Harmonisasi Materi Harmonisasi Pengaturan Isi Media

251 Demikian dapat dilihat bahwa ada dua cara pandang untuk melihat harmonisasi kebebasan bereskpresi dalam peraturan perundang-undangan, yakni harmonisasi undang-undang dengan muatan kebebasan berekspresi dalam konvensi dan konstitusi, serta harmonisasi isi media. Keduanya bertitik tolak pada upaya harmonisasi vertikal dengan harmonisasi horizontal, untuk mendapatkan kesesuaian tentang prinsip kebebasan berekspresi dalam peraturan perundang-undangan tentang media.

1. Harmonisasi Materi

Muatan Peraturan Perundang-undangan dengan Konvensi dan Konstitusi Indonesia telah meratifikasi UDHR dan ICCPR, sehingga harus memenuhi kewajiban untuk menyerap dan melaksanakan prinsip- prinsip konvensi. Freedom of the expression dan prinsip-prinsipnya harus pula menjadi perhatian dalam konteks harmonisasi. Kebebasan berekspresi di dalam konvensi dapat dilihat dari dua perspektif yakni: hak untuk mengakses, menerima dan menyebarkan informasi, dan hak untuk mengekspresikan diri melalui media apapun. 171 Jadi di dalam konvensi setidaknya ada empat hal utama: pengakuan terhadap hak atas 171 Lihat Article 19 UDHR dan Article 19 ICCPR. 252 kebebasan berekspresi sebagai hak asasi manusia, kebebasan memperoleh informasi danatau menyebarkan informasi, dan mengaktualisasikan diri berekspresi melalui media apapun, serta pembatasan terhadap implementasi hak atas kebebasan berekspresi. Bahwa kemudian terdapat kewajiban negara pihak yang menandatangani danatau meratifikasi konvensi harus memberikan jaminan terhadap hak atas kebebasan berekspresi, maka perlu dicermati bagaimana peraturan perundang- undangan memuat prinsip-prinsip. Undang- undang harus menjamin hak seseorang untuk memuat apa saja, melalui media apapun. Hal ini dipahami dengan hak untuk berekspresi apapun bentuknya visual, audio, dan lain sebagainya, melalui media apapun. Media dalam konteks ini adalah media pers baik cetak maupun elektronik, media siar, internet dan film. Disamping itu, undang-undang harus memberikan batasan atas implementasi hak kebebasan berekspresi, terkait dengan ruang lingkup hak tersebut. Pembatasan ini penting dengan maksud memberikan margin of appreciation to human rights atau tanggung jawab khusus untuk menghormati, melindungi, dan memenuhi hak asasi manusia. Oleh karena itu, konvensi mendorong dua kepentingan: formil dan materiil untuk memberikan landasan terhadap 253 implementasi perlindungan sekaligus pembatasan hak. Harmonisasi yang menekankan pada proses untuk menuju harmoni, dimaksudkan untuk menyelaraskan hal-hal yang bertentangan secara proporsional agar membentuk suatu sistem. Di bidang hukum atau peraturan perundang- undangan, harmonisasi dimaksudkan agar peraturan perundang-undangan menjadi bagian integral dari hukum suatu negara, peraturan perundang-undangan dapat saling terkait satu dengan yang lainnya secara utuh. Secara substansial pula, muatan masing-masing undang- undang, harus memiliki kandungan makna yang sama bilamana mengatur sesuatu tertentu. Oleh karena itu, Indonesia yang telah meratifikasi konvensi, juga memiliki kewajiban untuk mengatur hak asasi dalam kerangka makna yang sama, baik berbentuk konstitusi, undang-undang dan peraturan perundang-undangan yang lain yang mengatur hak. Tugas dari pemerintah negara pihak, termasuk Indonesia, melaksanakan hal-hal utama, yakni memberikan pengakuan yang sama sebagaimana konvensi mengakui hak atas kebebasan berekspresi. Negara pihak juga harus memberikan jaminan kebebasan berekspresi warga negaranya, sekaligus juga mengatur ruang lingkup kebebasan berekspresi. Semua hal tersebut harus taat prinsip konvensi, sehingga kunci dari 254 harmonisasi dari pengaturan kebebasan bereskpresi di dalam peraturan perundang- undangan nasional adalah kesepahaman makna prinsip-prinsip konvensi dalam implementasinya di peraturan perundang-undangan di Indonesia. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka di dalam konvensi dapat diketahui ada tiga pokok substansi utama yang seharusnya dipenuhi oleh negara pihak. Pertama, substansi yang berkaitan dengan pengakuan terhadap kebebasan berekspresi sebagai hak asasi. Kedua, ruang lingkup atau jangkauan implementasi atau perwujudan hak kebebasan berekspresi secara yuridis. Ketiga, mekanisme yuridis yang berkaitan dengan pembatasan-pembatasan atas hak kebebasan berekspresi. Ketiganya ini bertolak dari kewajiban umum negara pihak untuk melaksanakan hal-hal yang ditetapkan konvensi. Di dalam kerangka harmonisasi, substansi konvensi yang berkaitan dengan perwujudan kebebasan berekspresi, menjadi sumber yang untuk melihat apakah keberadaan isi media yang diatur sesuai. Pada aras pertama adalah bagaimana peraturan perundang-undangan memberikan pengakuan terhadap hak atas kebebasan berekspresi. Norma dasarnya, yakni UUD 1945 pada Pasal 28F telah menyatakan dengan tegas bahwa ada jaminan sekaligus pengakuan bahwa kebebasan berekspresi adalah 255 hak asasi yang harus dilindungi. Pasal ini menjadi rujukan utama untuk mengimplementasikan wujud kebebasan berekspresi. Dengan dimuat di dalam konstitusi, maka ada letak dasar pembentukan sistem hukum terhadap kebebasan berekspresi. Pemenuhan kewajiban terhadap konvensi, juga terwujud dengan adanya Pasal 28F UUD 1945, dalam dua hal: kewajiban umum sebagai negara pihak dan kewajiban substansial untuk memuat materi prinsip konvensi. Dengan demikian, prinsip kebebasan berekspresi menjadi kunci yang substansial pada upaya harmonisasi hukum media, khususnya pada konteks isi media. Baik di dalam norma dasar maupun pada tingkatan undang-undang yang dibentuk berdasarkan konstitusi. Harmonisasi adalah kata kunci mengetahui maksud dari undang-undang yang dibentuk oleh karena perintah dari konstitusi. Maka, peraturan perundang-undangan tentang media, yakni pers, penyiaran, internet dan perfilman, harus merupakan peraturan perundang-undangan yang mengimplementasikan substansi konstitusi. Harmonisasi dengan konstitusi adalah penting, yakni peraturan perundang-undangan menjadi bagian integral dari sistem hukum. UUD 1945 merupakan hukum dasar peraturan perundang- undangan. UUD 1945 yang memuat hukum dasar negara adalah sumber hukum bagi pembentukan 256 peraturan perundang-undangan di bawah undang- undang dasar. Artinya konstitusi menjadi landasan normatif yang paling fundamental bagi pembentukan peraturan perundang-undangan. Peraturan perundang-undangan merupakan bagian yang integral dari suatu sistem hukum, dimana harus memenuhi ciri-ciri yang sama antara undang-undang yang satu dengan undang- undang yang lain. Selain itu, harus terdapat saling keterkaitan dan saling ketergantungan yang menjadi kebulatan utuh. Muatan kebebasan berekspresi kemudian menjadi pertimbangan, apakah secara vertikal, maupun secara horizontal, harmonisasi dapat ditemui dalam pembentukan sistem hukum media. Melalui keempat undang- undang yang merujuk pada Pasal 28 UUD 1945 Amandemen, layak dilihat bagaimana kebebasan berekspresi diterjemahkan sebagai hak asasi dengan karakter yang serupa. Bertolak dari hal tersebut, UUD 1945 telah memasukkan muatan konvensi, yakni tentang konsep pengakuan terhadap freedom of expression di dalam Pasal 28 yang menjamin bahwa seseorang dapat mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang. Ditambah dengan substansi Pasal 28F yang lebih spesifik menunjukkan ada ruang bebas untuk berekspresi, sebagaimana diakui konvensi, yakni bahwa setiap 257 orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Karena menjadi norma dasar, maka munculnya UU Pers, UU Penyiaran, UU ITE dan UU Perfilman adalah karena keberadaan Pasal 28 dan Pasal 28F UUD 1945 ini. Baik UU Pers, UU Penyiaran, UU ITE dan UU Perfilman, secara lugas maupun tidak, menjadikan kebebasan berekspresi sebagai substansi yang tidak dapat diterjemahkan dalam satu tolakan. Masing-masing undang-undang mewujudkan kebebasan berekspresi di ketentuannya masing- masing tentang isi media. Meskipun demikian, ada maksud untuk memberikan pemahaman yang setara dalam hal mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan bertanggung jawab. Undang- undang menciptakan perlindungan sekaligus memberikan batasan yang dimungkinkan bagi perwujudan kebebasan berekspresi tersebut. 258

2. Harmonisasi Isi Media