penerapan matematika, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam membantu mempelajari ilmu pengetahuan lainnya.
Dari beberapa pendapat dan tujuan pembelajaran matematika tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa pembelajaran matematika menuntut guru
untuk dapat mengaktifkan siswanya selama pembelajaran berlangsung baik secara psikomotorik, kognitif, maupun afektif. Proses pembelajaran
yang diharapkan tidak lagi berpusat pada guru melainkan pada siswa, sehingga konsep atau prinsip itu terbangun dengan metode atau
pendekatan mengajar dan pengggunaan aplikasi agar dapat bermanfaat dalam meningkatkan kompetensi dan kemampuan siswa. Guru bukan
mentransfer pengetahuan pada siswa tetapi membantu agar siswa membentuk sendiri pengetahuannya.
B. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Model Markaban, 2008:9 menurut kamus W.J.S. Poerwadarminta adalah sesuatu yang patut ditiru, sedangkan arti lainnya adalah pola atau
contoh. Istilah model pembelajaran amat dekat dengan pengertian strategi pembelajaran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2001 ada beberapa
pengertian dari strategi yaitu: 1 ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu dalam perang dan
damai, 2 rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus, sedangkan metode adalah cara teratur yang digunakan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Sedangkan menurut Markaban 2008:10 model pembelajaran
adalah pola komprehensif yang patut dicontoh, menyangkut bentuk utuh pembelajaran,
meliputi perencanaan,
pelaksanaan, dan
evaluasi pembelajaran. Peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah
strategi pembelajaran yang berkaitan erat dengan cara-cara atau metode mengajar, didalamnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pembelajaran yang peneliti gunakan agar tercapai sesuai dengan tujuan penelitian.
Menurut Sund Roestiyah 2008:20, pembelajaran penemuan terbimbing Discovery learning adalah proses mental dimana siswa mampu
menyimpulkan sesuatu konsep atau prinsip dengan arahan dan bimbingan dari guru. Yang dimaksud dengan proses mental antara lain ialah :
mengamati, menggolong-golongkan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Suatu konsep misalnya segitiga, persegi, kubus,
balok dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan prinsip antara lain ialah: apabila ditentukan garis-garis sumbu pada segitiga, maka perpotongan
ketiga garis tersebut merupakan titik pusat lingkaran luar segitiga. Dalam teknik ini siswa dibiarkan untuk menemukan sendiri atau mengalami proses
mental itu sendiri, dan guru sebagai fasilitator dan membimbing. Suherman 2001 dalam bukunya mengatakan, model pembelajaran
penemuan terbimbing
Discovery Learning
merupakan kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh siswa itu sendiri dengan arahanpanduan
dari guru sehingga peserta didik dapat menemukan sesuatu hal yang baru bagi dirinya sendiri meskipun hal tersebut bukan merupakan temuan yang
benar-benar baru dalam masyarakat. Hal-hal yang baru tersebut dapat berupa konsep, teorema, rumus, pola, aturan, dan sejenisnya. Siswa harus
melakukan dugaan-dugaan, perkiraan, coba-coba, dan usaha lainnya dengan pengetahuan siapnya melalui cara induksi, deduksi, observasi, dan
ekstrapolasi untuk menemukan hal-hal yang belum mereka ketahui. Metode penemuan yang dipandu oleh guru ini pertama dikenalkan oleh Plato dalam
suatu dialog antara Socrates dan seorang anak, maka sering disebut juga dengan metode Socratic Cooney, Davis, 1975: 136. Metode ini melibatkan
suatu dialoginteraksi antara siswa dan guru dimana siswa mencari kesimpulan yang diinginkan melalui suatu urutan pertanyaan yang diatur
oleh guru. Jadi model penemuan terbimbing yang peneliti maksud adalah suatu
aktivitas dalam pembelajaran yang dialami siswa bersama guru sebagai proses belajar. Proses belajar yang peneliti maksud adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan siswa dengan arahan guru, sehingga siswa mampu menemukan, memahami, dan mengalami sendiri pemahaman serta konsep-
konsep yang belum diketahui oleh siswa. Berdasarkan petunjuk dari orang lain atau guru mengenai lingkaran luar dan dalam segitiga, siswa dapat
menemukan membangun pengetahuannya sendiri. Metode penemuan terbimbing yang peneliti terapkan menggunakan lembar kerja siswa sebagai
penuntun siswa melukiskan lingkaran dalam dan luar segitiga serta
melakukan perhitungan untuk menentukan jari-jari. Peneliti menggunakan pertanyaan serta langkah-langkah dalam lembar kerja siswa dan demonstrasi
menggunakan aplikasi Geogebra untuk memberikan rangsangan kepada siswa dalam melukiskan lingkaran serta penarikan kesimpulan. Penarikan
kesimpulan dalam penelitian ini bertujuan untuk menanamkan konsep melukiskan lingkaran luar dan dalam segitiga secara mendalam kepada
siswa dengan menuntun siswa untuk menyimpulkannya sendiri.
C. Media Pembelajaran Program Geogebra