun tidak secara otomatis, harus ada permohonan sebelumnya. Ciri khas Invensi yang dapat dipatenkan adalah adanya kandungan pengetahuan yang sitematis, yang dapat dikomunikasikan, dan dapat diterapkan untuk menyelesaikan masalah atau kebutuhan manusia yang timbul dalam industri, pertanian atau perdagangan. Berarti pengertian teknologi disini adalah pengetahuan yang sistematis, artinya terorganisasi dan dapat memberikan penyelesaian masalah. 19 Pengetahuan itu harus dalam bentuk tulisan atau dalam pemikiran dan harus diungkapkan atau dapat diungkapkan sehingga dapat di ketahui dan dimengerti oleh orang lain. Serta pengetahuan itu dapat memberikan manfaat pada industri, pertanian atau perdagangan. Pengatahuan tidak hanya berupa menciptakan suatu produk belaka, tetapi bisa saja proses tetapi proses yang berkaitan dengan teknologi, artinya penemuannya dapat dipatenkan tidak harus merupakan hasil produk namun dapat berupa proses. Hak paten bersifat khusus, karena hanya diberikan kepada penemu untuk melaksanakan sendiri penemuannya atau untuk memberikan persetujuan kepada orang lain untuk melaksanakan penemuannya. Ini berarti orang lain hanya mungkin menggunakan penemuan tersebut kalau ada persetujuan atau ijin dari 19 Suyud Margono dan Amir Angkasa. Komersialisasi Aset Intelektual Aspek Hukum Bisnis, Jakarta : Grasindo, 2003, hal 24. Universitas Sumatera Utara 20 penemu selaku pemilik hak. Dengan perkataan lain, kekhususan tersebut terletak pada sifatnya yang mengecualikan orang selain penemu selaku pemilik hak dari kemungkinan untuk menggunakan atau melaksanakan penemuan tersebut, sifat seperti itulah dikatakan eksklusif. 3. Prinsip dasar paten Terdapat prinsip-prinsip dasar dalam perolehan paten Adapun prinsip- prinsip dasar paten dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Paten merupakan hak khusus yang diberikan Negara kepada penemu atas hasil temuannya di bidang teknologi untuk selama waktu tertentu untuk melaksanakan sendiri temuannya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada orang lain untuk melaksanakannya UU No.6 Tahun 1989. 20 Karena hak khusus ini pula pada awalnya paten, seperti halnya hak cipta, sering dianggap sebagai bagian dari paham individualisme. b. Paten diberikan negara berdasarkan permohonan Permintaan paten diajukan oleh penemu atau calon pemegang paten berupa permintaan pendaftaran ke kantor paten. Bila tidak ada permintaan maka tidak ada paten. Hanya penemu atau yang menerima lebih lanjut hak penemu yang berhak memperoleh paten. c. Paten diberikan untuk satu penemuan; Setiap permintaan paten hanya untuk satu penemuan atau tepatnya satu penemuan tidak dapat dimintakan lebih dari satu paten. 20 Drs. Normin S. Pakpahan, et all, edt., Kamus Hukum Ekonomi ELIPS, Jakarta, Proyek ELIPS, 2000, hal.126. Universitas Sumatera Utara 21 d. Penemuan harus baru, langkah inventif, dan dapat diterapkan dalam industri. Penemuan tersebut dapat berupa proses maupun produk yang dipatenkan e. Paten dapat dialihkan; seperti halnya hak cipta dan hak milik perseorangan lainnya paten juga dapat dialihkan kepada orang atau pihak lain, yang menurut Pasal 66 UU Paten paten dapat beralih untuk selruhnya ataupun sebagian. Pengalihan itu misalnya karena: 1 Pewarisan, hibah, wasiat; pengalihan yang berlangsung untuk seluruhnya harus disertai dengan dokumen paten serta hak-hak lain yang berkaitan dengan paten itu 2 Perjanjian; harus dibuat dalam bentuk akta notaris 3 Karena sebab-sebab lain yang ditentukan oleh undang-undang. f. Paten dapat dibatalkan dan dapat batal demi hukum; Paten yang telah diberikan terhadap suatu penemuan dapat dibatalkan berdasarkan pengajuan gugatan, baik oleh pihak-pihak tertentu lain melalui Pengadilan Niaga maupun oleh pihak-pihak tertentu karena hal-hal tertentu, seperti yang diatur dalam Pasal 91 UU Paten. Selain itu paten dapat dinyatakan batal demi hukum oleh kantor paten apabila pemegang paten tidak memenuhi kewajibannya membayar biaya-biaya tahunan dalam jayat waktu yang telah ditentukan Pasal 88 UU Paten. g. Paten berkaitan dengan kepentingan umum; Pasal 75 UU Paten menentukan bahwa apabila: Universitas Sumatera Utara 22 1 Pemegang paten tidak melaksanakan paten baca penemuan yang diberi paten tersebut atau tidak dalam hal sewajarnya selama 36 tiga puluh enam bulan sejak tanggal pemberian paten jo Pasal 17 ayat 1 UU Paten yang menentukan bahwa pemegang paten wajib membuat produk atau menggunakan proses yang diberikan opaten di wilayah Indonesia. 2 Juga apabila paten telah dilaksanakan di Indonesia oleh pemegang paten atau pemegang lisensi dalam hal lisensi wajib tetapi dalam bentuk dan dengan cara yang merugikan kepentingan masyarakat; maka akan diberikan sanksi berupa pemberian lisensi wajib kepada orangphak lain untuk melaksanakan paten tersebut. Hal ini berarti pemegang paten selain mempunyai hak juga mempunyai kewajiban untuk melaksanakan patennya supaya produk tersebut dapat memasyarakat. Pasal 5 ayat 2 Konvensi Paris menentukan bahwa pemegang paten wajib mengekpliotasi patennya sesuai dengan peraturan perundang-undangan negara tempat ia mengimpor penemuan patennya 21 . Hal ini berati bahwa pemegang paten wajib mengekploitasi patennya dalam hal paten impor. 3 Paten mensyaratkan kewajiban umum bagi pemegang paten; Dari isi Pasal 17 ayat 1 UU Paten di atas, terlihat jelas bahwa pemegang paten juga mempunyai kewajiban hukum selain tentunya hak. 22 Contoh bentuk kewajiban pemegang paten lainnya adalah pemegang 21 Ibid, hal 18 22 Pasal 17 ayat 1 Undang-Undang Nomor 14 tahun 2001 tentang Paten. Universitas Sumatera Utara 23 paten wajib membayar biaya paten tahunan dalam jayat waktu tertentu dan apabila ia tidak memenuhi kewajiban ini maka diberi sanksi, yaitu dinyatakan batal demi hukum oleh kantor paten Pasal 88 UU Paten. h. Paten berkaitan dengan kepentingan nasional; Paten sangat berkaitan erat dengan bidang teknologi, yang menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan masa depan bangsa dan negara. Untuk itu negara mempunyai peran yang luas dan penting untuk mengatur npaten, salah satu satunya melalui peraturan perundang-undangan. Pasal 17 UU Paten mengenai hak pemegang paten untuk melaksanakan paten sesungguhnya dapat dilihat dari dua sudut kepentingan, yaitu hak pemegang paten itu sendiri dan kepentingan nasional atau pemerintah sebagai pembuat peraturan. Pasal 71 UU Paten memuat ketentuan mengenai pelarangan pencantuman atau pemuatan dalam suatu perjanjian paten hal-hal yang dapat merugikan kepenrtingan nasional atau membatasi kemampuan Indonesia untuk menguasai teknologi. 4. Permohonan paten Paten hanya dapat diperoleh dengan cara Permohonan, yaitu dengan cara memohonkan invensi yang ingin diperoleh Patennya ke Ditjend Hak Kekayaan intelektual yang selanjutnya disingkat dengan istilah DitJend HKI 23 . Dalam pendaftaran tersebut memiliki prosedur, mulai dari tata cara permohonan dan syarat yang harus dipenuhi dalam Pendaftaran Paten . 23 Penjelasan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten. Universitas Sumatera Utara 24 Dalam pendaftaran dengan Hak Prioritas diatur secara khusus pada Undang-Undang No 14 Tahun 2001 tentang Paten pada pasal yang ke 27, yaitu : 1. Pendaftaran Menggunakan Hak prioritas sebagaimana diatur dalam Paris Convention for the Protection of Industri Property yang mengatur tentang jangka waktu dan tata cara dalam mengajukan pendaftaran. 2. Pendaftaran yang mengunakan permohonan dengan hak prioritas wajib dilengkapi dengan dokumen prioritas, yang disahkan oleh pejabat berwenang. 3. Apabila point pertama dan kedua tidak dipenuhi maka permohonan tidak bisa diajukan dengan menggunakan Hak prioritas. 24 Serta dalam pendaftaran Paten; Paten hanya dapat diajukan untuk satu invensi ataupun beberapa invensi yang menjadi satu kesatuann invensi. Hanya dapatdiajukan untuk satu invensi maksudnya adalah tidak boleh ada dua Paten dengan invensi yang sama, dan apabila dipatenkan oleh lebih dari satu invensi haruslah dijadikan menjadi satu kesatuan invensi.

F. Metode Penelitian

Dokumen yang terkait

Eksistensi Presidential Threshold Paska Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/Puu-Xi/2013

6 131 94

Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/Bpsk/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

22 248 119

Analisis Yuridis Pengurusan Harta Kekayaan Anak Angkat Dibawah Umur pada WNI Keturunan Tionghoa (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor : 2161 K/PDT/2011)

2 91 130

Efektivitas Penerapan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 179/K/SIP/1961 Di Dalam Persamaan Hak Mewaris Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Pada Masyarakat Suku Batak Toba Perkotaan (Studi Di Kecamatan Medan Baru)

2 68 122

Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/Pdt/2010 Dalam Perkara Perdata Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan Dilaksanakan Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

3 78 117

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Penetapan Luas Tanah Pertanian (Studi Kasus : Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11/Puu-V/2007 Mengenai Pengujian Undang-Undang No: 56 Prp Tahun 1960 Terhadap Undang-Undang Dasar 1945)

4 98 140

Sikap Masyarakat Batak-Karo Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI) No.179/K/SIP/1961 Dalam Persamaan Kedudukan Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Mengenai Hukum Waris (Studi Pada Masyarakat Batak Karo Desa Lingga Kecamatan Simpang...

1 34 150

Efektifitas Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilukada oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi

3 55 122

SENGKETA PATEN BERKENAAN DENGAN SYARAT KEBARUAN DAN LANGKAH INVENTIF PADA INVENSI TEKNOLOGI MESIN SEPEDA MOTOR (Studi Putusan Mahkamah Agung RI Nomor :802k/Pdt.Sus/2011)

1 17 69