2.7.2 Value Stream Mapping Tools VALSAT
Selain Big Picture Mapping, alat yang digunakan dalam konsep Lean Six Sigma
adalah Value Stream Mapping Tools VALSAT. Alat ini berfungsi untuk memilih alat dari pemetaan aliran proses yang nantinya akan digunakan sebagai
pedoman dalam mengidentifikasi pemborosan waste. Pada proses ini dilakukan proses pemetaan dari future state yang diusulkan. Value Stream berfokus pada
proses value adding dan non-value adding. Value Stream Mapping dikembangkan pada tahun 1995. Alasan yang mendasari pengumpulan dan penggunaan
serangkaian tool ini adalah untuk membantu para peneliti atau para praktisi dalam mengidentifikasikan pemborosan pada individual value stream dan mendapatkan
jalan yang tepat untuk menghilangkannya. Berikut ini adalah tools yang digunakan pada value stream mapping, yang akan ditunjukkan pada tabel 2.7.
Tabel 2.7 Value Stream Analysis Tools
process activity
supply chain
production variety
quality filter
demand amplification
decision point phisical
wastestructure mapping response
matrix funnel mapping
mapping analysis
structure over production
L M
L M
M waiting
H H
L M
M transportation
H L
unappropriate H
M L
L processing
unnecessary M
H M H M
L inventory
unnecessary H
L H
motion defects
L overall structure
L L M L H M
H Sumber : Hines dan Rich , “Value stream managemen”2000
Notes : H : high correlation and usefulness
M : medium correlation and usefulness
L : low correlation and usefulness
Keterangan : H high correlation
: faktor pengali = 9 M medium correlation
: faktor pengali = 3 L low correlation
: faktor pengali = 1
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Selanjutnya akan dilakukan pemilihan pemetaan yang tepat dalam value stream
dengan menggunakan VALSAT Value Stream Analysis Tools. Cara perhitungannya adalah hasil dari rata-rata waste dikalikan dengan besar
pembobotan yang terdapat pada tabel VALSAT . Dari ketujuh tool tersebut akan digunakan untuk memahami kondisi yang terjadi di lantai produksi, penggunaan
tool tersebut dilakukan dengan melakukan pemilihan dengan menggunakan
matrik. Untuk langkah penting dalam pemilihan tool yang sesuai dengan kondisi yang bersangkutan antar lain melakukan pembobotan terhadap waste.
Pembobotan ini merupakan hal yang sangat penting sekali karena dengan prmbobotan waste yang sempurna maka tool yang akan datang juga tepat
sehingga mudah dalam melakukan usulan perbaikan. Untuk lebih jelasnya berikut detail dari ketujuh tools yang dikemukakan
oleh Hines dan Rich 1997 dalam VALSAT : a.
Process Activity Mapping PAM Tool ini digunakan untuk membuat detailed mapping dalam order
fulfillment process . Secara lebih luas kita menggunakannya untuk
mengidentifikasi lead time baik dari aliran fisik produk maupun aliran informasi, tidak hanya di area pabrik tetapi juga pada area lainnya dalam
supply chain , mengeliminasi pemborosan pada tempat kerja dan menyediakan
goods dengan kualitas tinggi serta pelayanan yang mudah, cepat dan tidak
mahal. Dasar pendekatan ini adalah mencoba untuk mengeliminasi aktivitas yang tidak perlu, menyederhanakan, mengkombinasi serta mencari perubahan
rangkaian yang akan mengurangi pemborosan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Lima tahap pendekatan Process Activity Mapping secara umum adalah : 1.
Memahami aliran proses kemudian mengidentifikasi pemborosan 2.
Mempertimbangkan apakah proses dapat di arrange ulang pada rangkaian yang lebih efisien.
3. Mempertimbangkan aliran yang lebih baik, melibatkan aliran layout dan
rute transportasi yang berbeda. 4.
Mempertimbangkan apakah segala sesuatu yang telah dilakukan pada tiap- tiap stage benar-benar perlu dan apa yang akan terjadi jika hal-hal yang
berlebihan tersebut dihilangkan. Dalam tool ini aktivitas dikategorikan dalam beberapa kategori, seperti :
operation operasi, transport transportasi, inspection pemeriksaan, storage penyimpanan dan delay menunggu. Untuk membuat Process Activity
Mapping , dilakukan dengan cara membuat analisa persiapan proses kemudian
dilakukan pencatatan secara detail dari permintaan barang pada tiap proses. Hasilnya adalah peta proses, dimana tiap-tiap langkah telah dikategorikan
dalam berbagai macam tipe aktivitas. b.
Supply Chain Response Matrix Tool
ini merupakan sebuah diagram sederhana yang berusaha menggambarkan the critical lead time constraint untuk setiap bagian proses
dalam supply chain, yaitu cumulative lead time di dalam distribusi sebuah perusahaan baik suppliernya dan downstream retailernya. Diagram ini
terdapat 2 axis dimana untuk vertical axis menggambarkan rata-rata jumlah inventory
hari dalam setiap bagian supply chain. Sedangkan untuk horizontal axis
menunjukan comulative lead timenya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
c. Production Variety Funnel
Pendekatan ini sama dengan metode analisa IVAT yang melihat operasi internal
perusahaan sebagai aktivitas yang disesuaikan ke I, V, A, atau T merupakan pemetaan visual yang mencoba memetakan jumlah variasi produk
tiap tahapan proses manufaktur. Tools ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi titik dimana sebuah produk generic diproses menjadi
beberapa produk yang spesifik. Tool ini dapat digunakan untuk membantu menentukan target perbaikan, pengurangan inventory dan membuat perubahan
untuk proses dari produk. d.
Quality Filter Mapping Pendekatan Quality Filter Mapping merupakan tool baru yang digunakan
untuk mengidentifikasi dimana keberadaan masalah kualitas pada rantai persediaan. Peta ini memperlihatkan tiga tipe cacat kualitas yang berbeda yang
terdapat pada value stream yaitu : 1.
Product defect : cacat pada fisik produk yang lolos dari proses inspeksi dan sampai ke tangan konsumen.
2. Scrap defect : cacat yang ditemukan pada proses inspeksi
3. Service defect : permasalahan dari konsumen yang tidak secara langsung
berhubungan dengan produk, tetapi dengan tingkat pelayanan dari perusahaan.
Ketiga tipe defect tersebut digambarkan secara letitudinal sepanjang supply chain.
Pendekatan ini dirancang untuk membangun tingkat kualitas baik internal maupun eksternal semaksimal mungkin seperti yang di inginkan oleh
konsumen customer needs.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
e. Demand Amplification Mapping
Merupakan diagram yang menggambarkan bagaimana demand berubah- ubah sepanjang jalur supply chain dalam interval waktu tertentu. Informasi
yang dihasilakn dari diagram ini merupakan dasar untuk mengatur fluktuasi dan menguranginya, membuat keputusan berkaitan dengan value stream
configuration. Dalam diagram ini vertical axis menggambarkan interval
waktu, grafik di dapatkan untuk setiap chain dari supply chain configuration yang ada.
f. Decision Point Analysis
Merupakan tool yang digunakan untuk menentukan titik dimana aktual demand
dilakukan dengan sistem pull sebagai dasar untuk membuat forecast pada sistem push pada supply chain atau dengan kata lain titik batas dimana
produk dibuat berdasarkan demand aktual selanjutnya produk harus dibuat dengan melakukan forecast. Dengan tool ini dapat diukur kemampuan dari
proses upstream dan downstream berdasarkan titik tersebut, sehingga dapat ditentukan filosofi pull tarik atau push tekan yang sesuai.
g. Phisical Structure
Tool ini digunakan untuk memahami kondisi dan fungsi bagian-bagian
dari supply chain untuk berbagai level industri. Dengan pemahaman tersebut dapat dimengerti kondisi industri tersebut, bagaimana beroperasi dan dapat
memberikan perhatian pada level area yang kurang diperhatikan. Untuk level yang lebih kecil tool ini dapat menggambarkan inbound supply chain di lantai
produksi.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.8 Pemborosan