Hal sebaliknya terjadi pada TP7. Meskipun, TP7 memiliki segitiga dialektometri paling banyak, yakni TP7, TP1, TP2; TP7, TP2, TP3; TP7, TP4,
TP6; dan TP7, TP4, TP8. Akan tetapi, TP7 hanya memiliki satu pasangan TP, yakni TP7 dibandingkan TP8 7:8. Hal ini terjadi karena pasangan TP7 telah
selesai dipasangkan dengan TP sebelumnya. Peneliti tidak mungkin memasangkan TP7 dengan TP1 7:1 karena TP1 telah dipasangkan dengan TP7 1:7. Peneliti
mengambil pasangan TP yang pertamakali muncul. Sedangkan TP8 tidak memiliki pasangan TP karena sudah tidak ada TP yang dapat dipasangkan.
3.3.1.2 Teknik Permutasi
Langkah kedua adalah menentukan perhitungan permutasi TP menggunakan ketentuan sebagai berikut.
1. Jika tiap-tiap TP yang dibandingan menunjukkan varian data maka dianggap
terdapat perbedaan, 2.
Jika TP yang dibandingkan salah satunya tidak muncul varian maka dianggap terdapat perbedaan,
3. Jika TP ditemukan lebih dari satu varian dan salah satu varian dikenal di TP
lain yang dibandingkan maka dianggap tidak ada perbedaan, 4.
Jika tiap-tiap TP yang dibandingkan tidak ditemukan data maka dianggap tidak ada perbedaan Laksono, 2004:18-19; Mahsun, 1995:119; Nadra dan
Reniwati, 2009: 96. Varian data pada TP yang dibandingkan dihitung berdasarkan medan
makna. Model perhitungannya dengan membuat tanda, misalnya, tanda centang
√ jika menunjukkan adanya perbedaan dan tanda hubung - jika tidak terjadi perbedaan. Model perhitungan dialektometri dengan permutasi dapat dilihat pada
tabel 3.2. Tabel 3.2: Model Teknik Permutasi
Medan Makna Bagian Tubuh No.
Glos TP
Pasangan TP B.
BAGIAN TUBUH 1:2
1:6 1:7
2:3 2:7
1 Dahi
1,2,3,4,5,7 -
√ -
- -
6,8 2
Dagu 1, 2, 3,5,6, 7
- -
- -
- 4, 8
3 Tengkuk
1,2,4, 5, 6, 7, 8
- -
- √
- 3
4 Ubun-ubun
3, 6, 7 -
√ √
√ √
1, 2, 4, 8 5
Gigi Taring 1, 2, 3, 4, 6,
8 -
- √
- √
7
3.3.1.3 Perhitungan Dialektometri
Peneliti telah menyeleksi rumus dialektometri yang sesuai dengan karakter bahasa Jawa di Kabupaten Kediri. Proses seleksi tersebut telah peneliti jelaskan
pada bab II. Rumus dialektometri yang digunakan sebagai berikut.
Keterangan :
S = jumlah beda dengan titik pengamatan lain n = jumlah peta yang diperbandingkan
d = persentase jarak unsur-unsur kebahasaan antartitik pengamatan. S x 100 = d
n
dikutip dari Ayatrohaedi, 1983:32; Lauder, 2002: 39; Mahsun, 2007: 175; Nadra dan Reniwati, 2009:91.
Selanjutnya, hasil perhitungan berdasarkan rumus dialektometri tersebut diklasifikasikan sesuai dengan ketentuan berikut.
81 ke atas : dianggap perbedaan bahasa
51 – 80
: dianggap perbedaan dialek 31
– 50 : dianggap perbedaan subdialek
21 – 30
: dianggap perbedaan wicara di bawah 20
: dianggap tidak ada perbedaan. dikutip dari Seguy dalam Mahsun, 1995:118.
Selanjutnya, dicari nilai rata-rata atau mean ƛ. Mean berfungsi mengetahui
penarikan simpulan hasil perhitungan dialektometri, menggunakan rumus berikut Butler, 1985: 28.
Keterangan: fx : jumlah semua nilai
N :banyaknya nilai
3.3.1.4 Teknik Permutasi