konstruk definisi tersebut meliputi sikap dan motivasi siswa terhadap sekolah dan belajar, level di mana siswa merasa mereka disukai oleh orang lain di
sekolah dan komitmen siswa, keterlibatan, dan keyakinan dalam aturan- aturan sekolah Libey, 2004. Selain itu, school connectedness juga
didefinisikan sebagai perasaan dipedulikan, diterima, dihargai, dan didukung oleh orang lain baik oleh keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat luas
Lee Robbins, 1995; Resnick dkk., 1993; Rutter dalam McGraw, Moore, Fuller Bates, 2008.
Dari definisi-definisi di atas, maka untuk tujuan penelitian ini, definisi school connectedness yang akan digunakan yaitu persepsi siswa mengenai
penerimaan dirinya di sekolah oleh guru dan pengidentifikasian serta keterlibatan aktif dirinya sebagai bagian dari sekolah.
2.3.2. Aspek-aspek School Connectedness
Menurut Langille, dkk. 2010 School connectedness memiliki dua aspek, yaitu :
1 Social connectedness, perasaan berintegrasi atau menyatu secara sosial dan bahagia di sekolah.
2 School stewardship, sekolah dirasakan memberikan lingkungan yang nyaman dan mendukung.
Connell dan Wellborn dalam Stracuzzi dan Mills, 2010 menyatakan bahwa school connectedness terdiri dari tiga dimensi utama, yaitu:
1 Social support, khususnya dukungan guru, didasarkan pada sejauh mana siswa merasa dekat dan bernilai oleh guru dan staf
lainnya di sekolah. Biasanya diukur melalui laporan siswa mengenai apakah gurunya menyukai dirinya atau tidak,
kepedulian mereka terhadap guru, kenyamanan ketika berbicara
dengan guru, seberapa sering guru memuji mereka Resnick dkk., 1997
2 Belonging, didefinisikan sebagai rasa yang dimiliki oleh siswa mengenai dirinya sebagai bagian dari sekolah. Mengukur
belongingness ini sering meliputi tingkat di mana siswa merasa dihormati di sekolahnya, menjadi bagian dari sekolahnya,
merasa orang-orang yang ada di sekolah peduli dengannya, dan memiliki teman di sekolah Voelkl, 1996.
3 Engagement, merefleksikan
resiprokasi siswa atas rasa
memiliki belonging dan dukungan yang didapat melalui kepedulian yang aktif dan keterlibatan dalam bagiannya
Karcher 2003. Dalam penelitian ini akan digunakan tiga dimensi
school connectedness dari Connell dan Wellborn 1991, antara lain social support
teacher support, belonging dan engagement. Ketiga dimensi ini digunakan dengan alasan bahwa pada dasarnya keterikatan atau hubungan yang terjalin
di antara siswa dengan sekolahnya, tidak hanya melibatkan satu pihak saja, dalam hal ini para guru, namun juga melibatkan keterlibatan aktif siswa. Jadi
ada hubungan timbal balik yang tercipta. Oleh karena itu, penggunaan tiga dimensi ini dalam mengukur school connectedness siswa dianggap sesuai.
2.3.3. Efek School Connectedness pada Subjective Well-being