Wawancara dengan Orang Tua

51 Metode penghargaan dengan stiker token ini mampu menarik perhatian anak-anak. Mereka berlomba-lomba mendapatkan stiker. Mekanisme pemberian stiker diatur oleh pihak sekolah dan hanya diberikan dua kali seminggu yaitu pada hari Senin dan Rabu. Metode penghargaan ini diterapkan bagi semua anak di TK Pius sehingga MJ dan KA juga mendapatkannya. Seperti anak- anak lainnya MJ dan KA antusias untuk mendapatkan stiker bahkan mereka paling sering mendapatkan stiker karena disiplin. Bentuk kegiatan yang diupayakan sekolah untuk membantu anak hiperaktif ini selalu dikomunikasikan pada orang tua sehingga mereka dapat mengetahui perkembangan yang dialami oleh MJ dan KA.

1.2. Wawancara dengan Orang Tua

a. Aspek Emosional Perasaan dominan yang dialami baik orang tua MJ ataupun KA adalah bingung, sedih dan khawatir ketika ditanya tentang anak-anak mereka. Pada umumnya mereka merasa khawatir akan masa depan anak-anak mereka dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Perasaan lain yang juga dirasakan adalah merasa sangat direpotkan dengan perilaku anak-anak mereka. Seringkali orang tua merasa tidak sabar, kesal, serta merasa malu 52 pada para tetanggakeluarga besar lain akibat perilaku anak-anak mereka. Selain perasaan-perasaan di atas, orang tua MJ memandang anak mereka sebagai anugerah sekalipun dilahirkan dengan kecenderungan hiperaktif. Mereka menyadari dan menerima hal itu karena ibu MJ menikah dan melahirkan MJ pada usia di atas 40 tahun. Kedua orang tua MJ sungguh-sungguh memperhatikan kebutuhan anak mereka. Segala upaya dilakukan agar dia MJ bisa bersekolah. Menurut orang tuanya, MJ adalah anak yang cerdas, tenang, mudah diatur akan tetapi jika ada yang tidak sesuai dengan keiginannya biasanya dia akan membuang barang-barang yang ada didekatnya. Orang tua KA mengungkapkan bahwa anak mereka bukanlah anak hiperaktif. Hal ini mereka katakan karena merasa malu dan ingin melindungi anak mereka supaya tidak diejek. Oleh karenanya mereka menjadi sangat sensitif jika mendengar suara-suara yang menyebut nama anaknya. Orang tua KA juga mengungkapkan bahwa anak mereka memang pendiam. Karena orang tua KA sering memarahi anak mereka dan menuntutnya menjadi sama dengan teman-temannya yang lain, maka KA menjadi minder dan takut berhadapan dengan orang lain. Upaya lain yang dilakukan oleh orang tua MJ adalah memberikan perhatian ekstra dengan memanggil guru piano 53 supaya dapat memberikan les piano bagi MJ. Dengan demikian MJ bisa menyalurkan bakat yang dimilikinya dan yang pasti MJ juga belajar untuk dapat duduk dengan tenang. Sedangkan upaya yang dilakukan oleh orang tua KA yaitu mendampinginya secara intensif ketika belajar di rumah. Hal ini diupayakan oleh orang tua MJ dan KA karena mereka memiliki keinginan untuk bisa lebih menghargai anak-anak dalam berproses, mengurangi marah, dan memberikan pujian. Mereka mengungkapkan bahwa sejauh ini kerjasama yang terjalin dengan pihak sekolah semakin mengalami peningkatan. Adanya komunikasi, pertukaran-pertukaran informasi, homevisit- pun dilakukan. Pertukaran informasi antara pihak sekolah dengan orang tua ini selain dengan mengadakan pertemuan, biasanya juga dilakukan dengan menggunakan sarana sms short message servise. b. Aspek Intelektual Menurut orang tuanya, MJ adalah anak yang pintar. Orang tuanya mengenali bakat yang dimiliki anaknya dalam bidang musik. Bakat ini dikenali oleh orang tuanya saat MJ suka menekan bel pintu. Setiap kali pulang ke rumah atau berkunjung ke rumah orang lain MJ selalu mencari bel dan menekannya berkali-kali. Dari pengalaman itu orang tua MJ mencoba membelikannya piano dan ternyata dia menyukainya. Kemudian 54 orang tuanya mencarikan guru les piano untuk mengajari MJ bermain piano. Orang tua KA masih enggan mengatakan bahwa anaknya hiperaktif. Menurut mereka KA memang mengalami kesulitan dalam belajar karena daya tangkapnya yang rendah. Mereka setia menemani belajar karena dengan cara itulah KA dapat mengerjakan tugas dan tampak lebih percaya diri.

c. Aspek Sosial