58 tersebut. Semua tahap diselesaikan sampai pada tahap terakhir
dalam berwudhu. 4.
Praktek tanpa menggunakan intervensi media video Setelah pemutaran pada tiap tahapan wudhu kemudian praktek
secara  keseluruhan  dari  tahap  awal  sampai  akhir  dalam berwudhu. Subyek akan mempraktekkan semua tahapan dalam
berwudhu tanpa
adanya pemutaran
video berwudhu
sebelumnya. Subyek akan mengulangnya selama beberapa kali sampai  mampu  mempraktekkan  keseluruhan  tanpa  adanya
kesalahan  atau  pengurangan  salah  satu  tahapan  wudhu. Sesekali  kegiatan  ini  dilaksanakan  di  tempat  wudhu  secara
langsung  agar  subyek  dapat  merasakannya  lebih  nyata  dan dapat membiasakannya sebagai rutinitas ibadah yang baik dan
benar. c.
Kegiatan penutup Subyek  akan  diminta  untuk  mempraktekkan  semua  tahapan
berwudhu  baik  tanpa  air  maupun  dengan  air.  Subyek mempraktekannya  tanpa  adanya  bantuan  intervensi  dari  media
video  berwudhu  yang  telah  ditampilkan  pada  inti  pembelajaran. Peneliti akan melakukan evaluasi dengan instrumen observasi yang
telah  dipersiapkan  dengan  durasi  waktu  selama  10  menit. Instrumen yang digunakan sama dengan instrumen yang digunakan
pada  fase  baseline-1.  Ketika  ada  perubahan  perilaku  yang
59 doperlihatkan  oleh  subyek,  maka  dengan  segera  perlu  dicatat
sebagai bahan pengumpulan data.
3. Tahap Akhir
Tahap  berikutnya  adalah  fase  baseline-2.  Kegiatan  baseline-2  ini merupakan  pengulangan  baseline-1  yang  mempunyai  tujuan  untuk
melakukan  evaluasi  terhadap  intervensi  atau  perlakuan  yang  diberikan pada  fase  intervensi.  Dalam  penelitian  ini  evaluasi  ditujukan  untuk
mengetahui kemampuan berwudhu subyek setelah diberikan perlakuan pemberian  video  berwudhu  pada  fase  intervensi.  Dari  hasil  kegiatan
baseline-2 tersebut akan dapat diketahui bahwa media video berwudhu efektif  digunakan  untuk  kemampuan  berwudhu  subyek  dengan
membandingkan  kemampuannya  dari  hasil  fase  baseline-1.  Fase intervensi, dan fase baseline-2.
L. Analisis Data
Pengelolaan  data  hasil  penelitian  ini  antara  lain  menyusun  data  yang diperoleh ke dalam satuan-satuan. Proses satuan dilakukan dengan membaca
dan mempelajari seluruh data secara teliti serta menyeluruh. Data kuantitatif diperoleh  dari  jumlah  frekuensi  kesalahan  yang  diperoleh  subyek  pada
observasi  awal  sebelum  memberlakukan  media  video  berwudhu  untuk mendapatkan  hasil  baseline-1.  Juang  Sunanto,  dkk  2006:  15  menjelaskan
bahwa  “frekuensi  menunjukkan  berapa  kali  suatu  peristiwa  terjadi  pada periode waktu tertentu”. Namun, dalam penelitian ini, tidak adanya batasan
atau  periode  waktu  tertentu  yang  harus  dilalui  subyek  pada  saat  melakukan
60 kegiatan  berwudhu.  Ketika  subyek  mampu  melaksanakan  setiap  tahap
berwudhu  maka,  akan  diberi  tanda  centan g  √  pada  kolom  yang  telah
disiapkan  di  instrumen  observasi.  Untuk  mengetahui  subyek  mampu berwudhu  yaitu  membandingkan  kesalahan  pada  tahap  berwudhu  yang
dilakukan  pada  fase  baseline-1,  intervensi,  dan  baseline-2  observasi  akhir sesudah  menggunakan  media  video,  menunjukkan  adanya  pengurangan
kesalahan. Setelah  semua  penilaian  dari  baseline-1,  intervensi,  dan  baseline-2
didapatkan  dengan  rumus  yang  dikemukakan  di  atas  maka,  untuk  dapat mengetahui  mengenai  keefektifan  penggunaan  media  video  terhadap
kemampuan  berwudhu  subyek  dalam  penelitian  ini  menggunakan  statistik deskripstif  yang  penyajian  datanya  menggunakan  grafik.  Teknik  analisis
dalam  bentuk  grafik  garis  dilakukan  agar  dapat  terlihat  secara  langsung perubahan yang terjadi dari kedua fase tersebut.
Analisis  data  yang  digunakan  yaitu  analisis  dalam  kondisi  dan  antar kondisi. Analisis dalam kodisi meliputi panjang kondisi, kecenderungan arah,
tingkat  stabilitas, tingkat  perubahan,  jejak data, dan rentang Juang Sunanto, dkk, 2006: 68. Analisis antar kondisi yaitu variabel yang diubah, perubahan
kecenderungan  arah  dan  efeknya,  perubahan  stabilitas  dan  efeknya, perubahan level, data tumpang tindih Juang Sunanto, dkk, 2006: 72.
61
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Sekolah Khusus Autisma Bina Anggita terletak di  daerah  Kanoman, Tegal Pasar, Banguntapan, Bantul. Sebelumnya sekolah ini adalah sebuah
lembaga bimbingan pada tahun 1999. Diakhir tahun 1999 Sekolah Khusus Autisma  Bina  Anggita  Yogyakarta  pertama  kali  menempati  bangunan  di
Juru  Genthong,  Gedong  Kuning,  Yogyakarta.  Tahun  2008  pindah  ke  Jl. Garuda  no.  143  Wonocatur,  Banguntapan,  Bantul,  dengan  menempati
gedung SD yang sudah regrouping. Pada pertengahan tahun 2014 pindah ke  alamat  Kanoman,  Tegal  Pasar,  Banguntapan  tersebut  yang  memiliki
tempat  yang  lebih  luas  sehingga  diharapkan  lebih  kondusif  dan  lebih nyaman  dalam  kegiatan  belajar-mengajar.  Letak  sekolah  ini  juga  mudah
untuk dijangkau oleh transportasi, karena terletak di pinggiran kota  yang tidak  terlalu  jauh  dari  jalan  raya.  Sekolah  menggunakan  sistem  shift
dengan  membagi  waktu  jam  sekolah  pagi,  siang,  dan  sore. Adapun
keadaan  fisik  sekolah  yang  dimiliki  oleh  sekolah  seperti  ruang  kelas, ruang  sarana  prasarana  yang  ada  di  Sekolah  Khusus  Autisma  Bina
Anggita, terdiri dari:
a. Ruang kelas.
Jumlah  ruang  kelas  di  Sekolah  Khusus  Autisma  Bina  Anggita sejumlah  4  kelas.  Ruang  kelas  yang  digunakan  untuk  melaksanakan
kegiatan belajar mengajar ditempati oleh beberapa siswa dengan guru
62 yang bertugas mengajarnya. Di sekolah ini setiap siswa diampu oleh
seorang  guru,  ada  juga  dua  siswa  yang  diampu  oleh  seorang  guru. Semua  dipertimbangkan  dengan  kemampuan  dan  gangguan  dari
siswa  autis  tersebut,  apabila  kemampuannya  masih  cukup  rendah ataupun  gangguannya  sulit  untuk  dikendalikan,  maka  guru  hanya
akan mengampu satu guru tersebut. Tujuannya agar guru fokus dalam mempersiapkan  program  untuk  mengembangkan  kemampuan  siswa
serta mengurangi perilaku-perilaku autis yang muncul. b.
Ruang kepala sekolah c.
Ruang tamu d.
Ruang terapi e.
Ruang tata usaha f.
Ruang makan dan dapur g.
Ruang karawitan Alat  kesenian  dan  karawitan,  media  terapi  bermain  dan  sensori
integrasi,  peralatan olah  raga seperti 10 buah matras tipis,  satu  buah trampolin kecil, satu buah treadmill elektrik alat fitness lari.
h. Mushola
i. Ruang tunggu wali murid
j. Empat buah toilet
k. Ruang perpustakaan
Didalamnya terdapat sarana perpustakaan, Halaman sekolah, terdapat satu buah ayunan anak
– anak.