Baku Mutu Emisi di Beberapa Negara

C. Baku Mutu Emisi di Beberapa Negara

Sebagai bagian dalam upaya mengendalikan pencemaran udara dari sumber bergerak dan sebagai upaya penegakan hukum, maka beberapa negara disamping telah mengadopsi Standar Euro, juga memiliki standar emisi yang berlaku pada masing- masing negara bersangkutan. Penetapan baku mutu emisi gas buang kendaraan bermotor yang ada selalu memperhatikan beberapa hal diantaranya adalah ketersediaan , perkembangan dan penggunaan teknologi kendaraan, ketersediaan bahan bakar, usia kendaraan dan perilaku perawatan pemilik kendaraan. Sehingga masing-masing negara selalu memiliki perbedaan dalam parameter emisi dan besarannyapun akan berbeda. Seprti yang berlaku di Indonesia peraturan perundang- undangan yang berkaitan dengan pengendalian emisi kendaraan adalah : Pemerintah memegang peranan penting dalam usaha pencegahan pencemaran udara, dalam hal ini pemerintah membuat peraturan mengenai lingkungan hidup, di antaranya sebagai berikut. 1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup: Kep. No. 02Men.I1988, menetapkan ambang batas CO  4,5, HC  3.300 ppm untuk mesin 2 tak dan 4 tak. 2. Keputusan Menteri Perhubungan: KM No. 81989, menetapkan CO  4,5 dan HC  1.200 ppm untuk kendaraan roda 4. 3. Keputusan Gubernur DKI Jakarta: No. 12221990, menetapkan mesin 2 tak dengan ambang batas CO  4,5 dan HC  3.000 ppm, sedangkan mesin 4 tak dengan ambang batas CO  4,5 dan HC  1.200 ppm. 4. Menteri Negara Lingkungan Hidup: Kep, No. 35MENLH101993, menetapkan mesin 2 tak dengan ambang batas CO  4,5 dan HC  3.000 ppm, sedangkan mesin 4 tak dengan ambang batas CO  4,5 dan HC  2.400 ppm. 5. Undang Undang Lalu-Lintas No. 141992 Bab X Pasal 50 ayat 1 dan 2 tentang Dampak Lingkungan dikeluarkan tanggal 17 September 1992. 6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup: Kep. No. 35MENLH101993 tentang Ambang Batas Gas Buang Kendaraan Bermotor, menetapkan kandungan CO dan HC serta ketebalan asap pada pancaran gas buang, sebagai berikut. a. Sepeda motor 2 tak dengan bahan bakar bensin dengan bilangan oktan  87 ditentukan CO  4,5 dan HC  3.000 ppm. b. Sepeda motor 4 tak dengan bahan bakar bensin dengan bilangan oktan  87 ditentukan CO  4,5 dan HC  2.400 ppm. Kendaraan bermotor selain sepeda motor dengan bahan bakar bensin dengan bilangan oktan  87 ditentukan CO  4,5 dan HC  1.200 ppm. c. Kendaraan bermotor selain sepeda motor dengan bahan bakar solardiesel dengan bilangan setana  45 ditentukan maksimum ekivalen 50 Bosch pada diameter 102 mm atau 25 opasiti untuk ketebalan asap. 7. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup: Kep. 15MENLH41996, tanggal 26 April 1996, mencanangkan “Program Langit Biru”. 8. “Program Segar Jakartaku” disponsori oleh Swisscontact. G. Program-program lain yang diselenggarakan Bapedal. H. Peraturan Mentri Lingkungan Hidup No. No. 05 Tahun 2006 1 Agustus 2006 tentang baku mutu emisi sumber bergerak kendaraan bermotor I. Kep. Men LH No. 141 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru dan Kendaraan Bermotor Yang Sedang Diproduksi pada tanggal 23 September 2003. J. Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup No. 13MENLH31995 tentang baku mutu emisi sumber tidak bergerak Tabel 7 Baku mutu emisi kendaraan bermotor menurut Kepmen LH No. 06 tahun 2006 Kendaraan Bermotor Kategori “L” Kategori Tahun Pembuatan Parameter Metode Uji CO HC ppm Opasitas Sepeda motor 2 langkah 2010 4.5 12.000 - Idle Sepeda motor 2 langkah 2010 4.5 2.400 - Idle Sepeda motor 2 dan 4 langkah 2010 4.5 2.000 - Idle Kendaraan Bermotor Kategori “M, N, dan O” Berpenggerak motor bakar cetus api bensin 2007 2007 4.5 4.5 1.5 1.5 1.200 1.200 200 200 - Idle Berpenggerak motor bakar penyalaan kompressi diesel GVW 3.5 ton GVW 3.5 ton 2010 2010 2010 2010 - - 70 40 70 50 Percepatan Bebas Free running acceleration CATATAN : Untuk kendaraan bermotor berpenggerak motor bakar cetus api bensin kategori “M, N, dan O” 2007 : Berlaku sampai dengan 31 Desember 2006 2007 : Berlaku mulai tanggal 1 Januari 2007 Untuk kendaraan bermotor kategori “L” dan kendaraan bermotor berpenggerak motor bakar penyalaan kompressi diesel 2010 : Berlaku sampai dengan 31 Desember 2009 2010 : Berlaku mulai tanggal 1 Januari 2010 Atau equivalent BOSCH Tabel 8 Baku Mutu Udara di Guatemala Kategori Tahun Pembuatan Parameter Metode Uji CO HC ppm CO2 Gasoline Vehicles 1995 4.5 600 10.5 - 1995 0.5 125 12.0 SEJAK TAHUN 1995 PENGGUNAAN CATALYTIC CONVERTER DIWAJIBKAN Kategori Tahun Pembuatan Parameter Metode Uji CO HC ppm Opasitas Diesel Vehicles dibawah 3.5 ton 2000 70 2000 60 Diesel Vehicles dibawah 3.5 ton 2000 80 2000 70 Tabel 9 Baku Mutu Udara di Mexico Kategori Tahun Pembuatan Parameter Metode Uji CO HC ppm CO2 Gasoline Vehicles 1979 6.0 700 7.0 – 18.0 - 1980 – 1985 5.0 600 7.0 – 18.0 1985 – 1991 4.0 500 7.0 – 18.0 1992 – 1993 3.0 400 7.0 – 18.0 1994 2.0 200 7.0 – 18.0 Diesel Vehicles Peak value opasitas 50 Tabel 10 Baku Mutu Udara di Swiss Kategori Tahun Pembuatan Parameter Metode Uji CO HC ppm CO2 Gasoline Vehicles 1966 – 1975 4.5 - - Idle 1976 – 1980 3.5 500 11.5 1981 – 1982 3.0 400 12.0 1983 – 1986 2.5 300 12.0 1987 – 1988 1.0 200 12.0 1988 – sekarang 0.5 100 12.0 Sejak tahun 1986 penggunaan catalytic converter diwajibkan Kategori Kendaraan Mesin Diesel Tahun Pembuatan Parameter Opasitas k value Metode Uji Sesuai dengan hasil test percepatan bebas Kendaraan penumpang Mercedes 230 TD 1.00 Opel Astra 17 TD 1.30 Citroen Xanita 1,9 TD 2.40 Kendaraan Beban truk Mercedes 1838 18t1 1.70 DAF F95 4x2 20t 1.25 IVECO 190 E 20t 1.50 Tabel 11 Baku Mutu Udara di Singapore Kategori Tahun Pembuatan Parameter Metode Uji CO HC ppm CO2 Gasoline Vehicles 1986 6.0 - - - 1986 – 1992 4.5 - - 1992 3.5 Sejak tahun 1986 penggunaan catalytic converter diwajibkan Diesel Vehicles Semua harus mencapai dibawah 50 HSU opasitas

D. Pengujian Emisi Gas Buang