Petunjuk Manual Dalam Pemilihan Jenis Fasilitas Penyeberangan Jalan Penelitian Sejenis

Tabel 2.3 Penentuan tingkat pelayanan penyeberangan pejalan kaki Rata – rata delay pejalan kaki detik Tingkat Pelayanan Definisi Deskripsi Keadaan yang Sesuai 5 A Exellent Pejalan kaki mampu menyeberang hampir secara cepat sampai ke tujuan Jalan Lokal Jalan kolektor 5-10 B Very Good Seluruh pejalan kaki mampu menyeberang dengan sedikit delay 95 th persentil, delay ≈ 40 detik 10-15 C Satisfactory Seluruh pejalan kaki mampu menyeberang dengan periode yang dapat diterima 95 th persentil delay ≈ 60 detik Jalan Arteri Minor Jalan Arteri Mayor 15-20 D Some Concern Beberapa pejalan kaki harus menunggu lama dari yang diinginkan untuk gap yang dapat diterima 95 th persentil delay ≈ 80 detik 20-40 E Major Concern Seluruh Pejalan kaki harus menunggu lama dari yang diinginkan untuk gap yang dapat diterima 95 th persentil delay ≈ 80 detik Tidak sesuai dari semua kondisi 40 F Unsatisfactory Hampir semua pejalan kaki harus menunggu lebih lama dari yang diinginkan untuk gap yang dapat diterima 95 th persentil delay ≈ 80 detik Sumber : NZT Guidelines Selection of Pedestrian Facilities

2.9 Petunjuk Manual Dalam Pemilihan Jenis Fasilitas Penyeberangan Jalan

Berdasarakan Oleh New ZealandTransport Ada empat alasan mendasar dalam penentuan penyeberangan bagi pejalan kaki yaitu: Universitas Sumatera Utara 1 Tingkat Pelayanan,kesempatan menyeberang yang tersedia untuk pejalan kaki berada di bawah tingkat pelayanan yang diinginkan dan ada permintaan yang mencukupi. 2 Sefety, catatan yang terdahulu dari kecelakaan disekitar lokasi yang telah diidentifikasi. Dari sekumpulan kecelakaan yang terjadi dapat dikurangi dengan penyediaan bantuan penyeberangan jalan. 3 Akses yang memiliki ketentuan khusus, ketentuan untuk kelompok tertentu seperti: a Anak – anak b Penyeberangan jalan sekolah c Tuna netra d Cacat tubuh 4 Integrasi, integrasi dan penguatan rancangan managemen lalu lintas yang lebih luas untuk suatu area, seperti CBD Traffic management.

2.10 Tinjauan

Statitik 2.10.1 Pengujian Hipotesis Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan. Untuk pengujian hipotesis dilakukan penelitian, jika hasil yang didapat dari penelitian itu jauh berbeda dari hasil yang diinginkan terjadi berdasar hipotesis, maka hipotesis ditolak. Jika sebaliknya, hipotesis diterima. Dalam melakukan pengujian hipotesis, ada dua macam kekeliruan yang dapat terjadi, Universitas Sumatera Utara a Kekeliruan tipe I : ialah menolak hipotesis yang seharusnya diterima b Kekeliruan tipe II : Ialah menerima hipotesis yang seharusnya ditolak

2.10.2 Analisis Regresi

Dalam perhitungan tingkat efektivitas jembatan penyeberangan dipakai dua variabel – variabel yaitu pejalan kaki yang menyeberang tidak melalui JPO dan volume kendaraan yang lewat dibawah JPO. Hubungan fungsional antara variabel – variabel yang dinyatakan dalam bentuk matematis dikenal dengan analisis regresi Sudjana, 2002

2.10.3 Analisis Korelasi

Analisis korelasi adalah studi yang membahas mengenai hubungan antara variabel – variabel Sudjana,2002 Koefisien korelasi r dalam regresi linier didapat dari akar r 2 seperti rumus dibawah ini : r = Ʃ . Ʃ . Ʃ Ʃ Ʃ . Ʃ Ʃ .....................2.4 Dimana : r = Koefisien korelasi X i = Variabel bebas Y i = Variabel tak bebas Universitas Sumatera Utara r = akar r 2 = Koefisien korelasi, nilainya -1 r +1 r = -1 = Korelasi negatif r = +1 = Korelasi positif r = 0 = tidak terdapat hubungan linier

2.10.4 Uji F

Uji F bertujuan untuk menguji signifikansi menyeluruh antara variabel terikat dengan variabel – variabel bebas, yaitu dengan hipotesis : F hitung F tabel, maka ada hubungan antara variabel terikat dengan semua variabel bebas. F tabel diperoleh dari tabel F dengan derajat kebebasan df v 1 ,v 2 dan tingkat kepercayaan α

2.10.5 Uji t

Uji t berfungsi untuk menguji kestabilan nilai koefisien variabel – variabel bebas, yaitu dengan hipotesis : t hitung t tabel, maka persamaan regresi diterima. t tabel diperoleh dari tabel t dengan derajat kebebasan df df dan tingkat kepercayaan α

2.11 Penelitian Sejenis

Adapun penelitian sejenis sebelumnya tentang fasilitas pejalan kaki dapat dilihat pada tabel dibawah berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 2.4 Penelitian Sebelumnya No. Peneliti Judul Penelitian TujuanMetode Penelitian Hasil Penelitian 1. Barnabas Untung Sudianto 1997 Kebutuhan Fasilitas pejalan kaki di pusat pertokoan Membuat permodelan kebutuhan fasilitas pejalan kaki di pusat pertokoan Model fasilitas pejalan kaki yang terdiri dari lebar efektif trotoar, tingi trap rafuge, dan lusa sudut persimpangan jalan 2. Amsal Fatzia 2006 Studi efektifitas Pemanftan Jembatan penyeberangan dikota Medan Menemukan faktor- faktor penyebab tidak efektif nya pemanfaatan jembatan penyeberangan tersebut apabila dinilai tidak efektif lagi pemanfaatannya Persentase tingkat efektifitas pemanfaatan seluruh jembatan dari hasil kuisioner berkisar 5- 36,7 dn melalui pendekatan secara teknis berkisar 17,8- 52,8dengan hasil rata-rata 31,7 3. Listiati Amalia 2005 Kajian Efektivitas jembatan penyeberangan pejalan kaki pada pusat perdagangan di kota Semarang Menilai tingkat efektivitas penggunaan jembatan penyeberangan bagi pejalan kaki yang - Fasilitas belum sesuai dan yang sesuai adalah pelican dengan pelindung - Pada ketiga lokasi tetap perlu digunakan Universitas Sumatera Utara menyeberang jalan fasilitas penyeberangan karena rekomendasi pentingnya keselamatan pejalan kaki dan kelancaran arus lalulintas 4. Richard Andreas 2012 Studi efektivitas jembatan penyeberangan -Menentukan bentuk fasilitas pejalan kaki -Menentukan efektivitas JPO Fasilitas penyeberngan yang layak digunakan adalah Zebra cross Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tahap Identifikasi

Pada tahap ini dilakukan pengamatan awal pada lokasi penelitian. Sehingga akan didapat metode apa yang dipakai nantinya, alat – alat yang digunakan, biaya yang dibutuhkan, dan personil yang diperlukan. Serta untuk mengetahui waktu yang tepat melakukan penelitian.

3.2 Studi Literatur

Sebelum melakukan penelitan harus disesuaikan dengan studi – studi literatur yang berkaitan. Sehingga penelitian tidak keluar jalur dan jelas.

3.3 Survei Pendahuluan

Survei pendahuluan atau pilot survei dilakukan untuk mendapatkan sampel awal yang dibuat sebagai sampel acuan pada penelitian selanjutnya.

3.4 Survei Lapangan

Survei lapangan merupakan survei yang dilakukan dilokasi penelitian yang merupakan kunci dari penelitian ini. Dalam tahap ini, yang perlu disurvei adalah pejalan kaki yang menyeberang pada segmen jalan yang terdiri dari pejalan kaki yang menggunakan JPO dan pejalan kaki yang tidak menggunakan JPO. Kemudian kendaraan yang lewat dilokasi penelitian, situasi dan kondisi lokasi penelitian serta kondisi fisik JPO. Dalam kesempatan yang lain dilakukan wawancara terhadap pejalan kaki yang menyeberang di segmen jalan lokasi penelitian. Pertanyaan berkaitan dengan JPO. Universitas Sumatera Utara