Kerangka Teoretik KAJIAN PUSTAKA

7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoretik

1. Loyalitas Karyawan Drs. Alex S. Nitisemito 1982:177 mengungkapkan bahwa kesetiaanloyalitas para karyawan terhadap perusahaan akan dapat menimbulkan rasa tanggung jawab. Tanggung jawab dapat menciptakan kegairahan dan semangat kerja. Untuk dapat menimbulkan loyalitas para karyawan terhadap perusahaan, maka pihak pimpinan harus mengusahakan agar para karyawan merasa senasib dengan perusahaan. Dengan perasaan senasib seperti ini kemajuan dan kemunduran perusahaan akan dirasakan juga oleh karyawan. Dalam kenyataan pihak perusahaan biasanya mengusahakan agar karyawan dapat merasakan kemajuan perusahaan dengan cara membagikan laba perusahaan membagikan bonus. Cara lain untuk menimbulkan perasaan loyal para karyawan terhadap perusahaan ialah dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk ikut membeli saham perusahaan, tapi hal ini hanya dapat dilakukan jika perusahaan berbentuk perseroan terbatas. Sebenarnya loyalitas dapat juga dapat ditimbulkan dengan cara pemberian gaji yang cukup, perhatian terhadap kebutuhan rohani, dan hal-hal positif yang lain. Dalam praktek memang sulit menimbulkan loyalitas semua karyawan terhadap perusahaan, apalagi jika jumlah karyawan terlalu banyak. Jika 7 8 karyawan terlalu banyak maka titik beratnya ialah kepada para karyawan yang memegang posisi penting. Dalam Usahawan yang terbit bulan Februari 2004, Nang Among Budiadi mengemukakan apabila organisasi mempekerjakan seseorang hanya berdasarkan kinerjanya yang tinggi tanpa mempedulikan minatnya, maka dalam jangka pendek komitmen dan loyalitasnya akan pudar. Selama ini banyak penelitian yang telah dilakukan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja. Dari penelitian-penelitian tersebut diberikan contoh orang-orang yang terbaik di perusahaan yang berbakat dan berprestasi dalam pekerjaannya merasakan ketidakpuasan dalam pekerjaan dan karir mereka karena mereka tidak berada pada pekerjaan yang sesuai dengan minat hidup yang tertanam dalam lubuk hatinya deeply embedded life interests. Minat ini tidak pula menentukan dimana prestasi terbaiknya, tetapi sangat menentukan jenis pekerjaan yang membuatnya senang dan puas dalam jangka yang relatif lama. Kepuasan kerja ini akan berdampak pada komitmen dan loyalitas terhadap organisasi dimana ia bekerja. Sedangkan komitmen dan loyalitas merupakan sasaran organisasi dalam usaha mempertahankan karyawannya, khususnya karyawan yang berbakat. Mendapatkan orang-orang yang cocok melalui proses rekruitmen dan seleksi tidak akan menjamin bahwa orang-orang tersebut akan memberikan komitmen serta loyalitas terhadap organisasi dalam jangka panjang. Karyawan yang menyukai pekerjaannya dan merasa “happy” dalam bekerja akan menimbulkan kepuasan kerja serta 9 akan memberikan komitmen dan loyalitas kepada organisasi dalam jangka waktu yang relatif lama. Dalam Sriwijaya Post yang terbit hari Jumat 28 Februari 2003 ditulis bahwa pertumbuhan perusahaan yang tinggi akan menarik minat pada karyawan karena karyawan merasa bahwa perusahaan dapat dijadikan pegangan untuk tumbuh berkembang bersama dalam hidup mereka. Seiring dengan pertumbuhan yang tinggi, perusahaan sanggup memberikan renumerasi tinggi pula untuk para karyawannya. Kondisi ini akan menciptakan kesetiaan karyawan pada perusahaan. Jika kondisi tersebut telah tercapai, karyawan akan terpacu untuk selalu mengadakan perbaikan berkesinambungan continous improvement untuk menciptakan nilai yang lebih tinggi lagi bagi pelanggan. Kesetiaan bukanlah sesuatu yang harus dituntut dari karyawan melainkan yang diciptakan oleh perusahaan. Pembinaan loyalitas perlu dilakukan agar Sumber Daya Manusia dalam perusahaan tersebut : Gouzali Saydam,2005:416-417 a. Mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap perusahaan SDM yang mempunyai loyalitas tinggi akan mempunyai kepedulian yang tinggi pula. Seorang karyawan yang memiliki tingkat kepedulian tinggi akan terlihat pada perilaku : 1 Tidak senang melihat perbuatan yang cenderung merugikan perusahaan 2 Bersedia turun tangan untuk mencegah hal-hal yang merugikan perusahaan 3 Bersedia mengorbankan kepentingan pribadinya, waktunya, tenaganya untuk kemajuan perusahaan 4 Tidak mau berbuat hal-hal yang mengarah pada hal yang merusak perusahaan 5 Suka bekerja keras, kreatif dan selalu ingin berbuat yang terbaik bagi perusahaan 6 Merasa bangga atas prestasi yang dicapai perusahaan b. Merasa memiliki terhadap perusahaan 10 Seorang karyawan dikatakan mempunyai rasa memiliki terhadap perusahaan, kalau ia merasakan bahwa kerugian perusahaan dirasakannya sebagai kerugiannya sendiri. Bila perusahaan maju, maka hal itu diyakininya akan turut memajukan kepentingan dirinya sendiri. Sekiranya produksi yang dicapai perusahaan turun atau merosot, disadarinya akan dapat pula menurunkan tingkat kompensasi yang diterimanya. c. Dapat mencegah terjadinya turn over berbondong-bondongnya karyawan keluar dari perusahaan SDM yang loyal pada perusahaan akan tetap bertahan dalam perusahaan, walaupun perusahaan ini maju atau mundur. Walaupun penghasilan tidak begitu memadai karena kemampuan perusahaan terbatas, maka ia tetap tidak ingin meninggalkan perusahaan, karena ia merasa terikat secara moral akan bekerja sebaik-baiknya. Namun, para karyawan yang tidak loyal, biasanya selalu gelisah, tidak tenang dan berusaha untuk mencari lahanperusahaan lain yang dianggapnya dapat memberikan kompensasi yang lebih besar. d. Menjamin kesinambungan kinerja perusahaan Tingginya loyalitas para SDM dalam suatu perusahaan, akan menahan mereka untuk tidak melakukan turn-over dari perusahaan. Loyalitas yang tinggi juga akan memberi motivasi kerja yang tinggi kepada para SDM. Dengan demikian, mereka dengan kesadaran sendiri selalu ingin meningkatkan prestasinya. Bila semua karyawan mempunyai loyalitas tinggi, maka kesinambungan kinerja perusahaan dapat lebih terjamin dari waktu ke waktu. e. Menjamin tetap terpeliharanya motivasi kerja SDM yang mempunyai loyalitas tinggi pada perusahaan, biasanya akan mempunyai motivasi yang juga tinggi. Dengan kecintaan dan kesetiaan SDM yang besar pada perusahaan, ia juga tidak memerlukan motivasi yang begitu besar lagi untuk melakukan pekerjaan, karena loyalitas sudah merupakan sikap mental positif bagi perusahaan. f. Dapat meningkatkan profesionalisme dan produktivitas kerja Pembinaan loyalitas bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme dan produktivitas. Dengan adanya loyalitas karyawan dalam perusahaan, berarti seluruh SDM merasa semua hak dan kebutuhannya sudah terjamin dalam perusahaan. Jika segala kebutuhan sudah terjamin, maka para karyawan tidak akan mempunyai pikiran ganda lagi dalam malakukan tugas yang dibebankan kepadanya. Dalam kondisi seperti ini kita akan menemukan karyawan yang bersemangat, berdisiplin tinggi, dan sekaligus mereka berkesempatan untuk meningkatkan profesionalisme dan produktivitas kerja. Suasana kerja betul-betul sudah memenuhi persyaratan untuk mendukung peningkatan profesionalisme dan produktivitas kerja bagi setiap karyawan. 11 Dari beberapa pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa loyalitas karyawan dibentuk dan dibina oleh perusahaan melalui pemenuhan kebutuhan karyawannya. 2. Konsep Kompensasi a. Pengertian kompensasi Menurut Hasibuan 2001:118, kompensasi merupakan semua pendapatan dalam bentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan. Bagi karyawan, kompensasi merupakan sesuatu yang diterima sebagai hak atas pelaksanaan pekerjaan. Bagi perusahaan kompensasi merupakan kewajiban yang harus dijalankan dengan kebijakan yang tepat sebagai bentuk penghargaan perusahaan terhadap karyawan. Sedangkan Handoko 1991:155 berpendapat kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima oleh karyawan sebagai balas jasa atas hasil kerja mereka. Kompensasi merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh departemen sumber daya manusia untuk meningkatkan prestasi kerja, motivasi kerja, dan kepuasan kerja karyawan. Hariandja berpendapat bahwa kompensasi adalah keseluruhan balas jasa yang diterima oleh karyawan sebagai akibat dari pelaksanaan pekerjaan di organisasi dalam bentuk uang atau lainnya. Kompensasi ini dapat berwujud gaji,upah, bonus, insentif, tinjangan kesehatan, tunjangan hari raya, dan uang makan 2002:244. 12 Drs. Alex S. Nitisemito 1982:149 menuliskan bahwa kompensasi adalah balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawannya yang dapat dinilai dengan uang dan mempunyai kecenderungan diberikan secara tetap. Kompensasi merupakan masalah yang sangat penting, karena justru adanya kompensasi itulah seseorang mau menjadi karyawan dari suatu perusahaan. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kompensasi merupakan seluruh pendapatan yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang telah diberikan terhadap perusahaan. b. Bentuk-bentuk Kompensasi Penghasilan atau imbalan yang diterima karyawan atau pekerja sehubungan dengan pekerjaannya dapat digolongkan dalam empat bentuk yaitu J. Sudarsono,1994:140 : 1 Upah atau gaji dalam bentuk uang Upah atau gaji terdiri dari gaji pokok ditambah tunjangan keluarga dan tunjangan jabatan. 2 Tunjangan dalam bentuk natura Tunjangan dalam bentuk natura seperti beras, gula, pakaian diberikan untuk memenuhi kebutuhan pokok karyawan dan menjaga gaji riil pada masa inflasi. 3 Fringe benefits Fringe benefits adalah berbagai jenis keuntungan di luar gaji yang diperoleh karyawan sehubungan dengan jabatannya. Bentuk- bentuk fringe benefits yaitu dana pensiun, asuransi, upah dibayar pada hari libur, cuti sakit, sarana olah raga dan rekreasi. c. Efektivitas kompensasi Program kompensasi yang efektif dalam sebuah organisasi memiliki empat tujuan : Robert L Mathis,2006:419 13 1 Kepatuhan pada hukum dan peraturan yang berlaku 2 Efektivitas biaya bagi organisasi 3 Keadilan internal, eksternal, dan individual bagi para karyawan 4 Peningkatan kinerja bagi organisasi Disarankan bahwa di dalam kebijakan kompensasi ada 7 kriteria agar suatu kompensasi efektif, yaitu : 1 Memadai, maksudnya memenuhi segala persyaratan dari pemerintah, serikat kerja dan managerial. 2 Adil, setiap orang dibayar dengan adil sepadan dengan usaha, kemampuan, latihan dan sebagainya. 3 Seimbang. Pembayaran upah dan gaji, jaminan kesejahteraan dan penghargaan lain cukup memadai. 4 Efektif dari segi biaya. Upah dan gaji tidak terlalu berlebihan dengan memperhatikan kemampuan organisasi untuk membayarnya. 5 Aman. Sampai sejauh mana kebutuhan akan rasa aman relatif terbayar dan kebutuhan memenuhi kepuasan terpenuhi. 6 Memberikan insentif. Pembayaran upah dan gaji memotivasi untuk bekerja efektif dan produktif. 7 Dapat diterima oleh pegawai. Pegawai memahami sistem pembayaran dan merasa cukup beralasan bagi organisasi untuk memakai sistem tersebut. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh perusahaan supaya bisa menetapkan kompensasi yang efektif dan efisien. Drs. Alex S. Nitisemito menggambarkan pertimbangan dalam kompensasi sebagai berikut :1982:157 14 3. Konsep Lingkungan Kerja Menurut Nitisemito 1996:184, lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam melakukan tugas-tugas yang dibebankan. Adapun faktor lingkungan fisik yang harus diperhatikan oleh organisasi dalam upaya meningkatkan semangat gairah kerja antara lain : pewarnaan, kebersihan, pertukaran udara, penerangan, musik, keamanan, dan kebisingan. Lingkungan kerja dibedakan dalam dua keadaan yaitu lingkungan fisik dan psikologis Hariardja, 2002:292. Lingkungan fisik meliputi rasa aman, suhu atau temperatur, pencahayaan, kebisingan, peralatan dan fasilitas kerja. Lingkungan fisik juga meliputi mesin, gedung, ruangan dan PERATURANETIKA MAMPU MENGIKAT SYARAT KEBUTUHAN MINIMAL MENJAMIN SEMANGAT KEGAIRAHAN KERJA ADIL DINAMIS KOMPOSISI SESUAI DENGAN KEMAMPUAN KEUANGAN KOMPENSASI EFEKTIF SASARAN EFISIEN 15 peralatan. Lingkungan psikologis dapat diartikan sebagai kondisi sosial antar sesama karyawan dan antara karyawan dengan atasan atau pimpinan. Kondisi sosial ini meliputi keramahan, persahabatan, dan hubungan kekeluargaan dengan sesama karyawan dan juga atasan. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja merupakan keadaan fisik dan psikologis yang ada di tempat kerja. Lingkungan kerja akan mempengaruhi kenyamanan karyawan dalam bekerja sehingga timbul loyalitas karyawan bagi perusahaan. 4. Konsep Gaya Kepemimpinan a. Pengertian gaya kepemimpinan Menurut Thoha Mitfah, gaya kepemimpinan adalah norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat Thoha Mitfah, 1988:52. Menurut Flippo, gaya kepemimpinan dirumuskan sebagai pola perilaku yang dirancang untuk memadukan kepentingan organisasi dan personalia guna mengejar beberapa sasaran Flippo, 1987:122. b. Macam-macam gaya kepemimpinan Menurut studi kepemimpinan Universitas Iowa, Ronald Lippit dan Ralph K. White Sutarto, 1989:72 disebutkan ada tiga gaya kepemimpinan yaitu : 16 1 Gaya kepemimpinan otoriter, otokratis, atau diktator Kepemimpinan gaya otoriter antara lain berciri : a Wewenang mutlak terpusat pada pimpinan b Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan c Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan d Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan e Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan, atau kegiatan para bawahannya dilakukan secara ketat f Prakarsa harus selalu datang dari pimpinan g Tiada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan, atau pendapat h Tugas-tugas bagi bawahan diberikan secara instruktif i Lebih banyak kritik daripada pujian j Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat k Pimpinan menuntut kesetian mutlak tanpa syarat l Cenderung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman m Kasar dalam bertindak n Kaku dalam bersikap o Tanggung jawab keberhasilan hanya dipikul oleh pimpinan Penerapan gaya ini dapat mendatangkan keuntungan antara lain berupa kecepatan serta ketegasan dalam pembuatan keputusan dan bertindak sehingga untuk sementara mungkin produktivitasnya naik. Tetapi disamping itu, penerapan gaya ini juga menimbulkan kerugian yaitu suasana kaku, tegang, mencekam, menakutkam sehinga dapat berakibat lebih lanjut timbulnya ketidakpuasan. Gaya kepemimpinan ini hanya tepat diterapkan dalam organisasi yang sedang menghadapi keadaan darurat karena sendi-sendi kelangsungan hidup organisasi terancam. Apabila keadaan darurat telah selesai, gaya ini sebaiknya segera ditinggalkan karena tidak akan mengembangkan karyawannya. 2 Gaya kepemimpinan demokratis Kepemimpinan gaya demokratis Sutarto,1989:75 adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama-sama antara pimpinan dan bawahan. Kepemimpinan gaya demokratis berciri : a Wewenang pimpinan tidak mutlak b Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan c Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan d Kebijaksanaan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan e Komunikasi berlangsung timbal balik, baik yang terjadi antara pimpinan dan bawahan maupun sesama bawahan 17 f Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan secara wajar g Prakarsa dapat datang dari pimpinan maupun bawahan h Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran, pertimbangan, atau pendapat i Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan daripada instruktif j Pujian dan kritik seimbang k Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas kemampuan masing-masing l Pimpinan meminta kesetiaan para bawahan secara wajar m Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak n Terdapat suasana saling percaya, saling hormat menghormati dan saling harga menghargai o Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul bersama pimpinan dan bawahan Penerapan kepemimpinan gaya demokratis dapat mendatangkan keuntungan antara lain berupa keputusan serta tindakan yang lebih obyektif, timbul rasa ikut memiliki, serta terbinanya moral yang tinggi. Sedangkan kelemahan gaya ini antara lain keputusan serta tindakan kadang-kadang lamban, rasa tanggung jawab kurang, keputusan yang dibuat bukan keputusan yang terbaik. 3 Gaya kepemimpinan laissez faire kebebasan Kepemimpinan gaya kebebasan Sutarto,1987:77 adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan. Kepemimpinan gaya laissez faire berciri : a Pimpinan melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan b Keputusan lebih banyak dibuat bawahan c Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan d Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahannya e Hampir tiada pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan, atau kegiatan yang dilakukan para bawahannya f Prakarsa selalu datang dari bawahan g Hampir tiada pengarahan dari pimpinan h Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok i Kepentingan pribadi lebih utama daripada kepentingan kelompok j Tanggungjawab keberhasilan organisasi dipikul oleh orang per orang. 18 Kelebihan dari gaya laissez faire ini adalah karyawan akan dapat mengembangkan kemampuan dirinya dan kekurangannya berupa kekacauan karena tiap pejabat bekerja menurut selera masing- masing. Dalam bukunya, Abi Sujak 1990:34-37 membuat diagnosis untuk mengidentifikasi keefektifan gaya kepemimpinan. Dia membagi gaya kepemimpinan menjadi 2 macam, yaitu gaya struktur inisiasi dan gaya pertimbangan. Manajer yang efektif adalah manajer yang memiliki gaya struktur inisiasi yang tinggi dan gaya pertimbangan yang moderat. Gaya struktur inisiasi yaitu gaya kepemimpinan yang ditandai oleh banyaknya prakarsa dari pemimpin Gaya ini ditandai dengan diri pemimpin yang aktif membuat berbagai rencana, pengorganisasian, kontrol dan pengoordinasian terhadap aktivitas yang dilakukan bawahan. Sedangkan gaya pertimbangan adalah gaya kepemimpinan yang cenderung senag membuat berbagai pertimbangan-pertimbangan dalam berbagai tindakan. Pemimpin seperti ini memprioritaskan perhatiannya pada kesejahteraan bawahan, memandang pentingnya status dan keselarasan, serta berasumsi bawahan akan bekerja dengan baik jika pemimpin mampu membuat pekerjaan yang lebih mudah untuk dikerjakan bawahan. c. Profil perilaku pemimpin Sujak 1990:7-9 mengungkapkan bahwa Gary Yulk telah mengembangkan profil perilaku pemimpin dan kategori perilakunya. Kategori tersebut meliputi : 19 1 Perhatian terhadap prestasi Dengan memperhatikan pentingnya prestasi bawahan, pemimpin mencoba meningkatkan produktivitas dan efisiensi, menunjukkan kepada bawahan untuk bekerja sesuai dengan kapasitas yang ada, dan mengecek hasilnya. 2 Tenggang rasa Membina sikap yang ramah, serta mengembangkan sikap obyektif dan terbuka kepada bawahan. 3 Inspirasi Pemimpin merangsang rasa antusias bewahannya dalam mengerjakan tugas kelompok, mendorong rasa percaya anggota kelompok terhadap kemampuannya untuk melaksanakan tugas- tugas dengan sukses dan dapat mencapai tujuan. 4 Penghargaan berupa pengakuan Menekankan perhatian pada penghargaan dan pengakuan terhadap prestasi bawahan secara efektif, menunjukkan penghargaan terhadap hasil-hasil khusus dan kontribusi yang telah diberikan kepada organisasi. 5 Merancang kemungkinan-kemungkinan penghargaan Menghargai prestasi bawahan secara efektif berupa pemberian keuntungan nyata seperti kenaikan upah, promosi, tugas-tugas yang lebih banyak serta pengaturan kerja yang lebih baik. 6 Partisipasi keputusan Pemimpin mengkonsultasikan dengan bawahan dan memberi kesempatan kepada bawahan untuk mempengaruhi keputusan pimpinan. 7 Pendelegasian otonomi Pemimpin mendelegasikan otoritas dan tanggung jawab terhadap bawahan serta mengizinkan untuk menetapkan bagaimana mengerjakan pekerjaannya. 8 Penjelasan peranan Pemimpin menginformasikan kepada bawahan tentang tugas-tugas dan tanggung jawabnya. 9 Penetapan tujuan Pemimpin menekankan pentingnya penetapan tujuan dari setiap perbuatan tertentu bagi pekerjaan bawahannya. 10 Pelatihan Pemimpin menetapkan kebutuhan pelatihan bawahan dan memberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan sesuai keperluan. 11 Penyebaran informasi Pemimpin memberikan informasi kepada bawahan tentang pengembangan yang mempengaruhi pekerjaannya. 12 Pemecahan masalah Tingkat perhatian pemimpin terhadap inisiatif, usulan pemecahan problem yang berkaitan dengan pekerjaan, dan tindakannya yang 20 pasti dalam memecahkan suatu problem ketika dituntut pemecahan yang cepat. 13 Perencanaan Perhatian pemimpin untuk membuat suatu rencana yang dapat mengorganisir dan mengatur pekerjaan secara efisien. 14 Pengkoordinasian Perhatian pemimpin dalam mengkoordinasikan pekerjaan bawahannya. 15 Pengelolaan konflik Perhatian pemimpin untuk mencegah timbulnya bawahan yang saling berselisih secara emosional dan mendorong pemecahan konflik yang penuh makna, serta membantu penyelesaian konflik bawahan. 16 Kedisiplinan Perhatian pemimpin terhadap pentingnya tindakan disiplin kepada pegawai dalam bentuk peringatan, hukuman, atau bahkan pemecatan.

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kompensasi Kepemimpinan dan Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan

0 11 158

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA KOMPENSASI GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN Pengaruh Lingkungan Kerja Kompensasi Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan.

0 3 12

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA KOMPENSASI GAYA Pengaruh Lingkungan Kerja Kompensasi Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan.

0 2 14

DAFTAR PUSTAKA Pengaruh Lingkungan Kerja Kompensasi Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan.

0 3 4

PENGARUH KOMPENSASI, KEPEMIMPINAN, DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN Pengaruh Kompensasi, Kepemimpinan, dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada KPP Pratama Sukoharjo.

0 3 15

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, KOMPENSASI, DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Kompensasi, Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan (Studi Kasus Pada PT Personel Alih Daya Kota Jambi).

0 1 16

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, KOMPENSASI, DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Kompensasi, Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan (Studi Kasus Pada PT Personel Alih Daya Kota Jambi).

0 2 16

TAP.COM - PENGARUH KOMPENSASI TERHADAP LOYALITAS KARYAWAN ... 127 248 1 SM

0 2 10

PAPER RITA IVANA ARIYANI

0 0 7

PENGARUH KOMPENSASI, LINGKUNGAN KERJA, DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP LOYALITAS KARYAWAN

1 26 177