Waktu Subuh ( Sumpah Allah dalam QS. Al-Mudatstsir / 74 : 34 dan at-Takwir / 18 : 18 )

B. Waktu Subuh ( Sumpah Allah dalam QS. Al-Mudatstsir / 74 : 34 dan at-Takwir / 18 : 18 )

“ Sekali kali tidak ! Demi bulan dan malam ketika telah berlalu, dan subuh apabila menampakkan diri mulai terang. 12 Maka aku tidak bersumpah dengan

bintang-bintang yang mulai menampakkan diri, yang beredar dan berlindung dan demi malam apabila telah hampir meninggalkan gelapnya dan demi subuh

apabila mulai menyingsing.” 13

Menurut Sayyid Quthb, waktu subuh bertanda perginya waktu malam dan datangnya waktu siang, yang mempunyai pengaruh pada jiwa, yaitu ketika cahaya pagi baru terbit dan kegelapan mulai tersibak yang menjadikan hati menjadi khusuk dengan merenungkan dan memikirkan rahasia-rahasia alam semesta yang

tak pernah berhenti, dan tidak pernah sekalipun ada ketimpangan. 14 Menurut Quraish Shihab kata ash-shubhu berarti sesuatu yang cerah dan

bercahaya. Awal waktu siang dan pagi dinamai subuh karena kecerahan dan cahaya yang meliputinya. Hal ini mengibaratkannya dengan al-Qur’an dan petunjuk agama yang juga menyingkap kegelapan hati dan pikiran, karena dengan kehadiran tuntunan agama dalam diri manusia, maka kegelapan jiwanya pun berlalu, sebagaimana berlalunya kegelapan malam, dan kehadirannya itu

12 QS. Al-Mudatstsir/ 74 : 32-34 13 QS. At-Takwir / 18 : 15- 18 . dalam ayat ini terjdi perbedaan penafsiran mengenai la

uqsimu, ada yang memahaminya la dengan arti tidak sehingga di sini Allah tidak bersumpah dan ada yang memahami la di sini adalah sebagai sisipan, yang bertujuan menguatkan sumpah. ( Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol 15, h. 90 )

14 Sayyid Quthb, Tafsir Fi Dzilâl al- Qur’ân, Cairo Daru sy- Syuruq, cet. X, 1982 M.Bab IV hal.2246 14 Sayyid Quthb, Tafsir Fi Dzilâl al- Qur’ân, Cairo Daru sy- Syuruq, cet. X, 1982 M.Bab IV hal.2246

keridhaan Allah. Berkah ada pada waktu pagi (albarokatu fi bukuriha), memang benar, karena pagi memiliki banyak berkah. Salah satunya ketika berzikir pagi, yang begitu dianjurkan untuk memperoleh rahmat-Nya."Dan sabarkanlah dirimu bersama orang-orang yang menyeru Tuhan mereka pada waktu pagi dan petang

untuk mengharapkan keridhaan-Nya. 16 ”

Rasulullah SAW. juga menjelaskan jaminan Allah bagi orang yang shalat Subuh. " Barang siapa yang mengerjakan shalat subuh, maka ia berada dalam jaminan Allah, maka jangan sampai Allah menarik kembali jaminan-Nya kepada kalian dengan sebab apapun. Maka barang siapa Allah jabut jaminan-Nya dengan sebab apapun, pasti akan tercabut. Kemudian Allah akan telungkupkan wajahnya

ke dalam neraka jahannam. 17 Keberkahan subuh juga membuka pintu-pintu rezeki-Nya yang telah

dihamparkan di hari itu. Sebab itu, Allah SWT. menyerukan muslim untuk menyambut rezeki-Nya dengan bersegera bangun pagi. 18

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Ahmad dan Baihaqi, diceritakan bahwa ketika Rasulullah SAW. pulang dari shalat subuh di masjid Nabawi, beliau mendapati putrinya Siti Fatimah masih tidur-tiduran. Dengan penuh kasih sayang lantas beliau menggerakkan badan putrinya itu sembari berkata, “Wahai anakku,

15 Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, vol.14, h. 603-604 16 Lihat QS. al-Kahfi / 18 : 28 17 Shahih Muslim bi Syarhi an Nawawi (no. 454), kitab al-Masâjid Mawâdhi'u ash-

Shalâh, bab Fadhlu Shalâti al-Jamâ'ah wa Bayâni at-Tasydîd fi Takhallufi 'Anhâ (V/293)

18 Lihat QS. at-Thalaq, : 2-3 18 Lihat QS. at-Thalaq, : 2-3

terbit matahari.” 19 Bersegera bangun saat subuh, ketika suasana pagi masih tampak sunyi,

banyak keberkahan yang akan dilimpahkan Allah SWT. kepada hamba-Nya. Allah SWT. akan melindunginya seharian penuh, mengucurkan rahmat, memberi pahala yang banyak, membuka pintu-pintu rezeki, melimpahkan kesegaran pikiran

dan ketenangan, dan menyehatkan badan ketika bergerak bangun tidur lalu melakukan wudlu dan melangkahkan kaki shalat subuh berjamaah ke Masjid. Berkaitan dengan makna shubuh yang terdapat pada uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, Quraish Shihab lebih menekankan pada nilai-nilai makna substantif yang mengibaratkan waktu subuh dengan cahaya al-Qur'an sebagai petunjuk dan penerang jalan, sedangkan Sayyid Quthb menekankan pada tataran aplikatif dengan gambaran perubahan waktu dari gelap ke terang yang berpengaruh pada jiwa untuk berfikir dan bertadabbur sehingga mendapatkan kematangan sepiritual yaitu hati menjadi khusuk, karena mengetahui gambaran perubahan itu sebagai wujud kekuasaan Allah.