Medan Makna WAKTU dan MUSIM

Peneliti menggunakan istilah beda leksikon untuk menyatakan perbedaan leksikon yang terjadi di TP. Istilah beda fonem untuk menyebut perbedaan fonem dan istilah zero yang berarti tanpa perbedaan leksikon atau fonem.

4.1.1.1 Medan Makna WAKTU dan MUSIM

Medan makna WAKTU dan MUSIM memiliki jumlah peta yang diperbandingkan n sebanyak 14 peta, terdiri dari 10 peta beda leksikon dengan 4 zero. Perhitungan dialektometri seperti pada tabel 4.2. Tabel 4.2: Dialektometri WAKTU dan MUSIM TP S Rumus Dialektometri d 1:2 3 3 x 100 14 21,4 1:6 5 5 x 100 14 35,7 1:7 5 5 x 100 14 35,7 2:3 4 4 x 100 14 28,5 2:7 4 4 x 100 14 28,5 3:4 8 8 x 100 14 57,1 3:7 4 4 x 100 14 28,5 3:8 6 6 x 100 14 42,8 4:5 7 7 x 100 14 50 4:6 6 6 x 100 14 42,8 4:7 7 7 x 100 14 50 4:8 7 7 x 100 14 50 5:6 3 3 x 100 14 21,4 6:7 5 5 x 100 14 35,7 7:8 5 5 x 100 14 35,7 Tabel 4.2 menjelaskan jarak kebahasaan d dapat diperoleh dari perbandingan pasangan TP kemudian dihitung menggunakan rumus dialektometri. Peneliti mengambil contoh perbandingan TP1 dan TP2 yang memiliki jarak kebahasaan d sebesar 21,4. Demikian seterusnya hingga seluruh TP selesai dihitung. Berdasarkan perhitungan dialektometri, kemudian ditentukan status isolek seperti tabel 4.3 berikut. Tabel 4.3: Penentuan Isolek Medan Makna WAKTU dan MUSIM Kriteria Jarak Kebahasaan Hasil Perhitungan Penentuan Isolek 81 - 100: beda bahasa 51 - 80 : beda dialek 31 - 50 : beda subdialek 21 - 30 : beda wicara 0 - 20 : tidak ada perbedaan Seguy dalam Mahsun, 2007:175 Pasangan TP d 1:2 21,4 wicara 1:6 35,7 subdialek 1:7 32,7 subdialek 2:3 28,5 wicara 2:7 28,5 wicara 3:4 57,1 dialek 3:7 28,5 wicara 3:8 42,8 subdialek 4:5 50 subdialek 4:6 42,8 subdialek 4:7 50 subdialek 4:8 50 subdialek 5:6 21,4 wicara 6:7 35,7 subdialek 7:8 35,7 subdialek Tabel 4.3 menjelaskan hasil dialektometri berdasarkan medan makna WAKTU d an MUSIM. Pada kolom ‘hasil perhitungan’ ditunjukkan pasangan TP dan hasil perhitungan jarak bahasa d medan makna. Pada kolom ‘penentuan isolek’ dijelaskan status isolek sesuai dengan ukuran kriteria jarak bahasa. Peneliti mengambil contoh penentuan isolek TP1 dengan TP2 berupa perbedaan wicara sebesar 21,4. Jarak kebahasaan d tersebut termasuk ke dalam jarak ambang bawah, hanya lebih 0,4 dari batas kriteria beda wicara. Berdasarkan kriteria jarak kebahasaan d dari Seguy, jika nilai 21 hingga 30 maka dikategorikan perbedaan wicara. Selanjutnya, dicari nilai mean ƛ, seperti tabel 4.6 berikut. Tabel 4.4: Nilai Mean Medan Makna WAKTU dan MUSIM Rumus ƛ Penghitungan d Simpulan Isolek Mean ƛ = ∑fx N 567,3 = 37,5 15 37,5 subdialek Tabel 4.4 berisi hasil penetapan isolek berdasarkan nilai mean, yakni berupa perbedaan subdialek pada medan makna WAKTU dan MUSIM. Nilai jarak kebahasaan d tersebut termasuk dalam ambang bawah, jika kriteria nilai d mendekati nilai minimum perbedaan subdialek sebesar 31 maka dikatakan nilai ambang bawah.

4.1.1.2 Medan Makna BAGIAN TUBUH