Penambahan Fonem Trill-Alveolar [r]

untuk merujuk pada leksikon tanpa penambahan [k]. Selain itu, peneliti menentukan tata urutan data pada tabel 4.37 sesuai dengan bentuk asli leksikon. Penambahan plosif-velar [k] pada posisi awal silabel tersebut dapat dijelaskan secara dialektologis menggunakan teori mata rantai pemahaman. Daerah yang mempertahankan bentuk asli adalah TP5 dan TP8, sedangkan daerah yang terjadi penambahan konsonan plosif-velar [k] pada posisi awal silabel adalah TP1. TP5 berbatasan dengan Tulungagung dan TP8 merupakan wilayah tengah Kabupaten Kediri, sedangkan TP1 berbatasan dengan Nganjuk. TP yang masih setia mempertahankan bentuk asli memiliki distribusi penyebaran lebih luas jika dibandingan TP yang mengenal penambahan plosif-velar [k]. Dengan demikian, peneliti menentukan bahwa fonem yang tetap mempertahankan bentuk asli dianggap sebagai ciri khas bahasa Jawa di Kabupaten Kediri. 4.4.2.5 Penambahan Fonem Trill-Alveolar [r] Peneliti menemukan dua variasi penambahan trill-alveolar [r] sebelum bunyi bilabial [b,p] pada posisi tengah silabel, seperti pada tabel 4.36 berikut. Tabel 4.36: Penambahan Fonem Trill-Alveolar [r] Tabel 4.36 menunjukkan adanya proses fonologis penambahan fonem pada posisi tengah silabel yang disebut sinkope. Penambahan konsonan trill- alveolar [r] pada posisi tengah silabel terjadi ketika diikuti bunyi bilabial [b,p] seperti pada data 4.36. Daerah yang mempertahankan bentuk asli adalah TP2, Berian1 TP Berian2 TP Glos b ɛŋɛs 2, 7 br ɛŋɛs 1 lipstik k əpɛsɛt 2, 4, 5, 8 k əprɛsɛt 1 tergelincir TP4, TP5, TP7, dan TP8. Sedangkan daerah mengalami penambahan trill-alveolar [r] pada posisi tengah silabel adalah TP1. Distribusi penyebaran TP yang masih setia mempertahankan bentuk asli lebih luas jika dibandingan TP yang mengenal penambahan trill-alveolar [r]. Dengan demikian, peneliti menentukan bahwa fonem yang tetap mempertahankan bentuk asli dianggap sebagai ciri khas bahasa Jawa di Kabupaten Kediri. Peneliti juga menemukan proses fonologis berupa pertukaran letak bunyi trill-alveolar [r], seperti pada data berikut. [br əkat] [b ərkat] ‘makanan selamatan’ Pada data [br əkat] posisi trill-alveolar [r] berada setelah bunyi bilabial [b]. Setelah bertukar, posisi trill-alveolar [r] berubah sehingga terletak setelah bunyi vokal [ ə]. Proses pertukaran bunyi trill-alveolar [r] di atas disebut dengan metatesis. Pengertian metatesis adalah proses perubahan bunyi yang berkaitan dengan pertukaran letak di antara dua bunyi Schane,1973:53, seperti pada data berikut. [iku] [kui] ‘itu’ [aŋkraŋ] [kraŋkaŋ] ‘semut merah’ Pada data [iku] posisi plosif-velar [k] berada di tengah silabel yang diapit dua vokal. Setelah bertukar, posisi plosif-velar [k] terletak di awal silabel menjadi [kui]. Hal yang sama terjadi pada fonem [ aŋkraŋ], posisi plosif-velar [k] terletak di tengah silabel. Setelah bertukar, posisi plosif-velar [k] berubah sehingga terletak di awal silabel menjadi [aŋkraŋ].

4.4.2.6 Perbandingan Silabel