Identifikasi Kecacatan Dengan Measure

4.3.2. Identifikasi Kecacatan Dengan

Quality Filter Mapping Pendekatan Quality Filter Mapping QFM merupakan tool yang digunakan untuk mengidentifikasi dimana keberadaan masalah kualitas dari proses produksi yang dihasilkan yang ada di PT. BAYER INDONESIA – BAYER CropScience Surabaya. Pemeriksaan inspeksi maupun kontrol kualitas yang ada di PT. BAYER INDONESIA – BAYER CropScience Surabaya dilakukan oleh bagian Quality Control QC. QFM merupakan tool untuk mengidentifikasi penyebab hilangnya kualitas produk yang diterima konsumen internal yaitu proses permesinan selanjutnya maupun konsumen eksternal yaitu pengguna produk dalam supply chain. QFM memfokuskan diri pada pengembangan jangka pendek perusahaan dimana hilangnya kualitas sering terjadi. Terdapat 3 jenis cacat kualitas, yaitu : a. Product defect Merupakan cacat fisik yang tidak berhasil diseleksi pada proses inspeksi sehingga lolos ke konsumen. Product defect yang terdapat di PT. BAYER INDONESIA – BAYER CropScience Surabaya ada 5 macam defect pada produk DECIS 25 EC 50 ml yaitu : berat isi kurang, terdapat noda bercak pada tin can, leher tin can robek, cap tidak sempurna,dan hasil print yang tidak tepat.. b. Scrap defect Merupakan cacat yang berhasil diseleksi pada saat proses inspeksi sehingga tidak lolos ke konsumen baik konsumen internal maupun eksternal. Scrap defect internal merupakan produk filling reject yang berhasil diseleksi agar Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. tidak terkirim ke mesin Wolf Capper. Scrap defect eksternal adalah produk hasil capping dan printing yang tidak sampai ke konsumen. c. Service defect Merupakan masalah yang ditemukan oleh konsumen tetapi tidak secara langsung berhubungan dengan produk yang dihasilkan tetapi lebih kepada pelayanan yang diberikan dari perusahaan. Service defect dapat berupa komplain mengenai jumlah kantong dan lain – lain. Pada penelitian ini dilakukan analisa terhadap scrap defect yang dihasilkan oleh mesin yang menghasilkan scrap defect lebih banyak dan mempengaruhi konsumen internal yaitu proses permesinan selanjutnya. Selama ini pihak manajemen PT. BAYER INDONESIA – BAYER CropScience Surabaya menetapkan standar maksimum produk yang menyimpang dari spesifikasi perusahaan pada setiap proses. Yaitu untuk proses filling menggunakan mesin Wolf Filler dan proses capping menggunakan mesin Wolf Capper maksimal 0.3 dan untuk proses printing dengan menggunakan mesin print video jet otomatis maksimal 0.1 . Gambar 4.2 Quality Filter Mapping Sumber : data diolah pada Lampiran L Quality Filter Ma pping 0.045 0.053 0.063 0.063 0.05 0.043 0.041 0.044 0.042 0.043 0.04 0.019 0.023 0.022 0.023 0.01 0.02 0.051 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 Mei Juni Juli Agust Sept Okto Bulan S cr ap D ef e ct f illing capping printing Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Berdasarkan rekap prosentase nilai scrap defect pada proses filling, capping , dan printing selama 6 bulan yaitu Mei 2010 sampai Oktober 2010 seperti yang terlihat pada Lampiran L, maka dapat dibuat Quality Filter Mapping QFM yang tampak pada gambar 4.2. Dari gambar tersebut dapat dinyatakan bahwa mesin yang digunakan pada ketiga proses tersebut telah bekerja dengan baik sehingga dapat memenuhi spesifikasi pihak manajemen berkaitan dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh pihak perusahaan pada setiap proses. Selama ini prosedur proses inspeksi yang dilakukan oleh PT. BAYER INDONESIA – BAYER CropScience Surabaya dilakukan pada material yang datang dari supplier serta pada saat produk jadi. Adapun prosedur inspeksi yang dilakukan terhadap produk DECIS 25 EC 50 ml disesuaikan dengan keinginan kritis yang diinginkan oleh konsumen yang disebut CTQ Critical to quality yaitu : a. Berat isi netto produk sesuai. Hal ini berkaitan dengan operasi pada mesin Wolf Filler saat proses filling. Untuk produk DECIS 25 EC 50 ml, berat isi yang sesuai spesifikasi adalah sebesar 50 ml dengan toleransi yang telah ditetapkan perusahaan sebesar  0.3 ml. Inspeksi ini dilakukan setiap 1 jam sekali pada  6 tincan berturut- turut. b. Tidak ada percikan produk pada luar botol tincan. Aktivitas inspeksi dilakukan pada akhir proses filling, yang dilakukan setiap 30 menit sekali pada 12 tincan berturut-turut 2 set. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. c. Leher tincan dalam kondisi baik tidak robek. Aktivitas inspeksi mengenai hal ini berkaitan dengan operasi mesin Wolf Capper pada proses capping. d. Cap tutup tincan dalam kondisi baik sempurna. Berkaitan dengan CTQ ini, tincan yang keluar dari mesin Wolf Capper diharapkan terseaming sempurna. Dan akan dikatakan defect jika seaming miring, seaming tidak kuat, seaming kurang baik ada kebocoran. Pengontrolan ini dilakukan oleh pihak QC in Line pada setiap tincan 100 e. Tercetak no.produksi produk. Inspeksi dilakukan pada akhir proses printing pada mesin print Video Jet, dimana aktivitas ini dilakukan pada setiap tincan 100 . Hasil print dikatakan lolos inspeksi jika cetakan no.produksi produk jelas terbaca dan berada ditengah. Sedangkan akan dikatakan defect jika no. produksi produk tidak tercetak sama sekali, terlalu pinggir sebagian tidak terlihat, dan cetakan tidak terbaca buram terlalu rapat. Pemeriksaan secara langsung dilakukan oleh operator dengan menyisihkan product reject secara langsung. Dalam upaya peningkatan kualitas produk DECIS 25 EC 50 ml dengan metode lean six sigma pertama dilakukan dengan mengetahui jumlah defect pada scrap defect berdasarkan CTQ yang telah ditentukan. Dalam penerapan Lean Six Sigma, data dan informasi memegang peranan penting untuk melakukan analisa dan pengambilan keputusan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Kontrol kualitas yang ada dilakukan dalam empat tahap, dalam Quality Control Procedure yang diterapkan oleh PT. BAYER INDONESIA – BAYER CropScience Surabaya, yaitu standart prosedur inspeksi kontrol kualitas seperti digambarkan pada gambar 4.3 di bawah ini : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. QUALITY CONTROL PROCEDURE Gambar 4.3 Quality Control Activity Inspection Sumber : Data Internal PT. BAYER INDONESIA – BAYER CropScience Surabaya Pembelian Pre Sampling Unloading Procesing Stock Raw Material Stock Finish Product Pemasaran Yes Yes Yes No No No Kembali Kembali Entrance Control Stock Raw Material Control Reproses Reproses Process Control Stock Finish Product Control Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa kontrol kualitas yang ada di PT. BAYER INDONESIA – BAYER CropScience Surabaya dilakukan dalam empat tahap yaitu : 1 Incoming Material Process Entrance Control Dalam tahap pengontrolan ini, setiap material yang datang dari supplier akan diperiksa oleh pihak Quality Control QC baik bahan baku utama maupun bahan baku penunjang. Untuk lebih jelasnya mengenai prosedur yang dilakukan oleh pihak QC akan dijelaskan sebagai berikut : a Prosedur pemeriksaan untuk bahan baku utama. Sebelum material dapat dikatakan diterima oleh pihak perusahaan, setiap bahan baku utama yang dikirim oleh supplier yang berupa bahan aktif Delthamethrin dan bahan pelarut pengencer Solvesso, akan melalui uji laboratorium. Dimana bahan aktif tersebut akan diambil sampelnya terlebih dahulu dan dilakukan pengujian selama  2 jam, dan jika hasil uji menyatakan bahan aktif tersebut sudah memenuhi spesifikasi berdasarkan Certificate Of Analys COA yang telah ditetapkan oleh pihak perusahaan, maka material yang dikirim supplier akan diterima perusahaan melalui bagian logistic. Tapi jika hasilnya tidak sesuai spesifikasi, maka material akan dikembalikan ke supplier. b Prosedur pemeriksaan untuk bahan pengemas. Untuk produk DECIS 25 EC 50 ml ini, bahan pengemas yang dikirim oleh pihak supplier berupa tincan, cap, dan pack kardus. Ketiga material tersebut akan diperiksa oleh pihak QC dengan cara memeriksanya satu per satu, dengan kata lain pemeriksaan terhadap bahan pengemas dilakukan pada sejumlah bahan yang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. dikirim oleh supplier inspeksi 100 . Dan jika didapati bahan pengemas yang cacat akan dikembalikan pada pihak supplier. c Prosedur pemeriksaan untuk bahan baku penunjang. Selain pada kedua bahan baku diatas, pemeriksaan juga dilakukan pada bahan baku penunjang seperti pada tinta print. Tinta akan melalui uji viskositas yang dilakukan oleh pihak QC di laboratorium. Jika hasil uji menyatakan bahwa tingkat kekentalan kepekatan tinta sudah sesuai dengan standart spesifikasi maka tinta akan diterima melalui bagian logistic, tapi jika hasilnya tidak sesuai maka tinta akan dikembalikan pada pihak supplier. 2 Kontrol Kualitas Bahan Baku Selama Disimpan Stock Raw Material Control Selama material disimpan sebagai persediaan digudang bahan baku, material akan selalu dikontrol oleh pihak QC untuk memastikan kualitas material tetap terjaga. Hal ini dilakukan pihak QC dengan mengambil sampel material yang di simpan digudang untuk dilakukan pengujian di laboratorium. Hasil uji akan di informasikan pada pihak PPIC, dimana disini pihak PPIC berperan sebagai pengambil keputusan dengan memberikan rekomendasi - rekomendasi tindakan yang nantinya akan dilakukan sehubungan dengan hasil uji laboratorium terhadap material yang ada digudang. 3 Kontrol Kualitas Bahan Baku Selama Proses Produksi In Process Control Selama proses produksi berlangsung dilakukan inspeksi terhadap produk yang dihasilkan. Inspeksi ini dilakukan oleh pihak QC in Line pada setiap akhir Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. proses pada masing - masing mesin produksi. Dengan harapan apabila muncul cacat akibat proses yang tidak standart dapat segera diatasi. Pada mesin Wolf Filler, petugas QC in line akan memeriksa hasil proses pengisian filling. Dengan memastikan bahwa proses pengisian sudah berjalan dengan stabil dan tidak ada kotoran dan ceceran percikan produk pada luar botol juga pada part dalam Filling Chamber, aktivitas pengontrolan ini dilakukan setiap 30 menit sekali. Dan pada mesin Wolf Capper petugas QC in line akan memastikan bahwa proses capping sudah berjalan sesuai standart, dan tidak ada percikan produk pada luar tincan dan pada part dalam Capping Chamber yang dilakukan setiap 30 menit sekali. Petugas QC in line juga akan memeriksa pada setiap tincan 100 hasil proses capping, untuk memastikan setiap tincan sudah terpasang cap, tidak ada leher tincan yang robek, dan tincan telah terseaming dengan sempurna. Pihak QC in line juga akan memeriksa hasil Print Video Jet pada setiap tincan 100 , dan memastikan cetakan no.produksi produk jelas terbaca dan berada ditengah. 4 Kontrol Kualitas Produk Selama Disimpan Stock Finish Product Control Produk yang sudah lolos inspeksi selama proses produksi berlangsung, kemudian akan dikemas dalam pack kardus dan dimasukkan dan box karton, dimana dalam setiap box karton berisikan sebanyak 50 pcs produk pestisida DECIS 25 EC 50 ml. Selanjutnya box karton akan ditumpuk pada pallet dan dikirim ke gudang produk jadi. Di sini produk juga akan terus dikontrol oleh pihak QC, sebelum nantinya produk dikirim ke pelanggan atau konsumen. Hasil produksi satu line mesin selama satu shift, inspeksinya diwakili oleh satu pallet. Sampling yang dilakukan adalah dengan mengambil box karton dari Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. pallet secara acak, dibutuhkan ketelitian petugas QC dalam mengambil sampel box karton tersebut. Apabila ditemukan produk defect dari box karton terambil sebanyak 5 pcs, pallet dinyatakan in proccess yang artinya hasil produk belum dinyatakan lolos dan belum bisa dikirim. Tapi jika dalam inspeksi tidak terdapat produk defect dari box karton terambil maka pallet tersebut dinyatakan diterima dan layak untuk dikirim ke konsumen. Berdasarkan pengontrolan kualitas produk selam proses produksi, penyimpangan kulitas yang sering terjadi adalah berat isi produk kurang, terdapat percikan produk pada luar tincan, leher tincan robek, cap tidak terseaming sempurna, dan hasil print yang tidak tepat. Penyimpangan defect yang terjadi pada proses produksi DECIS 25 EC 50 ml yang dihasilkan oleh PT. BAYER INDONESIA – BAYER CropScience Surabaya selama bulan Mei – Oktober 2010 dapat dilihat pada tabel 4.5. Dari tabel ini dapat diklasifikasikan berdasarkan CTQ criteria to quality atau jenis cacat yang disajikan dalam tabel 4.10 berikut ini : Tabel 4.10. Data Produk Defect Bulan Mei – Oktober 2010 Dalam Pcs Sumber : Data Internal Perusahaan -Departemen Quality Control Jenis Defect Bulan Berat kurang Noda Bercak Leher Robek Cap Tidak Sempurna Print Tidak Tepat Jumlah Defect Mei ‘10 25 21 16 23 17 102 Juni ‘10 29 11 17 19 20 96 Juli ‘10 33 18 13 30 21 115 Agustus ‘10 40 23 21 21 23 128 September ‘10 42 20 16 26 10 114 Oktober ‘ 10 30 17 18 20 19 104 TOTAL 199 110 101 139 110 659 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Berdasarkan data dari tabel diatas dapat digambarkan grafik kecacatan produk DECIS 25 EC 50 ml yang terjadi pada perusahaan dengan melihat grafik histogram dan data prosentase kecacatan di bawah ini. Gambar 4.4. Histogram Kecacatan Produk DECIS 25 EC 50 ml Tabel 4.11. Data Prosentase Kecacatan Produk DECIS 25 EC 50 ml Bulan Mei – Oktober 2010 No Jenis Defect Jumlah Defect Jumlah Output Produksi Prosentase Kecacatan Produk 1 Berat Isi Kurang 199 567.378 035 , 100 567378 199  x 2 Noda Bercak 110 567.378 019 , 100 567378 110  x 3 Leher Robek 101 567.378 018 , 100 567378 101  x 4 Cap Tidak Sempurna 139 567.378 024 , 100 567378 139  x 5 Print Tidak Tepat 110 567.378 019 , 100 567378 110  x Sumber : Data Internal Perusahaan - Departemen Quality Control Histogram Kecacatan Produk DECIS 25 EC 50 ml 199 110 101 139 110 50 100 150 200 250 Berat kurang Noda Bercak Leher Robek Cap Tidak Sempurna Print Tidak Tepat Jenis Cacat Ju m lah C acat Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Dari tabel 4.11 dapat diketahui prosentase kecacatan produk DECIS 25 EC 50 ml pada bulan Mei – Oktober 2010 mulai yang paling sering terjadi dan jarang terjadi. Dari data tersebut diketahui bahwa jenis cacat Berat isi kurang memiliki prosentase sebesar 0,035, Noda bercak memiliki prosentase sebesar 0,019, Leher robek memiliki prosentase sebesar 0,018, Cap tidak sempurna memiliki prosentase sebesar 0,024, Print tidak tepat memiliki prosentase sebesar 0,019. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.5 berikut. Gambar 4.5. Prosentase Kecacatan Produk DECIS 25 EC 50 ml Prosentase Kecacatan Produk DECIS 25 EC 50 ml 0.035 0.019 0.018 0.024 0.019 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04 Berat Isi Kurang Noda Bercak Leher Robek Cap Tidak Sempurna Print Tidak Tepat Jenis Cacat Pr osent ase Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.3.3. Kapabilitas Proses