Rukun Berwudhu Kajian Tentang Berwudhu

31 memiliki gangguan autis cenderung sulit untuk menerima dan mencerna informasi dari satu sumber. Dari permasalahan tersebut diperlukan media atau metode yang mempunyai karakteristik sesuai dengan karakteristik anak autis untuk dapat membantu mereka dalam melaksanakan kegiatan berwudhu sesuai dengan urutan yang benar dari niat basmalah, berkumur-kumur sebanyak tiga kali, membasuh hidung sebanyak tiga kali, membasuh muka dimulai dari kening sampai tulang dagu bagian bawah dan di antara telinga kanan dan kiri sebanyak tiga kali, membasuh kedua tangan hingga kedua siku sampai kedua siku ikut terbasuh sebanyak tiga kali, membasuh rambut kepala sebanyak tiga kali, membasuh kedua telinga dengan cara membasuh telinga sebanyak tiga kali, membasuh kedua kaki serta ruas jari sampai siku sebanyak tiga kali, diakhiri dengan bacaan hamdalah tanpa menghilangkan salah satu dari urutan tersebut. Setelah mempelajari kajian yang telah ditemukan mengenai berbagai macam media kemudian dapat diketahui bahwa media yang dapat menampilkan gambar gerak sekaligus dengan auditori adalah media video. Di dalam media video tersebut terdapat demonstrasi yang ditunjukkan pada setiap tahapnya agar dapat membantu anak autis dalam memahami konsep berwudhu. Media ini mempunyai karakteristik yaitu gambar gerak yang disertai dengan suara atau auditori yang dapat menarik perhatian anak autis, menghemat waktu karena video dapat diputar berulang kali, suara dari video dapat diatur keras lemahnya, gambar dapat di play dan stop untuk dapat diamati secara seksama oleh si penerima informasi, dan ruangan yang 32 digunakan untuk memutar video tidak perlu digelapkan. Komunikasi yang terjalin dalam media video adalah satu arah sehingga tidak dapat mengetahui umpan balik yang diperoleh dari penerima pesan, media video juga tidak dapat menampilkan detail dari pesan visual gerak yang disertai dengan audio tersebut. Dari media video tersebut yang mempunyai karakteristik sama dengan karakteristik kebutuhan informasi untuk anak autis, maka media video berwudhu tersebut dapat digunakan untuk mengoptimalkan kemampuan subyek yang mempunyai gangguan autis dalam kegiatan berwudhu. Metode demonstrasi dapat digunakan sebagai penunjang keberhasilan dari penelitian ini, karena metode demonstrasi digunakan untuk membantu subyek untuk memahami dengan jelas jalannya suatu proses, dan memudahkan pemahaman anggota badan yang digerakan dalam kegiatan berwudhu dengan praktek secara langsung. Kerangka pikir tersebut menjadi pondasi bahwa penelitian media video efektif terhadap kemampuan berwudhu anak autis kelas X SMALB Sekolah Khusus Autisma Bina Anggita Yogyakarta. Berikut adalah bagan kerangka pikir dari penelitian ini: