Cara Kerja Pestisida Permesinan dan Peralatan

ini harus larut dan mudah menguap dengan ukuran butiran yang kurang dari 10 um sehingga mudah terhisap manusia sewaktu bernafas. Senyawa ini akan menyerap ke dalam jaringan pernafasan di paru–paru. Oleh karena itu bernafas sewaktu penyemprotan tidak dianjurkan.

H. Umpan

Umpan merupakan makanan atau bahan–bahan tertentu yang telah dicampur racun. Bahan makanan ini menjadi daya tarik jasad pengganggu sasaran. Umpan boleh digunakan dirumah-rumah, kantor, kebun, sawah untuk mengendalikan tikus, lalat, lipas , burung , ataupun siput.

I. Gas

Fumigan merupakan formulai yang berada dalam bentuk gas atau cairan yang mudah menguap. Gas ini dapat terisap atau diserap kulit. Fumigan sering digunakan untuk mengendalikan hama – hama gudang, hama – hama, dan jamur patogen yang berada di dalam tanah. S. Sastroutomo Soetikno. 1992

2.1.5 Cara Kerja Pestisida

Yang dimaksud dengan cara kerja disini adalah proses peracunan pestisida tersebut terhadap hewan atau tanaman yang terkena. Racun pestisida dibedakan atas : 1. Racun perut stomach poison, racunnya bekerja aktif didalam perut hewan yang memakannya. Bisa karena memakan langsung misalnya Klerat RM, atau memakan daun yang sudah dilekati racun itu. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 2. Racun kontak contact poison, binatang akan mati bila tersentuh langsung pada kulitnya. Racun ini meresap kedalam tubuh binatang lewat kulit luar. 3. Racun sistemik systemic poison, pestisisda ini setelah dilarutkan dalam air dan disemprotkan kepada tanaman, larutan itu terserap akar tanaman maupun daun tanaman dan tertinggal di dalam tubuh tanaman selama jangka waktu tertentu. Seandainya hama memakan daun tanaman yang sudah mengandung racun ini, maka ia juga menelan racun dan mati tak lama kemudian. 4. Fumigant, setelah dicampur air dan disemprotkan dalam bentuk uapgaskabut, akan mudah terhirup oleh alat–alat pernapasan hewan–hewan hama tanaman. 5. Attracttant, pestisida yang mengeluarkan bau khas yang disenangi serangga tertentu, sehingga serangga itu mendekat dan mudah dibunuh. 6. Repellent, pestisida yang baunya mampu mengusir pergi binatang – binatang hama tanaman. Joko Prasojo B, 1984 : 8 - 9

2.1.6 Bahan Baku

Bahan baku yang dipergunakan dalam pembuatan Pestisida, terbagi dalam 2 jenis, yaitu:

A. Bahan Baku Utama

1. Bahan Zat Aktif. Zat aktif merupakan bahan baku utama dalam proses formulasi produksi pestisida. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 2. Bahan Pelarut Pengencer Bahan ini digunakan sebagai campuran dalam pembuatan pestisida yang fungsinya sebagai pelarut pengencer bahan atau zat aktif. Bahan pelarut yang digunakan di PT. Bayer Indonesia - Bayer CropScience berupa Solvesso.

B. Bahan Baku Pembantu

Disamping bahan baku utama, proses pembuatan pestisida juga membutuhkan bahan baku pembantu antara lain: 1. Bahan emulsi. Merupakan cairan pekat yang dapat dicampur dengan air dan akan membentuk emulsi. 2. Anti Oksidan. Merupakan bahan yang digunakan sebagai pencegah terjadinya oksidasi. 3. Penyeimbang PH. Bahan ini dipakai untuk menyeimbangkan PH dalam proses formulasi produk. 4. Pewarna. Bahan yang digunakan sebagai pewarna dalam campuran pembuatan produk. 5. Pengental. Merupakan bahan yang digunakan sebagai pengental pada tahap formulasi material dalam pembuatan produk pestisida. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.1.7 Permesinan dan Peralatan

Permesinan dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi pestisida jenis liquid, antara lain: 1. Raw Material Tank Merupakan tangki tempat pengisian atau memasukkan bahan baku produk yang akan diproduksi. 2. Mixing Tank Merupakan tangki yang digunakan untuk proses pencampuran Mixing dari bahan baku produk. 3. Filter Donaldson Merupakan suatu alat penyaring, dimana digunakan untuk menyaring kotoran- kotoran sebelum produk hasil Mixing disalurkan ke Holding Tank. 4. Holding Tank Merupakan tangki penyimpanan sementara produk setengah jadi bulk. 5. Rotary Table Meja bundar yang berputar, yang secara otomatis akan mengatur botol kemasan untuk masuk ke jalur pengisian di Mewes Filler. 6. Mewes Filler Mesin yang digunakan untuk pengisian produk ke dalam botol kemasan atau tin can dari EC SL Formulation yang telah dialirkan ke dalam mesin ini. 7. Mewes Capper Merupakan mesin yang digunakan untuk memberi tutup yang dilengkapi segel pada botol kemasan yang telah melalui proses filling. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 8. Capper and Seammer Mewes Mesin ini hampir sama dengan Mewes Capper, yaitu digunakan untuk memberi tutup yang dilengkapi segel pada botol kemasan yang telah melalui proses filling, hanya saja mesin ini dapat sekaligus menyegel cap atau tutup tersebut. 9. Hottinger Induction Seal Digunakan untuk proses sealing, yaitu merekatkan segel pada leher botol dengan sistem induksi frekuensi. 10. Pago Pemberi Label Alat ini digunakan untuk pemberian label dan no.produksi produk. 11. Video Jet Alat ini digunakan untuk pemberian nomor produksi produk pada bagian bawah kemasan produk.

2.1.8 Proses Produksi