Term Waktu Dalam al-Qur ’an

B. Term Waktu Dalam al-Qur ’an

Al-Qur’an memberi perhatian terhadap waktu dalam berbagai versi, dengan penggambaran dan beraneka. Sebagai permulaan tentang pentingnya waktu dan

besarnya nikmat Allah di dalam-Nya. 5 Al-Qur’an menyebutkan pemberian dan karunia Allah kepada manusia : ﻦِﻣ ﻢﹸﻛﺎﺗﺍَﺀﻭ . ﺭﺎﻬﻨﻟﺍﻭ ﹶﻞﻴﱠﻠﻟﺍ ﻢﹸﻜﹶﻟ ﺮﺨﺳﻭ ِﻦﻴﺒِﺋﺍﺩ ﺮﻤﹶﻘﹾﻟﺍﻭ ﺲﻤﺸﻟﺍ ﻢﹸﻜﹶﻟ ﺮﺨﺳﻭ

“Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya) dan tela menundukkan bagimu siang dan malam. Dan dia telah memberikan kepadamu (keperluan ) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadaNya. Dan jika kamu menghitung hitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggkannya. Sesungguhnya manusia itu , sangat dhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”. (QS. Ibrahim : 33-34 )

Waktu adalah seluruh rangkaian saat, baik yang telah berlalu, sekarang dan yang akan datang . dalam al-Qur’an, makna waktu tidak hanya menggunakan kata waktu saja akan tetapi menggunakan banyak term, diantaranya adalah berikut di bawah ini :

4 Waktu yang ditentukan adalah waktu tiupan pertama tanda permulaan hari kiamat. ( lihat Qur’an dan terjemahannya surat al-Hijr ayat 38.

5 Yusuf al-Qardhawi, al-Waqt fi Hayâti Muslim / Waktu dalam kehidupan muslim, Terjemahan, ( Jakarta : CV. Firdaus , 2001 ), Cet. Ke-4, h. 1

B.1. Ad-Dahr.

Secara etimologi kata ad-dahr mempunyai arti : azzamân al-thawîl ( ﻥﺎﻣﺰﻟﺍ

) yaitu masa yang lama. dalam al-Qur’an kata tersebut disebutkan

sebanyak dua kali (QS. al-Jastiyah :24 )

Dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain

hanyalah menduga-duga saja.

dan QS. al-Insan :1

Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?

Dalam surat al-Jatsiyah, Allah mengemukakan kedurhakaan kaum musyrikin yang lain. yakni kehidupan ini tidak lain kecuali kehidupan dunia saja, tidak ada akhirat, sebagian umat manusia mati dan sebagian yang lain hidup, yakni lahir dan tidak ada yang membinasakan kita selain perjalanan masa yang demikian panjang. Dia datang terus menerus datang secara berkesinambung dan sebagai manusia silih berganti lahir dan mati. Kamatian bukanlah perpindaan dari satu tempat ke tempat lain. Demikian ucapan dan kepercayaan mereka. Padahal mereka sekali-kali menyangkut hal yakni ucapan dan kepercayaan mereka itu tidak mempunyai pengetahuan sedikit pun apalagi banyak. Mereka tidak lain hanyalah terus menerus menduga-duga dan mengira ngira saja karena melihat Dalam surat al-Jatsiyah, Allah mengemukakan kedurhakaan kaum musyrikin yang lain. yakni kehidupan ini tidak lain kecuali kehidupan dunia saja, tidak ada akhirat, sebagian umat manusia mati dan sebagian yang lain hidup, yakni lahir dan tidak ada yang membinasakan kita selain perjalanan masa yang demikian panjang. Dia datang terus menerus datang secara berkesinambung dan sebagai manusia silih berganti lahir dan mati. Kamatian bukanlah perpindaan dari satu tempat ke tempat lain. Demikian ucapan dan kepercayaan mereka. Padahal mereka sekali-kali menyangkut hal yakni ucapan dan kepercayaan mereka itu tidak mempunyai pengetahuan sedikit pun apalagi banyak. Mereka tidak lain hanyalah terus menerus menduga-duga dan mengira ngira saja karena melihat

Kaum musyrikin dalam ucapannya yang direkam ayat di atas mendahulukan kata namūtu (

) : kita mati atas nahya (

) / kita hidup, padahal mereka

berbicara tentang “kehidupan “ sehingga boleh jadi ada yang berkata :”mestinya kata hidup yang didahulukan.” Hal ini disamping untuk menyesuaikan nada penggalan sebelumnya yakni kata ad-dunya (

) dengan kata nahya ( )

juga karena mereka bermaksud memberi penekanan tentang kematian. Mereka hendak menggarisbawahi bahwa kematian adalah akhir perjalanan wujud manusia dan tiada kebangkitan sesudahnya.

Kata ad-dahr ( ) digunakan untuk masa atau saat yang panjang dan

lama yang dilalui oleh alam raya dalam kehidupan dunia ini, yakni sejak diciptakannya sampai punah atau hancurnya alam ini. Kata ini kemudian digunakan untuk masa yang panjang dan dipinjam untuk menyebut tradisi yang

langgeng sepanjang hayat, 6 dalam arti waktu yang dilalui oleh sejak terciptanya alam hingga punahnya. Manusia pernah suatu ketika dalam ketiadaan, walau

ketika itu dahr telah wujud. Disisi lain sudah sekian banyak manusia yang telah tiada, kendati masa itu masih tetap ada.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa ad-dahr, sebagaimana firman Allah di atas. yaitu waktu yang digunakan untuk saat berkepanjangan

6 Wardoyo Abdul Ghafur, Tafsir Sosial, (Yogyakarta : elSAQ Press, 2005 ) Cet. 1, h. 266 6 Wardoyo Abdul Ghafur, Tafsir Sosial, (Yogyakarta : elSAQ Press, 2005 ) Cet. 1, h. 266

B. 2. Ajal

Ajal yaitu masa tertentu yang ditetapkan bagi sesuatu. dalam al-Qur’an kata ini terulang sebanyak 51 kali. 7 Pada umumnya kata ajal digunakan untuk

menjelaskan waktu berakhirnya sesuatu, seperti berakhirnya usia manusia atau masyarakat. 8

“Setiap umat mempunyai batas waktu berakhirnya usia”(QS. Yunus :49) Demikian juga berakhirnya kontrak kerja antara nabi Syuaib dan nabi Musa, yang dijelaskan dalam QS. al-Qashash : 28 ﹸﻝﻮﹸﻘﻧ ﺎﻣ ﻰﹶﻠﻋ ﻪﱠﻠﻟﺍﻭ ﻲﹶﻠﻋ ﹶﻥﺍﻭﺪﻋ ﺎﹶﻠﹶﻓ ﺖﻴﻀﹶﻗ ِﻦﻴﹶﻠﺟﹶﺄﹾﻟﺍ ﺎﻤﻳﹶﺃ ﻚﻨﻴﺑﻭ ﻲِﻨﻴﺑ ﻚِﻟﹶﺫ ﹶﻝﺎﹶﻗ

Artinya : Dia (Musa) berkata: "Itulah (perjanjian) antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi). Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan".

7 Yaitu : QS. Yunus : 49, Hud : 3 dan 104, ar-Ra’du : 2 dan 38, Ibrahim : 10 dan 44, an- Nahl : 61, Thaha : 129, al-Hajj : 5 dan 33, al-Qashash : 28, al-Ankabut : 5 dan 53, ar-Rum : 5,8

dan 42, Luqman : 29, Fathir : 13 dan 45, as-yu’ara : 14, al-Akhqaf : 3, al-Munafiqun : 10 dan surat Nuh : 4. dan lain-lain. lihat Husain Muhammad Fahmi Syafi’I , Ad-Dalil al-Mufahras li Alfâdz al- Qur’ân al-Karîm , (Kairo : Dârussalam, 2002), Cet. II, h. 33

8 Wardoyo Abdul Ghafur, Tafsir Sosial, h. 266

B.3. Waqt

Secara etimologi al-waqt mempunyai arti :

“ ukuran masa / waktu untuk melakukan sesuatu “. Waqt digunakan dalam arti batas akhir kesempatan atau peluang untuk menyelesaikan suatu peristiwa. Karena itu sering kali al-Qur’an menggunakannya dalam konteks kadar tertentu dari satu masa. (QS. an-Nisa’ : 103)

Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang

beriman.

9 Kata waqt terulang sebanyak 3 kali dalam al-Qur’an, yaitu terdapat dalam QS. Hajr : 38, QS. Shad : 81 dan QS. al-A’raf

B.4. Ashr

Kata ini biasa diartikan dengan waktu menjelang terbenamnya matahari, tetapi juga dapat diartikan sebagai “masa “ secara muthlak. Makna terakhir ini diambil berdasarkan asumsi bahwa ‘ashr merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia. Kata ‘ashr sendiri bermakna “perasaan” seakan-akan masa harus digunakan oleh manusia untuk memeras pikiran dan keringatnya, dan hal

ini hendaknya dilakukan kapan saja sepanjang masa.

9 Husain Muhammad fahmi syafi’I , Ad-Dalil al-Mufahras li Alfadz al-Qur’an al- Karim, h. 909

Dari beberapa pengertian kata di atas, dapat penulis simpulkan, bahwa meski dalam bahasa indonesianya hanya dikenal “waktu”, namun beberapa kata tersebut memberi kesan yang berbeda-beda. Kata dahr memberi kesan bahwa segala sesuatu pernah tiada dan keberadaannya menjadikan ia terikat oleh waktu. Kata ajal memberi kesan bahwa segala sesuatu ada batas waktu berakhirnya, sehingga pada hakekatnya tidak ada yang langgeng dan abadi di dunia ini , kecuali Allah sendiri. Berbeda dengan dahr dan ajal, kata waqt memberi kesan tentang

keharusan adanya pembagian teknis mengenai masa yang dialami seperti detik, menit, hari , minggu, bulan dan tahun. Oleh karena itu, dalam budaya tertentu ada pesta ulang tahun atau perayaan tahun baru. Sedangkan kata ashr memberi kesan bahwa saat-saat yang dialami oleh manusia harus diisi dengan kerja keras, baik fisik maupun non fisik.