BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan bentuk pengalaman yang belum disadari benar, sehingga individu yang bersangkutan belum mampu membedakan diri sendiri
dengan objek yang dihayati Mahfudh 1991:73. Sementara menurut Winkel 1998:10 persepsi adalah pengamatan secara global, belum disertai kesadaran,
sedang obyek belum berbeda satu dengan yang lain atau kemampuan untuk membedakan antara obyek yang satu dengan yang lain, bedasarkan ciri-ciri fisik
obyek-obyek itu misal ukuran, warna, bentuk. Pendapat lain diungkapkan oleh Walgito 1994:53 persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh
penginderaan, yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya.
Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan- hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan
Rahmat 1985:64. Sementara Davidoff 1988:232 mengartikan persepsi adalah sebagai proses yang mengorganisir dan menggabungkan alat-alat indera kita
penginderaan untuk ditimbangkan sedemikian rupa sehingga kita menyadari, mengerti tentang apa yang diindera itu. Persepsi itu adalah pengamatan secara
global, belum disertai kesadaran, sedang subyek dan obyeknya belum terbedakan satu dari lainnya baru ada proses”memiliki” tanggapan. Persepsi diterimanya
rangsang objek, kualitas, hubungan antara gejala, maupun peristiwa sampai rangsang itu disadari dan dimengerti Irwanto 1988:55. Sedangkan menurut
Sarwono 1992:44 persepsi berasal dari pengalaman itu sendiri yang diawali oleh penginderaan yaitu ditangkapnya rangsang-rangsang dari lingkungan oleh alat-
alat indera manusia. Selanjutnya, hasil penginderaan yang berupa impuls-impuls disalurkan melalui syaraf-syaraf penginderaan ke sistem syaraf pusat di otak.
Menurut Walgito 1994:54 bahwa terjadinya proses persepsi adalah jika seseorang melihat objek akan menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat
indera atau reseptor. Proses ini dinamakan proses kealaman fisik stimulus yang diterima oleh alat indera dilanjutkan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini
dinamakan proses fisiologis. Kemudian terjadilah suatu proses di otak, sehingga individu dapat menyadari apa yang ia terima dengan reseptor itu, sebagai suatu
akibat dari stimulus yang diterimanya. Proses yang terjadi dalam otak atau pusat kesadaran itulah yang dinamakan proses psikologis. Dengan demikian, taraf
terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang apa yang diterima melalui alat indera atau reseptor.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa persepsi merupakan proses pengamatan seseorang terhadap segala sesuatu
yang diterimanya dengan menggunakan alat indera yang dimilikinya kemudian memberikan gambaran mengenai obyek yang diamati dengan cara pandang
bersifat subyektif tergantung pada pengetahuan yang ada pada diri masing-masing sehingga hasil yang ditafsirkan seseorang berbeda satu dengan yang lain.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persepsi
menurut Irwanto 1988:76 adalah :
1. Perhatian yang selektif Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali
rangsang dari lingkungannya. Dengan keadaaan tersebut manusia tidak harus menanggapi semua rangsang yang diterimanya. Untuk itu,
individunya memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu saja. Ada banyak hal dalam diri praktikan yang dapat diterima oleh guru
pamong, tetapi tidak semuanya diterima oleh guru pamong dan dari perhatian inilah kemudian guru pamong membuat penilaian terhadap
praktikan. 2. Ciri-ciri rangsang
Rangsang yang bergerak di antara rangsang yang diam akan lebih menarik perhatian. Demikian juga rangsang yang paling besar di antara yang kecil
yang kontras dengan latar belakangnya dan yang intensitas rangsangnya paling kuat. Seperti halnya dalam kedisiplinan praktikan harus datang
tepat waktu sepuluh menit sebelum kegiatan belajar-mengajar. Semua praktikan yang mengikuti PPL II di sekolah menaati peraturan, kecuali ada
salah satu praktikan yang hadir tidak tepat waktu dengan berbagai alasan. Misalnya letak rumahnya yang jauh, kesibukannya di kampus, macet di
jalan dan lain-lain. Praktikan tampak tidak disiplin terhadap waktu dan akan mempengaruhi persepsi guru pamong baik ataupun buruk pada
kompetensi sosial PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Nilai-nilai dan kebutuhan Individu Seorang seniman tentu punya pola dan cita rasa yang berbeda dalam
pengamatannya dibandingkan seorang yang bukan seniman. Sama halnya penilaian pada guru pamong dengan guru lainya berbeda-beda pada
kemampuan praktikan dalam menjalankan tugasnya sekolah. 4. Pengalaman Terdahulu
Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsi dunianya. Pengalaman yang diterima guru
pamong selama berinteraksi dengan praktikan akan mempengaruhi persepsi guru pamong terhadap praktikan. Berdasarkan pengalaman, guru
pamong mengharapkan kemampuan mengajar praktikan lebih baik daripada tahun lalu, atau bahkan mempertahankan jika praktikan tahun
lalu mendapat kesan baik dan penilaian kemampuan mengajar yang baik pula. Harapannya adalah praktikan sebagai pendidik atau mengajar dapat
memiliki profesionalisme keguruan. 5. Belajar atau Pengetahuan
Persepsi terhadap rangsang berbeda antara satu individu dengan individu lain. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor belajar atau pengetahuan
individu terhadap suatu rangsang tersebut. Pemahaman guru pamong diukur dari tingkat pendidikan terakhirnya maka pandangan pada
praktikan berbeda-beda menurut pengetahuan yang mereka peroleh. Misal praktikan dalam pengelolaan belajar mengajar menggunakan metode
diskusi kelompok. Pada saat itu juga kondisi kelas ramai sehingga menganggu kelas lain, karena tidak tahu atau tidak mengetahui dengan
tepat maksud praktikan bahwa ia sedang melakukan diskusi, maka guru akan menilai kurang baik bahkan buruk terhadap praktikan dalam
mengelola interaksi belajar mengajar.
B. Guru Pamong