dengan guru, seberapa sering guru memuji mereka Resnick dkk., 1997
2 Belonging, didefinisikan sebagai rasa yang dimiliki oleh siswa mengenai dirinya sebagai bagian dari sekolah. Mengukur
belongingness ini sering meliputi tingkat di mana siswa merasa dihormati di sekolahnya, menjadi bagian dari sekolahnya,
merasa orang-orang yang ada di sekolah peduli dengannya, dan memiliki teman di sekolah Voelkl, 1996.
3 Engagement, merefleksikan
resiprokasi siswa atas rasa
memiliki belonging dan dukungan yang didapat melalui kepedulian yang aktif dan keterlibatan dalam bagiannya
Karcher 2003. Dalam penelitian ini akan digunakan tiga dimensi
school connectedness dari Connell dan Wellborn 1991, antara lain social support
teacher support, belonging dan engagement. Ketiga dimensi ini digunakan dengan alasan bahwa pada dasarnya keterikatan atau hubungan yang terjalin
di antara siswa dengan sekolahnya, tidak hanya melibatkan satu pihak saja, dalam hal ini para guru, namun juga melibatkan keterlibatan aktif siswa. Jadi
ada hubungan timbal balik yang tercipta. Oleh karena itu, penggunaan tiga dimensi ini dalam mengukur school connectedness siswa dianggap sesuai.
2.3.3. Efek School Connectedness pada Subjective Well-being
Sebagai institusi signifikan dalam komunitas, sekolah memiliki hubungan yang penting dengan rasa well-being remaja. Sekolah bisa
bertindak sebagai sumber psikososial yang penting dalam mendukung anak muda, khususnya remaja yang terisolasi dari jaringan-jaringan sosial
Rostosky, Owens, Zimmerman, Riggle, 2003.
Literatur penelitian-penelitian yang dilakukan di sekolah menemukan bahwa kalangan anak muda yang merasa terhubung dengan sekolah
melaporkan kesehatan yang lebih baik dan emosional wellbeing yang lebih baik begitupun juga dengan berkurangnya penyalahgunaan minuman keras,
keinginan bunuh diri, gejala-gejala depresi, dan resiko kekerasan atau perilaku kriminal, dan kehamilan di luar pernikahan Blum, McNeely,
Rinehart, 2002; Bonny, Britto, Klosterman, Hornunq, Slap, 2000; Eccles dkk., 1997; Jacobson Rowe, 1999; Resnick, Bearman, Blum dalam
McGrath dkk., 2009. Walaupun
konstruk school
connectedness secara
empiris dikembangkan sebagai indikator umum akan perasaan ikatan siswa dan
kualitas hubungan dengan teman sebaya dan guru, Whitlock 2006 kemudian mengusulkan model teoritikal untuk menjelaskan bagaimana hal
ini beroperasi sebagai kekuatan pelindung bagi anak muda. Dia menemukan dukungan untuk konseptual model yang didasarkan pada hubungan
connectedness dengan peningkatan siswa dalam a keterlibatan dalam peran-peran yang berarti di sekolah, b keamanan di sekolah, c
kesempatan untuk keterlibatan yang kreatif, dan d kesempatan keterlibatan akademik.
Para peneliti telah melaporkan bahwa school connectedness berasosiasi dengan berkurangnya resiko hasil perkembangan yang negatif. Lebih jauh,
school connectedness secara positif berasosiasi dengan berkurangnya penggunaan alkoholminuman keras Wang, Matthew, Bellamy, James,
2005, kerentanan terhadap kekerasan bersenjata Henrich, Brookmeyer, Shahar, 2005, keinginan awal untuk merokok Dornbusch, Erickson, Laird,
Wong, 2001, dan pencegahan dropping out dari sekolah Miltich, Hunt, Meyers, 2004.
Ketika remaja merasa diperhatikan oleh orang lain di sekolah dan menjadi bagian dari sekolah mereka, maka mereka memiliki level well-being
yang lebih tinggi Resnick dkk., 1997; Eccles dkk., 1997; Steinberg dalam McNeely dkk., 2002.
Dengan demikian, ketika remaja memiliki hubungan yang baik dengan sekolah secara keseluruhan, pada umumnya remaja terhindar dari perilaku-
perilaku bermasalah dan lebih terikat dengan perkembangan yang sehat. Dalam hal ini school connectedness menjadi faktor protektif bagi remaja dan
meningkatkan level SWB-nya.
2.4. DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA 2.4.1. Definisi Dukungan Sosial