Penggambaran Big Picture Mapping

dilakukan dengan penggambaran peta proses utama dari proses produksi yang terjadi. Peta yang digambarkan meliputi peta aliran informasi dan peta aliran fisik dengan alat penggambaran proses yaitu Big Picture Mapping berikut :

4.2.1. Penggambaran Big Picture Mapping

Big Picture mapping BPM merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk menggambarkan peta proses utama dari proses produksi yang terjadi di PT. BAYER INDONESIA - BAYER CropScience Surabaya. Dengan membuat Big Picture Mapping juga dapat memberikan kemudahan-kemudahan antara lain : a. Membantu untuk menggambarkan aliran yang ada b. Membantu menemukan lokasi waste c. Menyatukan penerapan dari kelima prinsip lean thinking d. Memperlihatkan hubungan antara sistem informasi dengan aliran fisik Big Picture Mapping untuk proses produksi pestisida DECIS 25 EC 50 ml di PT. BAYER INDONESIA - BAYER CropScience Surabaya diperlihatkan pada gambar 4.1. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Gambar 4.1 Big Picture Mapping Proses Pestisida DECIS 25 EC 50 ml Sumber : Data Internal PT. BAYER INDONESIA-Bayer CropScience Surabaya 2 orang shift Customer Pesanan diterima Bagian Marketing Bagian Pengadaan Purchasing Supplier Kepala Bagian Produksi Kepala Bagian Gudang Kepala Bagian PPIC Material Reqruitment Planning Inspeksi Raw Material Gudang Bahan Baku Bahan Pengemas Proses Changing Material Changing Material Proses Mixing Mesin Loedige Proses Check Weighter Mesin Check Weighter Proses Capping Mesin Wolf Capper Proses Printing Mesin Printer Proses Filling Mesin Wolf Filler Proses Blanding Mesin Ribbon Blander Gudang Produk Jadi A A Delivery 2 orang shift 1 orang shift 1 orang shift 1 orang shift 1 orang shift 1 orang shift Proses Packaging Pack Kardus 3 orang shift 1 pcs = 50 ml Production Lead Time = 420 menit = 7 jam Value Adding Activity = 205 menit = 3,42 jam 15 menit 35 menit 40 menit 55 menit 15 menit 25 menit 25 menit 25 menit 15 menit 55 menit 55 menit 15 menit 35 menit 30 menit 30 menit 70 menit Proses Palleting Box Karton Pallet 3 orang shift 1 box karton = 50 pcs 25 menit 60 menit Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.2.1.1 Aliran informasi

Pada prinsipnya produksi pestisida ini adalah adalah untuk melayani permintaan konsumen. Informasi permintaan produk yang datang kemudian diproses oleh perusahaan dan akhirnya produk yang dihasilkan akan dikirim ke konsumen sesuai dengan permintaan. Untuk lebih jelasnya aliran informasi pemenuhan kebutuhan konsumen pada PT. BAYER INDONESIA - Bayer CropScience Surabaya akan diuraikan sebagai berikut : l. Aliran informasi dimulai dengan adanya permintaan order permintaan OP produk pestisida DECIS 25 EC 50 ml dari konsumen, supplier distributor melalui departemen pemasaran Marketing Departement. 2. Kemudian departemen pemasaran melakukan order produksi melalui PPIC Production Planning and Inventory Control dan dibuat tembusan ke bagian logistic, jaminan mutu, produksi dan pergudangan. 3. Selanjutnya pihak PPIC membuat rencana produksi dengan memeriksa ketersediaan produk sesuai dengan OP. Jika barang tersedia di gudang produk jadi, maka bagian PPIC membuat surat perintah kirim barang ke bagian pergudangan untuk kemudian dikirimkan ke konsumen dan mendokumentasikannya. Jika barang tidak tersedia di gudang barang produk jadi, bagian PPIC memeriksa ketersediaan Work In Proccess WIP, kemudian membuat rencana perintah produksi yang diserahkan ke bagian produksi. Rencana produksi juga diserahkan ke bagian jaminan mutu untuk melakukan pengontrolan kualitas bahan baku sebelum diproduksi. Dan untuk memudahkan dalam pengontrolannya pihak PPIC menggunakan PPS Production Planning System. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 4. Tapi jika persediaan WIP tidak ada, maka bagian PPIC memeriksa ketersediaan material di bagian pergudangan. Apabila material tidak tersedia, maka bagian pergudangan menginformasikan ke bagian logistik untuk memeriksa anggaran untuk membuat OP dan mengirimkan ke supplier . Kedatangan material sesuai OP dari supplier diterima oleh bagian pergudangan dengan melakukan RI Receipt to Inspection Transaction yang diinformasikan kepada pihak jaminan mutu untuk melakukan inspeksi kedatangan material. 5. Pihak jaminan mutu melakukan pengujian sampel dari raw material yang dikirim oleh supplier. Dan untuk packing material pihak QC melakukan pemeriksaan atau pengecekan 100 dari yang dikirim supplier. Jika hasil pengujian atau pemeriksaan sudah sesuai standart maka pihak QC akan mengeluarkan COA Certificate Of Analysis. 6. Berdasarkan rencana produksi, bagian produksi melakukan material order pada pihak logistic, lalu pihak logistic melakukan transfer to production. 7. Setelah semua material terpenuhi, bagian produksi melakukan proses produksi. Dimulai dengan melakukan proses formulasi yang meliputi proses changing material, mixing pencampuran, dan blanding pengadukkan. Kemudian lanjut ke proses filling, capping, checking weigher, dan packaging. 8. Pihak QC akan selalu mengontrol kualitas produk mulai dari awal produksi sampai menjadi produk jadi. Dimana setiap akhir proses mixing, Pihak QC akan mengambil sampel produk dan akan diuji kualitasnya di laboratorium Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. pabrik. Jika hasil analisa sudah sesuai maka akan dilanjutkan ke proses yang selanjutnya. 9. Setelah produk jadi dikemas dalam kardus, selanjutnya akan dimasukkan dalam box karton dimana untuk produk DECIS 25 EC 50 ml setiap satu box karton berisi 50 pcs produk. Kemudian box karton disusun pada pallet, yang kemudian diangkut ke gudang produk jadi. 10. Dan berdasarkan surat perintah kirim dari PPIC, selanjutnya produk jadi siap dikirim ke konsumen.

4.2.1.2 Aliran fisik

Untuk memenuhi permintaan yang datang dari konsumen sebagaimana dijelaskan pada aliran informasi, perusahaan harus menyiapkan bahan baku yang akan digunakan untuk diolah menjadi produk yang sesuai dengan keinginan konsumen. Dan adapun aliran penyediaan bahan baku sampai proses pengolahan bahan baku menjadi produk yang siap dipasarkan ke konsumen pada PT. BAYER INDONESIA – BAYER CropScience Surabaya dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Aliran penyediaan material dimulai dengan adanya kebutuhan material antara lain, bahan zat aktif Delthamethrin, bahan pelarut pengencer Solvesso, packaging material Tin can, Cap, kardus,dan box karton, pallet, dan tinta. Dan lead time pengiriman material maksimal 4 hari. 2. Setiap material yang datang dari supplier akan dicek dulu oleh pihak QC. Untuk material seperti bahan aktif dan bahan pelarut atau pengencer akan diambil sampelnya terlebih dahulu untuk di lakukan uji laboratorium. Dan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. untuk material lainnya, seperti bahan pengemas akan dilakukan pengecekkan 100 dari sejumlah yang dikirim oleh supplier. Jika hasilnya tidak sesuai dengan spesifikasi kualitas yang diinginkan, maka material tersebut akan dikembalikan ke supplier. 3. Material yang sudah lulus uji dan pengecekkan oleh pihak QC, selanjutnya kan dikirim dan disimpan di gudang bahan baku. 4. Setelah semua kebutuhan material tesedia di gudang, maka selanjutnya material akan dikirim ke bagian produksi untuk diproses hingga menjadi produk jadi. 5. Proses produksi dimulai dari proses formulasi, dimana sebelum material dimasukkan kedalam mesin Lodige Mixer, material harus ditimbang dan ditakar dosisnya terlebih dahulu. Dan dilanjutkan dengan proses pencampuran material mixing, diman dalam proses ini juga ditambahkan bahan pengencer Solvesso. Setelah proses ini selesai, pihak QC akan mengambil sampel HF Product produk setengah jadi ini untuk dilakukan uji laboratorium. Jika hasil analisa laboratorium masih belum sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan, maka HF product tersebut akan melalui proses mixing kembali. Dan jika sudah didapat hasil sesuai spesifikasi yang diinginkan maka lanjut ke proses pengadukkan pada mesin Ribbon Blander, selain sebagai tempat pengadukan mesin ini juga berfungsi sebagai tempat penampungan sementara HF product sebelum ke proses yang selanjutnya. Oleh karena itu dalam tahap ini perlu dilakukan pengaturan suhu mesin, supaya kualitas HF product tetap terjaga. 6. Selanjutnya HF product akan dialirkan melalui pipa – pipa menuju mesin Wolf Filler untuk proses filling. Untuk proses ini memerlukan bahan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. pengemas berupa tin can, oleh karena itu sebelum proses ini berlangsung tin can harus sudah tertata pada rorary table. Tahap selanjutnya adalah proses capping pada mesin Wolf Capper, pada proses ini membutuhkan bahan Cap tutup tin can. Setelah melalui proses ini, produk yang sudah dalam kemasan tin can akan melalui mesin Check Weigher untuk dicek nettonya, jika netto produk tidak sesuai dengan yang diinginkan maka produk akan tersortir secara otomatis dengan keluar dari jalur konveyor dan masuk dalam tong khusus yang telah tersedia. 7. Proses selanjutnya adalah proses printing, pada proses ini nomor batch akan dicetak pada setiap produk. Selanjutnya produk akan dikemas dalam kardus dan dimasukkan dalan box karton, dimana untuk produk DECIS 25 EC 50 ml setiap box karton berisi 50 pcs produk. 8. Selanjutnya box karton disusun pada pallet lalu diangkut ke gudang produk jadi. Dan produk pestisida siap untuk dikirim ke konsumen. Big Picture Mapping gambar 4.1 menjelaskan tentang gambaran umum dari seluruh aktivitas yang terjadi diperusahaan. Keseluruhan aktivitas tersebut digambarkan dalam bentuk aliran informasi serta aliran fisik material yang terjadi antar departemen dan stasiun kerja yang ada dalam perusahaan. Dari Big Picture Mapping tersebut dapat ditemukan masalah-masalah apa saja yang sebenarnya terjadi pada sistem yang ada. Dapat diketahui permasalahan yang terjadi pada proses produksi pestisida DECIS 25 EC 50 ml yaitu lead time produksi yang terlalu lama yaitu sebesar 420 menit. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.2.2 Mengidentifikasi waste