TINJAUAN PUSTAKA Modul Siap PLPG Tahun 2017: Ekonomi | Ekonomi

Pendidikan dan Lat ihan Profesi Guru 2013 Penelit ian Tindakan Kelas 200

B. TINJAUAN PUSTAKA

Pada hakekatnya pembangunan ekonomi daerah memiliki makna dan tujuan yang sama dengan pembangunan ekonomi nasional, hanya saja ruang lingkup wilayahnya yang berbeda. Dalam analisis regional, setiap daerah memiliki kekhasan karakteristik daerah. Kekhasan karakteristik daerah tersebut tercermin dalam sumberdaya dan potensi yang dimiliki oleh setiap daerah. Oleh karenanya, permasalahan pokok dalam pembangunan ekonomi daerah justru terletak pada pengambilan kebijakan-kebijakan pembangunan ekonomi daerah yang seyogyanya didasarkan pada karakteristik daerah yang bersangkutan. Peniruan mentah-mentah suatu pola kebijakan pembangunan yang pernah diterapkan pada suatu daerah dan sukses, belum tentu memberikan manfaat yang sama bagi daerah lain. Oleh karenanya pelaku pembangunan ekonomi daerah khususnya pemangku kebijakan dituntut untuk mampu memanfaatkan sumberdaya-sumberdaya yang ada dan menaksir potensi sumberdaya-sumberdaya dalam merancang dan membangun perekonomian daerahnya. Dengan demikian kebijakan dan pola pembangunan yang dilakukan benar-benar bertumpu pada karakteristik daerah dan partisipasi aktif masyarakat lokal Kuncoro, Adji dan Pradiptyo, 1997: 167. Teori Basis Ekonomi Teori basis ekonomi didasarkan pada pemikiran J.S. Mill yang menyatakan bahwa dalam memecahkan masalah pertumbuhan dan pemerataan regional disyaratkan adanya perdagangan antar daerah, dengan mewujudkan spesialisasi daerah. Dalam praktiknya, teori ini menyederhanakan suatu sistem regional menjadi dua bagian yaitu daerah yang bersangkutan dan daerah lainnya. Sedangkan kegiatan ekonominya digolongkan dalam 2 kegiatan, yaitu basis dan nonbasis. Kegiatan basis merupakan kegiatan yang berorientasi ekspor barang dan jasa ke luar batas wilayah perekonomian daerah yang bersangkutan. Kegiatan nonbasis merupakan kegiatan yang menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang berada di dalam batas wilayah perekonomian yang bersangkutan atau ruang lingkup pemasarannya bersifat lokal. Dasar teori pemikiran basis menurut Kadariah 1985: 70 adalah karena industri basis menghasilkan barang dan jasa baik untuk pasar di dalam maupun luar daerah. Penjualan hasil ke luar daerah tersebut akan mendatangkan arus pendapatan ke daerah tersebut. Arus pendapatan ini akan menyebabkan kenaikan konsumsi dan investasi di daerah tersebut yang pada gilirannya akan menaikkan pendapatan dan kesempatan kerja. Jika di daerah tersebut terdapat pengangguran, maka kesempatan Pendidikan dan Lat ihan Profesi Guru 2013 Penelit ian Tindakan Kelas 201 kerja yang baru tersebut akan menyerap pengangguran yang terdapat di daerah tersebut. Namun jika di wilayah tersebut tidak terdapat pengangguran, wilayah tersebut akan memiliki daya tarik bagi masyarakat di luar wilayah daerah yang bersangkutan. Kenaikan pendapatan tersebut tidak hanya menaikkan permintaan terhadap industri basis melainkan juga akan menaikkan permintaan industri non basis dan selanjutnya akan menaikkan investasi industri non basis. Dengan demikian penanaman modal di sektor lokal merupakan investasi akibat kenaikan pendapatan dari industri basis. Oleh karenanya, kegiatan basis memiliki peranan sebagai penggerak utama prime mover dalam pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah ke wilayah lain akan semakin maju pertumbuhan wilayah tersebut dan sebaliknya. Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis akan menimbulkan efek ganda dalam perekonomian regional yang tercermin dalam meningkatnya volume kegiatan nonbasis. Dalam kontek pembangunan ekonomi daerah, teori basis ekonomi ini dapat digunakan untuk menetukan sektor-sektor mana yang sebaiknya dikembangkan yang sesuai dengan karakteristik sektor di suatu daerah. Penyerapan Tenaga Kerja Pada intinya tujuan pembangunan ekonomi adalah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat yang diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil per kapita. Menurut Arsyad 1996: 2, tujuan utama pembangunan ekonomi daerah adalah untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah tersebut. Oleh karenanya, pertumbuhan PDRB suatu wilayah harus mempertimbangkan kondisi atau keadaan jumlah penduduk yang ada, terutama pada sektor ketenagakerjaan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Secara kualitas, pertumbuhan PDRB suatu wilayah seyogyanya mampu meningkatkan kualitas tenaga kerja yang ada. Peningkatan kualitas tenaga kerja tersebut tersebut tercermin dari semakin berkurangnya angkatan tenaga kerja yang berpendidikan dan ketrampilan rendah. Sedangkan secara kuantitas, pertumbuhan PDRB di suatu wilayah harus diimbangi dengan penambahan tenaga kerja yang pada akhirnya akan mampu mengurangi jumlah pengangguran di wilayah tersebut. Menurut Malthus dalam Harini, 2005 menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk di suatu daerah akan dapat meningkatkan kesejahteraan jika pertumbuhan penduduk tersebut mampu menaikkan permintaan efektif. Meningkatnya permintaan efektif berarti mendorong produsen untuk memproduksi sesuai dengan skala produksi dan penawaran tenaga kerja yang murah guna mencapai output yang lebih tinggi. Pendidikan dan Lat ihan Profesi Guru 2013 Penelit ian Tindakan Kelas 202 Pada dasarnya, penyerapan tenaga kerja di suatu daerah ditentukan oleh jumlah dan kualitas tenaga kerja yang dipengaruhi oleh jumlah penduduk, struktur umur tenaga kerja, tingkat penghasilan, motivasi dan etos kerja, pendidikan dan latihan serta berbagai macam kebijakan pemerataan yang masing-masing berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap penyerapan tenaga kerja. Adanya penyerapan tenaga kerja yang cukup menggambarkan besarnya ketersediaan usaha produksi dengan memperkerjakan tenaga kerja yang dibutuhkan. C. METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sektor unggulan di Propinsi Jawa Timur dan peranannya dalam penyerapan tenaga kerja. Variabel yang digunakan adalah sektor unggulan dan penyerapan tenaga kerja. Adapun yang dimaksud dengan sektor unggulan adalah sektor yang memiliki prospek yang baik dan dapat dikembangkan guna meningkatkan perekonomian daerah. Sedangkan penyerapan tenaga kerja berarti jumlah angkatan kerja yang terserap sebagai tenaga kerja. Lokasi penelitian dipilih secara purposive sampling yaitu Propinsi Jawa Timur dengan pertimbangan Propinsi Jawa Timur merupakan propinsi yang memiliki sumber daya alam dan jumlah penduduk yang banyak, sehingga perlu dikaji potensi antar sektor perekonomian yang ada. Adapun data yang digunakan adalah data sekunder mencakup data produk domestik bruto regional PDRB dan data ketenagakerjaan dalam 4 tahun terakhir 2004-2007. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi. Analisis Location Quotient LQ Analisis Location Quotient digunakan untuk menentukan kategori suatu sektor termasuk dalam sektor basis atau nonbasis Tarigan, 2006: 82. Analisis LQ dalam penelitian ini digunakan untuk menentukan subsektor unggulan perekonomian daerah, yang mengacu pada formulasi Bendavid-Val 1991:74 berikut : RVrRVn XrXn LQ atau RVn Xn RVr Xr LQ   Keterangan : Xr = Nilai Produksi subsektor i pada daerah Propinsi Jawa Timur RVr = Total PDRB Propinsi Jawa Timur Xn = Nilai Produksi subsektor i pada tingkat Nasional RVn = Total PDRB Nasional Kriteria pengukuran LQ menurut Bendavid – Val, 1991:74 adalah sebagai berikut: Pendidikan dan Lat ihan Profesi Guru 2013 Penelit ian Tindakan Kelas 203 1 Bila LQ 1 berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu di tingkat propinsi lebih besar dari sektor yang sama di tingkat nasional, artinya subsektor tersebut merupakan subsektor unggulan di propinsi dan potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian daerah 2 Bila LQ 1 berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu di tingkat propinsi lebih kecil dari sektor yang sama di tingkat nasional, artinya subsektor tersebut bukan merupakan subsektor unggulan dan kurang potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian daerah 3 Bila LQ = 1 berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu pada tingkat propinsi sama dengan sektor yang sama pada tingkat nasional, artinya subsektor tersebut bukan merupakan subsektor unggulan dan kurang potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian daerah Analisis Shift-Share Analisis Shift-share digunakan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor pada perekonomian regional maupun lokal. Bila suatu daerah memperoleh kemajuan sesuai dengan kedudukannya dalam perekonomian nasional, maka akan dapat ditemukan adanya shift pergeseran hasil pembangunan perekonomian daerah. Selain itu, laju pertumbuhan sektor-sektor di suatu wilayah akan dibandingkan dengan laju pertumbuhan perekonomian nasional beserta sektor-sektornya. Kemudian dilakukan analisis terhadap penyimpangan yang terjadi sebagai hasil dari perbandingan tersebut. Bila penyimpangan itu positif, hal itu disebut keunggulan kompetitif dari suatu sektor dalam wilayah tersebut Soepono, 1993:44. Teknis analisisnya diawali dengan menghitung perubahan PDRB suatu sektor di suatu daerah, yaitu: ∆ Q ij = Q t ij – Q ij .....................................................................................1 Keterangan: ∆ Q ij = perubahan PDRB Q t ij = PDRB sektor i daerah j periode tahun t Q ij = PDRB sektor i daerah j periode tahun dasar Selanjutnya, analisisnya dibagi menjadi tiga komponen utama, yaitu pangsa regional, pergeseran proporsional, dan pergeseran yang berbeda, maka persamaan 1 dapat diperluas menjadi:                            i t i ij t ij ij t i t i ij t t ij Q Q Q Q Q Y Y Q Q Q Y Y Q Q 1 ij ..............................2 Pendidikan dan Lat ihan Profesi Guru 2013 Penelit ian Tindakan Kelas 204 Persamaan 2 dapat dipisahkan ke dalam 3 komponen utama yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah, yaitu: RS ij =       1 t Y Y Q ij ................................................................................3 PS ij =        t i t i ij Y Y Q Q Q ............................................................................4 DS ij =          i t i ij t ij ij Q Q Q Q Q ............................................................................5 Keterangan: Y t = PDRB nasional tahun t Y = PDRB nasional tahun dasar Q i t = PDRB nasional sektor i tahun t Q i = PDRB nasional sektor i tahun dasar Q ij t = PDRB propinsi sektor i tahun t Q ij = PDRB propinsi sektor i tahun dasar Dari hasil perhitungan tersebut dapat diartikan bila 1 PS 0 maka sektor tersebut tumbuh relatif lambat di tingkat propinsi 2 PS 0 maka sektor tersebut tumbuh relatif cepat di tingkat propinsi 3 DS 0 maka sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan dengan sektor yang sama didaerah lain atau sektor tersebut tidak memiliki keuntungan lokasional yang baik 4 DS 0 maka sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan sektor yang sama di daerah lain atau sektor tersebut memiliki keuntungan lokasional yang baik 5 RS ∆Q t ij maka pertumbuhan produksi di daerah tersebut cenderung mendorong pertumbuhan propinsi 6 RS ∆Q t ij maka pertumbuhan produksi di daerah tersebut cenderung akan menghambat pertumbuhan propinsi Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Analisis penyerapan tenaga kerja dilakukan untuk mengtahui tingkat tingkat penyerapan tenaga kerja pada masing-masing sektor unggulan. Teknis analisis terdiri dari tiga tahap Simanjuntak, 1995, yaitu uji produktivitas tenaga kerja, laju pertumbuhan produktivitas dan elastisitas penyerapan tenaga kerja. Pendidikan dan Lat ihan Profesi Guru 2013 Penelit ian Tindakan Kelas 205 1 Uji produktivitas tenaga kerja L Q P  Keterangan: P = produktivitas tenaga kerja Q = PDRB propinsi L = penyerapan tenaga kerja 2 Laju pertumbuhan produktivitas n 1 g 1 P    Keterangan: P = laju pertumbuhan produktivitas g = laju pertumbuhan PDRB propinsi n = laju pertumbuhan penyerapan tenaga kerja 3 Elastisitas penyerapan tenaga kerja g n E    Keterangan: E = elastisitas penyerapan tenaga kerja ∆n = perubahan penyerapan tenaga kerja ∆g = perubahan PDRB propinsi Dalam hal ini apabila elastisitas kurang dari satu E1 maka laju pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari pada laju penyerapan tenaga kerja. Sedangkan apabila elastisitas lebih dari satu E1 maka laju penyerapan tenaga kerja lebih besar daripada laju pertumbuhan ekonomi. D. HASIL PENELITIAN Secara sektoral, selama tahun 2004-2007 perekonomian Propinsi Jawa Timur didominasi oleh sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran, diikuti sektor industri dan sektor pertanian. Pada tahun 2004, kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap PDRB Jawa Timur mencapai 28,19 persen, sedangkan sektor industri dan pertanian masing-masing 27,87 persen dan 17,89 persen. Hingga tahun 2007, ketiga sektor tersebut masih menduduki predikat sebagai tiga sektor pemberi kontribusi terbesar bagi perekonomian Jawa Timur, yaitu sebesar 30,77 persen untuk kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap PDRB Jawa Timur, 26,46 persen Pendidikan dan Lat ihan Profesi Guru 2013 Penelit ian Tindakan Kelas 206 untuk sektor industri dan 16,66 persen untuk pertanian. Dengan demikian diantara ketiga sektor tersebut hanya sektor perdagangan, hotel dan restoran yang kontribusinya cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Sedangkan sektor pertanian dan industri kontribusinya cenderung menurun di setiap tahunnya. Adapun sektor lain yang juga mengalami peningkatan kontribusi sektoral di setiap tahunnya adalah sektor pertambangan, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa. Sedangkan sektor yang mengalami penurunan kontribusi sektoral di setiap tahunnya adalah sektor pertanian, industri, konstruksi dan jasa. lihat tabel 1 Tabel 1 Kontribusi Sektoral PDRB Propinsi Jawa Timur Sektor 2004 2005 2006 2007 1. sektor pertanian 17.89 17.44 17.13 16.66 2. sektor pertambangan 1.90 1.96 2.01 2.09 3. sektor industri 27.87 27.55 26.84 26.46 4. sektor listrik, gas, air bersih 1.72 1.73 1.70 1.79 5. sektor konstruksi 3.55 3.47 3.33 3.18 6. sektor perdagangan, hotel dan restauran 28.19 29.08 30.14 30.77 7. sektor pengangkutan dan komunikasi 5.71 5.66 5.72 5.81 8. sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 4.86 4.94 5.02 5.13 9. sektor jasa - jasa 8.30 8.17 8.13 8.11 Sumber: BPS Jawa Timur, data diolah Dalam hal penyerapan tenaga kerja, pada tahun 2004, sektor pertanian merupakan sektor ekonomi penyerap tenaga kerja teringgi diikuti oleh sektor industri dan jasa. Sedangkan sektor listrik, gasa dan air bersih merupakan sektor penyerap tenaga kerja terendah. Namun selama tahun 2005-2006, kontribusi sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja berada pada urutan ke empat setelah sektor perdagangan, industri dan jasa. Pada tahun 2007, terjadi perubahan komposisi sektor penyerap tenaga kerja tertinggi yang kembali diduduki oleh sektor pertanian dan diikuti oleh sektor industri dan jasa, yaitu sebesar 26,23 persen untuk sektor pertanian, 22,96 persen untuk sektor industri dan 20,88 persen untuk sektor jasa sebagaimana terlihat dalam tabel 2. Pendidikan dan Lat ihan Profesi Guru 2013 Penelit ian Tindakan Kelas 207 Tabel 2 Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral PDRB Propinsi Jawa Timur Sektor 2004 2005 2006 2007 1. sektor pertanian 1,584,405 1,136,643 1,541,130 1,818,960 2. sektor pertambangan 61,131 160,555 121,097 61,282 3. sektor industri 1,479,971 2,323,652 2,361,798 1,592,659 4. sektor listrik, gas, air bersih 38,760 27,839 35,298 20,785 5. sektor konstruksi 814,067 818,602 847,101 858,642 6. sektor perdagangan, hotel dan restauran 598,736 3,374,600 3,346,762 642,306 7. sektor pengangkutan dan komunikasi 346,960 844,039 740,914 329,632 8. sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 103,942 204,554 182,809 163,293 9. sektor jasa - jasa 1,296,758 1,799,350 1,785,715 1,448,138 Sumber: BPS Jawa Timur, data diolah Analisis location Quotient LQ Berdasarkan analisis location quotient LQ dapat diketahui bahwa Propinsi Jawa Timur memiliki tiga sektor unggulan yaitu sektor listrik dan air bersih, perdagangan dan pertanian. Tabel 3 Nilai Location Quotient LQ Sektoral Propinsi Jawa Timur No. Sektor Ekonomi Location Quotient LQ 2004 2005 2006 2007 1 Pertanian 1.20 1.20 1.21 1.20 2 Penggalian 0.20 0.21 0.22 0.24 3 Industri Pengolahan 0.98 0.98 0.96 0.97 4 Listrik dan Air Bersih 2.62 2.61 2.56 2.60 5 Konstruksi 0.61 0.59 0.55 0.51 6 Perdagangan 1.72 1.73 1.78 1.78 7 Angkutan dan Komunikasi 0.98 0.91 0.85 0.80 8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 0.53 0.54 0.55 0.55 9 Jasa Lain 0.90 0.89 0.88 0.87 Sumber: BPS Jawa Timur, data diolah Sektor listrik dan air bersih merupakan sektor dengan nilai LQ tertinggi yaitu mencapai LQ lebih dari dua pada setiap tahunnya. Artinya bahwa sektor ini selain mampu mencukupi kebutuhan masyarakat Propinsi Jawa Timur juga mampu mensuplai kebutuhan untuk luar propinsi Jawa Timur. Sektor unggulan Propinsi Jawa Pendidikan dan Lat ihan Profesi Guru 2013 Penelit ian Tindakan Kelas 208 Timur yang kedua adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai LQ yang cenderung stabil di setiap tahunnya dan cenderung meningkat. Adapun sektor unggulan Propinsi Jawa Timur yang ketiga adalah sektor pertanian dengan nilai LQ yang stabil di setiap tahunnya. Analisis Shift Share Berdasarkan analisis shift-share dapat diketahui nilai regional share, proportional share dan differential share untuk masing-masing sektor perekonomian. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4, hasil perhitungan regional share untuk sembilan sektor ekonomi di Propinsi Jawa Timur menunjukkan nilai positif. Sedangkan hasil perhitungan proportional share menunjukkan bahwa sektor pertanian dan industri memiliki nilai negatif, sedangkan ketujuh sektor yang lain menunjukkan nilai positif. Adapun untuk hasil perhitungan differential shift menunjukkan bahwa sektor industri, listrik dan air minum, konstruksi dan pengangkutan memiliki nilai negatif sedangkan keempat sektor yang lain memiliki nilai positif. Tabel 4 Analisis Shift Share Propinsi Jawa Timur No. Sektor Ekonomi  PDRB Regional share Proportional Share Differential Shift 1 Pertanian 4,611.48 8019.45 -3770.23 362.26 2 Penggalian 1,428.87 850.58 -525.57 1103.87 3 Industri Pengolahan 8,643.48 12496.15 -2707.25 -1145.41 4 Listrik dan Air Bersih 983.02 772.05 230.70 -19.73 5 Konstruksi 535.20 1592.43 691.12 -1748.36 6 Perdagangan 20,274.65 12639.68 4403.95 3231.02 7 Angkutan dan Komunikasi 2,879.78 2559.63 3924.84 -3604.70 8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 2,980.28 2180.77 356.12 443.39 9 Jasa Lain 3,248.54 3719.07 100.85 -571.38 Total 45,585.29 44829.80 2704.53 -1949.04 Sumber: BPS Jawa Timur, data diolah Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Analisis penyerapan tenaga kerja terdiri dari analisis produktivitas tenaga kerja, laju pertumbuhan produktivitas tenaga kerja, dan elastisitas penyerapan kerja. Adapun masing-masing hasil analisisnya disajikan secara berturut-turut pada tabel 5, 6, dan 7. Pendidikan dan Lat ihan Profesi Guru 2013 Penelit ian Tindakan Kelas 209 Tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat produktivitas tenaga kerja tertinggi berada pada sektor listrik, gas dan air bersih selama tahun 2005-2007, bahkan cenderung meningkat di setiap tahunnya. Sedangkan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebagai sektor unggulan kedua pada tahun 2005 memiliki tingkat produktivitas tenaga kerja sebesar 22,09 atau berada pada urutan ke enam dari sembilan sektor ekonomi. Akan tetapi sektor ini memiliki pertumbuhan produktivitas yang cukup tajam pada tahun 2007. Sedangkan sektor pertanian sebagai sektor unggulan ke tiga memiliki tingkat produktivitas pekerja yang cenderung menurun dari tahun ke tahun. Tabel 5 Analisis Produktivitas Tenaga Kerja Sektoral di Propinsi Jawa Timur Sektor Produktivitas Tenaga Kerja 2005 2006 2007 1. sektor pertanian 39.33 30.14 26.36 2. sektor pertambangan 31.29 45.05 98.31 3. sektor industri 30.40 30.82 47.82 4. sektor listrik, gas, air bersih 159.11 130.60 248.00 5. sektor konstruksi 10.88 10.66 10.64 6. sektor perdagangan, hotel dan restauran 22.09 24.42 137.89 7. sektor pengangkutan dan komunikasi 17.21 20.93 50.69 8. sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 61.92 74.46 90.41 9. sektor jasa - jasa 11.64 12.35 16.12 Sumber: BPS Jawa Timur, data diolah Tabel 6 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan produktivitas tertinggi terdapat pada sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan diikuti oleh sektor pengangkutan dan pertambangan yaitu masing-masing sebesar 5,65 persen, 2,42 persen, dan 2,18 persen. Sektor listrik, gas dan air bersih sebagai sektor unggulan pertama memiliki laju pertumbuhan produktivitas hanya 1,90 persen. Laju pertumbuhan produktivitas terendah justru terdapat pada sektor pertanian, padahal pertanian merupakan sektor unggulan ketiga. Tabel 6 Analisis Laju Pertumbuhan Produktivitas Tenaga Kerja Sektoral di Propinsi Jawa Timur Sektor Laju Pertumbuhan Produktivitas 2005 2006 2007 1. sektor pertanian 1.44 0.77 0.87 2. sektor pertambangan 0.42 1.44 2.18 3. sektor industri 0.67 1.01 1.55 Pendidikan dan Lat ihan Profesi Guru 2013 Penelit ian Tindakan Kelas 210 4. sektor listrik, gas, air bersih 1.48 0.82 1.90 5. sektor konstruksi 1.03 0.98 1.00 6. sektor perdagangan, hotel dan restauran 0.19 1.11 5.65 7. sektor pengangkutan dan komunikasi 0.43 1.22 2.42 8. sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 0.55 1.20 1.21 9. sektor jasa - jasa 0.75 1.06 1.31 Total 0.63 1.03 1.68 Sumber: BPS Jawa Timur, data diolah Tingkat elastisitas penyerapan tenaga kerja menunjukkan seberapa peka tingkat penyerapan tenaga kerja terhadap perubahan kontribusi sektoral terhadap PDRB. Sektor listrik, gas dan air bersih sebagai sektor unggulan pertama memiliki tingkat elastisitas yang negatif. Begitu pula dengan sektor perdagangan juga memiliki tingkat elastisitas yang negatif. Sedangkan sektor pertanian memiliki elastisitas yang positif meskipun mengalami pertumbuhan yang negatif lihat tabel 7. Tabel 7 Analisis Elastisitas Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral di Propinsi Jawa Timur Sektor Elastisitas Penyerapan Tenaga Kerja 2005 2006 2007 1. sektor pertanian -8.94 9.09 5.61 2. sektor pertambangan 17.45 -2.87 -4.73 3. sektor industri 12.35 0.54 -7.02 4. sektor listrik, gas, air bersih -4.56 6.58 -3.48 5. sektor konstruksi 0.16 2.44 1.13 6. sektor perdagangan, hotel dan restauran 50.66 -0.09 -9.67 7. sektor pengangkutan dan komunikasi 28.66 -1.80 -7.14 8. sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 12.92 -1.43 -1.26 9. sektor jasa - jasa 9.16 -0.14 -3.22 Total 11.82 0.44 -6.01 Sumber: BPS Jawa Timur, data diolah

E. Pembahasan Sektor Unggulan di Jawa Timur