Waktu Kiamat ( Sumpah Allah dalam QS. al-Qiyamah / 75 : 1-2 )

G. Waktu Kiamat ( Sumpah Allah dalam QS. al-Qiyamah / 75 : 1-2 )

“Aku bersumpah dengan hari kiamat, dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).” (QS. al-Qiyamah : 1-2 )

Ayat di atas terdapat dua muqsam bih , yaitu : yaum al-Qiyamah (hari kiamat) dan al-Nafs al-Lawwamah (Jiwa yang amat menyesali dirinya sendiri). Menurut Quraish Shihab, kata yaum yang berarti hari, dalam bentuk tanggalnya terulang sebanyak 365 kali, ini sama dengan satu tahun, dalam bentuk jama’

86 Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol.14, h. 602-603 87 Ibn Qayyim al-jauziyah, at-Tibyan fi Aqsamil Qur’an, h. 166 86 Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol.14, h. 602-603 87 Ibn Qayyim al-jauziyah, at-Tibyan fi Aqsamil Qur’an, h. 166

dalam setahun ). Sedangkan kata al-Qiyâmah terdapat 70 kali dalam al-Qur’an, 89 , yang semuanya didahului oleh kata yaum sehingga menjadi yaum al-qiyâmah.

Berkaitan dengan surat al-Qiyamah yang berarti hari kiamat, terdapat surat lain yang semakna dengannya yaitu : surat al-Waqi'ah, al-Hâqqah, dan al- Qâriah , ketika surat ini sama-sama mempunyai makna hari kiamat namun

berbeda penekanannya. Menurut Wahbah Zuhaili, dikatakan al-Qiyâmah, karena saat itu merupakan hari berbangkit dan pembalasan, al-Wâqiah, karena hari

kiamat itu pasti kejadiannya. 90 Al-Hâqqah karena kepastian kejadiannya dan tidak ada perdebatan dan keraguan tentangnya. Al-Qâri’ah karena pada saat itu

makhluk menjadi berantakan disebabkan huru-hara dan kekagetannya. Keterangan lain menyebutkan bahwa hari kiamat atau akhirat itu meliputi fase kehancuran keseluruhan alam semesta. Bintang-bintang di langit berguguran dan hancur berantakan. Bumi hancur digoncang oleh ledakan-ledakan hebat, isinya berhamburan keluar seperti debu yang berterbangan dan lain-lain, sedangkan manusia terombang-ambing. Dengan demikian hancur seluruh alam

semesta ini, baik yang bernyawa maupun yang tidak bernyawa. 91

Allah bersumpah dengan hari kiamat dan jiwa yang menyesali merupakan lambang kekuasaan Allah, karena manusia tidak bisa terlepas diri dari pada-Nya. Dengan terjadinya hari kiamat misalnya, orang kafir akan mendapatkan siksa

88 Quraish Shihab, Lentera Hati, Kisah dan Hikmah Kehidupan, (Bandung : Mizan, 1995 ), h. 28

89 Al-Baqi, Mu’jam al-Mufahras, h. 581-582

90 Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munîr fi al-Aqîdah wa.. , juz. 27, h. 241 91 lihat QS. al-Zalzalah dan surat al-Qari’ah.

sedangkan pada saat hidup di dunia belum mereka rasakan. Jiwa yang amat menyesali dirinya sendiri mungkin juga merupakan lambang kekuasaan Allah karena hal itu terjadi pada hari kiamat yang menunjukkan tidak ada lagi saat untuk memperbaiki diri atau taubat walaupun manusia menghendakinya. Dalam keterangan lain disebutkan bahwa ada saatnya sebelum hari kiamat pun tidak ada gunanya penyesalan, sebagaimana keberadaan Fir’aun – seorang tokoh yang menjadi lambang kedurhakaan kepada Allah - di mana dia menyadari kesalahan-

kesalahannya dan seterusnya menyatakan keimanannya sesaat sebelum nyawanya terpisah dari tubuhnya. 92 Penyesalan yang demikian ini tidak ada gunanya lagi.

Menurut Sayyid Quthb, surat ini menerangkan : memenuhi jiwa manusia dengan aneka hakekat, pengaruh serta gambaran dan peristiwa, langgam dan kesan yang tidak dapat dihadapinya serta tidak pula melepaskan diri darinya. Surat ini memenuhi jiwa seseorang dengan sangat kuat dan dengan daya yang unik yang menjadikan surah ini memiliki ciri Qur'ani tersendiri, baik dalam gaya

redaksinya, atau gaya musiklnya. 93 Adapun komentar Quraish Shihab dalam ayat ini adalah : surat ini

menguraikan tentang kiamat serta betapa mengerikannya peristiwa itu. Tujuan Allah bersumpah dengan hari kiamat adalah untuk menguatkan informasi yang disampaikan kitab suci ini. Di sini Allah mengisyaratkan bahwa persoalan telah menjadi demikian jelas sehingga tidak lagi diperlukan argumentasi baru.

Antara Quraish Shihab dan Sayyid Quthb dalam ayat ini, keduanya mempunyai orientasi yang sama, yaitu : bahwa kiamat merupakan suatu kejadian

92 Lihat QS. Yunus / 10 : 90-91 93 Sayyid Quthb, Tafsir fi Zhilal al-Qur'an, jilid ke-23, h. 123 92 Lihat QS. Yunus / 10 : 90-91 93 Sayyid Quthb, Tafsir fi Zhilal al-Qur'an, jilid ke-23, h. 123

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan Allah bersumpah dengan hari kiamat adalah untuk menjelaskan bahwa hari kebangkitan itu pasti terjadi dan tidak ada keraguan padanya. Maka diharapkan manusia dapat

mempersiapkan hari depannya (kiamat) dengan mengisi waktu sehari hari dengan beramal shaleh dan berbuat baik bahkan selalu menjadi lebih baik, - man kana yaumuhu khairan min amsihî fa huwa râbih , artinya barang siapa yang harinya

lebih baik dari kemarin maka termasuk orang yang beruntung. 94

94 Karakteristik orang yang beruntung adalah : orang yang khusyuk dalam shalatnya, orang yang tidak berbuat laghwun, orang yang menunaikan zakat, orang yang menjaga farajnya

kecuali dengan pasangannya, orang yang menjaga amanah dan orang-orang yang menjaga shalatnya. Lihat QS. al-Mukminun : 1-10