2.2.2 Perilaku Penyeberang Jalan
Dari penelitian terdahulu Amalia,19:2005 dan berasal dari Arikonto Suharsimi untuk menilai tingkat efektivitas JPO berdasarkan dari pendapat
respondenperilaku penyeberang jalan, Yaitu kuantitas penggunaan jembatan penyeberangan dan jenis penyeberangan yang diinginkan responden. Berikut nilai -
nilai yang diberikan menurut Arikunto dalam tesis Listiati Amalia sebagai berikut: - Nilai 4
= Selalu menggunakan JPO dan Jenisfasilitaspenyeberangan yang diinginkanadalah JPO
- Nilai 3 = Sering Menggunakan JPO dan jenis fasilitas penyeberangan
yang diinginkan crossing - Nilai 2
= Jarang Menggunakan JPO dan jenis fasilitas penyeberangan yang diinginkan adalah zebra crossing
- Nilai 1 = Tidak pernah menggunakan JPO dan yang diinginkan
adalah tanpa fasilitas penyeberangan Nilai – nilai ini nantinya akan dikalikan dengan banyak nyarespon den yang
menjawab, dan dihitung nilai reratanya dengan membagi terhadap jumlah responden. Nilai rerata total diperoleh dari jumlah keseluruhan nilai rerata tiap lokasi dan
parameter yang ditinjau dibagi dengan jumlah lokasi dan parameter ditinjau. Tingkat efektivitas dikatagorikan tinggi T apabila nilai pada lokasi yang
bersangkutan melebihi nilai rerata total, dan dikatagorikan rendah R bila nilai dibawah nilai rerata total.
2.3 Pejalan Kaki
Menurut Departemen Pekerjaan Umum dalam Pedoman perencanaan jalur pejalan kaki pada jalan umum 1999 adalah orang yang melakukan aktifitas berjalan
kaki dan merupakan salah satu unsur pengguna jalan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam PP No. 43 Tahun 1993, pejalan kaki harus berjalan pada bagian jalan yang diperuntukan bagi pejalan kaki, atau pada bagian pejalan kaki, atau pada bagian
jalan yang paling kiri apabila tidak terdapat bagian jalan yang diperuntukan bagi pejalan kaki.
2.4 Jalan
Menurut Dirjen Perhubungan Darat dalam buku rekayasa lalu lintas 1995:25 Jalan atau jalan raya atau milik jalan adalah meliputi badan jalan, trotoar,
drainase, dan seluruh perlengkapan jalan yang terkait seperti rambu lalu lintas, lampu penerangan dan lain - lain.
2.5 Konstruksi Jembatan Penyeberangan
Departement of Transport 1980 menyatakan Desain standar khusus untuk
jembatan penyeberangan dan dimensi tangga sangat penting, karena desain jembatan penyeberangan yang baik dapat memberikan kenyamanan bagi pejalan kaki yang
menggunakan jembatan penyeberangan, sehingga dapat meningkatkan penggunaan suatu jembatan penyeberangan:
a. Untuk anak tangga:
Antrede lebar injakan = 240 – 280 mm disarankan 260 mm ditambah tonjolan datar = 25 mm
Optrede tinggi injakan = 150 – 180 mm disarankan 160 mm Kemiringan tangga = ά = 35° - 45°
Lebar tangga 1100 mm disarankan 1250 mm
Universitas Sumatera Utara
b. Untuk Lantai jembatan:
Lebar lantai dek = 1700 – 1800 mm disarankan 1800 mm Tinggi = 4,5 – 5 m bila tidak ada bis susun
= 5,5 – 6 m bila ada bis susun Tinggi pegangan tangga dari anak tangga = 800 - 840 mm
Lokasi anak tangga di tempatkan sesuai dengan lahan yang tersedia diusahakan pada tempat yang mudah dijangkau hindari penempatan
pedagang. Banyaknya jumlah kaki tangga tergantung dari daerah kebutuhan pejalan
kaki. Bentangpanjangnya jembatan penyeberangan tergantung dari lebar jalan
yang ada.
2.6 Kecepatan Kendaraan
Kecepatan lalu lintas dihitung berdasarkan jarak tempuh kendaraan di bawah jembatan penyeberangan yaitu 100 meter dibagi waktu tempuhnya untuk masing –
masing kendaraan dan diambil nilai rerata kecepatan untuk mengetahui kesesuaian dengan kecepatan rerata yang disyaratkan untuk penggunaan fasilitas jembatan
penyeberangan.
2.7 Waktu Menyeberang Pejalan Kaki