Metode Pengumpulan Data PENGEMBANGAN MEDIA ULAR TANGGA EDUKATIF UNTUK ANAK TK KELOMPOK B DI TK ABA AL-FURQON KOTA YOGYAKARTA.

38

G. Langkah Pengembangan Instrumen

Secara umum penyusunan instrumen pengumpul data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Mengadakan identifikasi terhadap variabel-variabel yang ada di dalam rumusan judul penelitian atau yang tertera di dalam problematika penelitian 2. Menjabarkan variabel menjadi sub atau bagian variabel 3. Mencari indikator setiap sub atau bagian variabel 4. Menderetkan deskriptor dari setiap indikator 5. Merumuskan setiap deskriptor menjadi butir-butir instrumen 6. Melengkapi instrumen dengan pedoman atau instruksi dan kata pengantar

H. Validasi Instrumen

Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur Suharsimi Arikunto, 2005 : 167. Sesuai dengan jenis penelitian maka validitas instrumen ahli media dan ahli materi dilakukan melalui konsultasi dan meminta penilaian kepada para ahli. Instrumen saat uji coba lapangan tervalidasi karena isi instrumen mengacu pada kurikulum TK kelompok B. 39

I. Teknik Analisis Data

Dalam kegiatan penelitian mutlak dilakukan teknik analisis data karena dari proses analisis data maka hasil penelitian akan terlihat. Menurut Suharsimi Arikunto, 1996 : 244 teknik analisis data penelitian merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam sebuah proses penelitian karena disinilah hasil penelitian akan terlihat. Analisis data mencakup seluruh kegiatan mengklarifikasi, menganalisa, memakai dan menarik kesimpulan dari semua data yang terkumpul dalam tindakan. Langkah-langkah dalam analisis data antara lain : 1. mengumpulkan data mentah 2. pemberian skor 3. skor yang diperoleh kemudian dikonversikan menjadi nilai dengan skala 5 menggunakan acuan konversi dari Sukardjo 2006 : 53 pada tabel berikut: Tabel 1. Konversi Data dengan Skala Lima NILAI SKOR KATEGORI A �� + 1,80 SBi X Sangat baik B �� + 0,60 SBi X ≤ �� + 1,80 SB Baik C �� – 0,60 SBi X ≤ �� + 0,60 SB Cukup D �� – 1,80 SBi X ≤ �� – 0,60 SB Kurang E X ≤ �� – 1,80 SB Sangat kurang Ketentuan : �� = 1 2 skor maksimal ideal + skor minimal ideal SBi = 1 6 skor maksimal ideal – skor minimal ideal X ideal = skor empiris Dalam penelitian pengembangan ini ditetapkan nilai kelayakan produk minimal adalah B dengan kategori “baik”. Sehingga hasil penelitian yang diperoleh baik dari ahli materi, ahli media, maupun peserta didik sebagai 40 pengguna, jika hasil penelitian akhir didapat dengan nilai minimal B atau “baik” maka produk media yang dikembangkan sudah dianggap layak. Pencarian skor rerata atau mean terhadap produk dapat diperoleh melalui rumus sebagai berikut : � = Σ� � Keterangan : � = skor rata-rata Σ� = jumlah skor � = jumlah responden Setelah diperoleh skor rata-rata dengan rumus tersebut selanjutnya kelayakan media ular tangga edukatif dalam penelitian pengembangan ini digolongkan dalam lima kategori kelayakan dengan menggunakan skala sebagai berikut: Tabel 2. Kategori Kelayakan Uji Ahli No. skor Skor rata-rata Kategori kelayakan 1 43 – 50 4,3 – 5 Sangat baik 2 35 – 42 3,5 – 4,2 Baik 3 27 – 34 2,7 – 3,4 Cukup 4 19 – 26 1,9 – 2,6 Kurang 5 10 – 18 1 – 1,8 Sangat kurang Tabel 3. Kategori Uji Coba Terbatas No. Skor Skor Rata-rata Kategori Kelayakan 1 84 – 100 4,3 – 5 Sangat baik 2 69 – 83 3,5 – 4,2 Baik 3 54 – 68 2,7 – 3,4 Cukup 4 39 – 53 1,9 – 2,6 Kurang 5 24 – 38 1 – 1,8 Sangat kurang Tabel 4. Kategori Uji Coba Luas No. Skor Skor Rata-rata Kategori Kelayakan 1 420 – 500 4,3 – 5 Sangat baik 2 340 – 419 3,5 – 4,2 Baik 3 260 – 339 2,7 – 3,4 Cukup 4 180 – 259 1,9 – 2,6 Kurang 5 100 – 179 1 – 1,8 Sangat kurang 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan dilakukan di TK ABA Al Furqon yang beralamat di Jl. Nitikan Baru No. 50 Umbulharjo Kota Yogyakarta. Dengan menggunakan metode wawancara terhadap guru TK kelompok B. Berdasarkan hasil wawancara ditemukan beberapa hal sebagai berikut: 1. Belum pernah dikembangkan produk media pembelajaran berupa ular tangga edukatif untuk mengenal binatang di TK ABA Al Furqon Kota Yogyakarta. 2. Belum ada media yang sesuai tema yang dapat membantu proses pembelajaran pengenalan binatang. 3. Guru menilai dengan dikembangkannya media baru, maka anak akan memiliki dorongan untuk mengetahui media baru dan akan termotivasi untuk mau belajar. 4. Guru mengalami kesulitan dalam memilih media pembelajaran untuk menciptakan suasana belajar yang dapat menarik perhatian siswa karena banyaknya tema dan subtema yang ada. 5. Keterbatasan kemampuan guru dalam mengembangkan media mengakibatkan media yang digunakan kurang variatif sehingga proses belajar menjadi monoton.