54
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Anak Balita
5.1.1. Umur Anak Balita
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa distribusi proporsi anak balita terbesar terdapat pada umur 7-12 bulan 31. Hal ini dapat terjadi karena
anak balita dengan umur 7 – 12 bulan adalah anak balita yang masih dalam tahap
imunisasi wajib sehingga ibu balita yang memiliki anak balita umur tersebut lebih banyak datang ke posyandu.
Balita 7 – 12 bulan termasuk dalam kelompok infancy 29 hari – 12 bulan
dimana pertumbuhan fisik pada umur tersebut terjadi sangat cepat, dan tentu memerlukan zat gizi dalam pertumbuhannya. Pada umur 7
– 12 bulan ini bayi telah dapat diberikan makanan pendamping ASI MP ASI karena ASI saja tidak dapat
memenuhi kebutuhan bayi.
5.1.2. Jenis Kelamin Anak Balita
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak balita dengan jenis kelamin perempuan lebih besar 52 daripada anak balita dengan jenis kelamin laki-laki
48. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Julita 2011 dimana proporsi anak balita perempuan lebih besar 62 daripada proporsi anak balita laki-laki 38. Hal
ini dapat dipengaruhi oleh jumlah anak balita perempuan berdasarkan data Puskesmas yang memang lebih besar dibandingkan anak balita laki-laki di wilayah kerja
Puskesmas Sentosa Baru.
Universitas Sumatera Utara
55
5.1.3. Status ASI Eksklusif Anak Balita
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi balita yang tidak ASI Eksklusif lebih besar 84 dibandingkan dengan yang mendapatkan ASI Eksklusif 16.
Proporsi anak balita yang diberi ASI Eksklusif ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Marlina Simbolon di kelurahan Sicanang Belawan 2008 yaitu
53,3, dan juga penelitian Simarmata di Puskesmas Simarmata Kabupaten Samosir 2013 yaitu 32,5. Angka ini juga jauh dibawah angka prevalensi nasional
pemberian ASI Eksklusif berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 yaitu 30,2. Hal ini merupakan masalah yang cukup serius mengingat bahwa pola pemberian ASI
Eksklusif dan makanan pendamping ASI yang buruk merupakan salah satu penyebab gangguan pertumbuhan pada balita. Pemberian ASI Eksklusif merupakan salah satu
upaya strategis dalam peningkatan gizi pada anak yang pada akhirnya akan berdampak pada kualitas SDM.
Pada umumnya pada saat observasi dilakukan di daerah penelitian ini, didapatkan balita pada umur 3 sampai 4 bulan sudah diberikan makanan tambahan
seperti air tajin, nasi lembek, pisang dan bubur. Pemberian makanan tambahan ini dilakukan karena ibu menganggap bahwa bayi mereka rewel karena lapar dan
makanan tambahan tersebut dapat mengurangi rasa lapar bayi. Banyak dari ibu-ibu balita yang memberikan air putih setelah mereka menyusui bayinya pada saat baru
dilahirkan. Juga ada beberapa ibu yang memberikan madu sebagai obat untuk bayi mereka. Hal ini tentu tidak sesuai dengan ketentuan ASI Eksklusif dimana seharusnya
selama 6 bulan pertama bayi tidak diberikan makanan atau minuman apapun kecuali ASI.
Universitas Sumatera Utara
56 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa anak balita yang tidak diberikan
kolostrum 66 lebih besar dibandingkan anak balita yang diberikan kolostrum 34. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Lingga 2010 dimana proporsi anak
balita yang tidak mendapatkan kolostrum lebih besar dari yang mendapatkan kolostrum yaitu sebesar 52,4. Tidak diberikan kolostrum juga mempuanyai
hubungan dengan status gizi kurang pada anak balita dengan Rasio Prevalensinya sebesar 3,838 Lingga, 2010. Rendahnya proporsi pemberian kolostrum ini
dikarenakan masih banyak ibu yang tidak tahu manfaat kolostrum sehingga membuangnya, dan juga ada beberapa ibu yang pada saat melahirkan bayinya
mendapatkan bayi mereka telah diberikan susu formula oleh petugas kesehatan terlebih dahulu.
Rendahnya proporsi pemberian kolostrum ini tentu disayangkan mengingat bahwa kandungan tertinggi kolostrum adalah antibodi yang 10-17 kali lebih banyak
dibandingkan ASI matur. Disamping itu kandungan protein kolostrum lebih tinggi dibandingkan dengan ASI matur dan kadar karbohidrat dan lemak kolostrum lebih
rendah dibandingkan ASI matur.
5.1.4. Status Imunisasi Anak Balita