Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Jurnal mengenai implementasi akuntansi dalam organisasi nirlaba sebelumnya pernah dilakukan oleh Nurdiono dengan judul “Penerapan PSAK 45 pada Organisasi Pengelola Zakat”.

1. Latar belakang yang diambil adalah :

Begitu banyaknya potensi dan dana masyarakat yang terlibat dalam organisasi nirlaba, khususnya pada lembaga pengelola zakat menyebabkan organisasi – organisasi tersebut membutuhkan banyak organisasi mengenai bagaimana tata cara pengelolannya, baik dari akuntansi maupun manajemen keuangan. Disamping itu, masyarakat sangat membutuhakan informasi akuntansi mengenai pengelolaan zakat, infaq dan sedekah ini berkaitan dengan usaha untuk membangun kepercayaan mereka akan lembaga pengelola zakat yang amanah dalam pengumpulan dan pendistribusian zakat, infaq dan sedekah secara sistematis dan profesional dalam rangka turut dalam upaya pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Pada saat ini literatur – literatur yang ada dalam negeri maupun luar negeri hanya sedikit yang membahas mengenai perlakuan akuntansi dan laporan keuangan untuk organiusasi nirlaba, terutama Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. yang berkaitan langsung dengan prakteknya pada Organisasi Nirlaba di Indonesia. Sehingga dikhawatirkan kondisi ini membuat penerapan akuntansi dan pelaporan keuangan pada sebagian besar organisasi nirlaba tidak sesuai dengan PSAK no.45 sebagai standart yang telah ditetapkan oleh IAI untuk mengatur pelaporan keuangan organisasi nirlaba, karena sedikitnya sumber daya manusia yang menguasai secara global penerapan dari PSAK no.45 ataupun standart - standart pelaporan lainnya yang berkaitan dengan organisasi nirlaba ini. Sehingga permasalahan yang diangkat adalah bagaimana penerapan PSAK no.45 pada organisasi pengelola zakat. 2. Kesimpulan yang dihasilkan adalah : Mengacu pada kedudukannya sebagai lembaga publik, sudah selayaknya jika LAZ menerapkan manajemen terbuka. Maksudnya, ada hubungan timbal balik anatara amil zakat selaku pengelola dengan masyarakat. Dengan ini maka akan terjadi sistem kontrol yang melibatkan sistem luar, yaitu masyarakat itu sendiri. Dan hal ini bisa dilaksanakan bila LAZ sebagai lembaga publik yang mengelola dana masyarakat memiliki system akuntansi dan manajemen akuntansi yang baik. Sehingga banyak hal bisa dirasakan, antara lain akuntabilitas dan transparansi lebih mudah dilakukan karena berbagai laporan keuangan dapat lebih mudah dibuat dengan akurat dan tepat waktu, keamanan dana relatif lebih terjamin karena terdapat system control yang jelas, Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. semua transaksi relative lebih mudah ditelusuri, dan efisiensi serta efektifitas relative lebih mudah dilakukan. Agar dapat melakukan ini semua, tentu saja diperlukan skill khusus. SDM tersebut setidaknya harus mengikuti latihan dan pengetahuan serta memiliki keahlian yang cukup. SDM tersebut setidaknya harus berlatar belakang atau mempunyai pengalaman dibidang akuntansi dan manajemen keuangan. Pelatihan dan pengembangan ini bisa didapatkan dengan cara mempelajari akuntansi baik secar formal maupun nonformal, serta pernah mendapatkan pelatihan yang cukup tentang bagaimana praktek akuntansi untuk organisasi, khususnya organisasi nirlaba. Sehingga SDM tersebut mempunyai pengetahuan dan keahlian yang cukup tentang hal - hal teknis yang berhubungan dengan organisasi di LAZ tersebut. Selain itu, pernah dilakukan survei penelitian yang dilakukan oleh Billy Franklyn Joseph pada tahun 2007 dengan judul “Implementasi Akuntansi pada Organisasi Keagamaan” Studi Kasus Pada Gpib Jemaat Eben - Haezer Surabaya. 1. Latar belakang yang diambil adalah bahwa Organisasi nirlaba adalah organisasi - organisasi yang tidak bertujuan mencari laba, seperti organisasi keagamaan, yayasan atau lembaga pendidikan Jusup, 2001:7. Sesuai dengan PSAK No.45 tentang Organisasi Nirlaba, bahwa organisasi nirlaba juga harus dan berhak untuk membuat laporan keuangan dan melaporkan kepada para pemakai laporan keuangan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa organisasi keagamaan juga merupakan organisasi nirlaba, maka dapat dikatakan bahwa gereja sebagai salah satu organisasi keagamaan juga berhak untuk membuat dan melaporkan laporan keuangan yang diperuntukkan terutama bagi jemaatnya yang diharapkan dapat menunjukkan tingkat akuntabilitasnya, tidak hanya pada Tuhan tetapi juga kepada jemaat dan donatur dari pihak luar. Sehingga dengan akuntabilitas yang memadai, maka semakin meyakinkan umat dan donatur untuk mempercayakan bantuan amalnya kepada gereja. Sebagai organisasi keagamaan yang mempunyai jumlah jemaat yang terbesar didunia dan kedua di Indonesia, maka gereja perlu membuat laporan masuknya uang yang mengalir dalam gereja berupa donasi, sumbangan, perpuluhan atau kolekte dan keluarnya kas untuk keperluan diakonia atau pelayanan. Hal tersebut pasti memerlukan orang - orang yang mengatur dalam manajemen dan administrasinya sesuai dengan yang dilakukan para Rasul untuk kepentingan jemaat yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat mulai dari tukang tambal hingga pemilik sebuah perusahaan, dimana jemaat juga merupakan salah satu pemakai laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut dibuat berdasarkan pengolahan manajemen dan administrasi gereja sebagai bentuk transparansi gereja yang beridentitas moral dan iman yang bertanggung jawab. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2. Tujuan penelitian ini adalah:

 Untuk menganalisa secara jelas gambaran mengenai pelaporan keuangan dalam gereja khususnya GPIB jemaat Eben-Haezer Surabaya.  Untuk menganalisa penerapan sistem akuntansi yang digunakan dalam gereja khususnya GPIB jemaat Eben-Haezer Surabaya.  Untuk menganalisa bentuk laporan keuangan gereja khususnya GPIB jemaat Eben-Haezer Surabaya.  Untuk menganalisa penerapan audit dalam gereja khususnya gereja GPIB jemaat Eben-Haezer Surabaya.  Untuk menganalisa efektivitas pelaporan keuangan gereja khususnya GPIB jemaat Eben-Haezer Surabaya.  Untuk menganalisa tingkat kompetensi karyawan gereja dalam membuat laporan keuangan gereja khususnya GPIB jemaat Eben- Haezer Surabaya. 3. Kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian terdahulu adalah : Sebenarnya standar akuntansi, perbendaharaan dan anggaran dalam Gereja Protestan Indonesia bagian Barat ini pada dasarnya sudah diatur dan diberlakukan untuk semua jemaat GPIB se-Indonesia yang ditetapkan oleh Surat Keputusan Majelis Sinode GPIB tahun 2005 tentang Pemberlakuan Sistem Penatalayanan Keuangan diseluruh Jemaat GPIB. Tetapi secara teknis, tiap gereja dalam GPIB di Indonesia dalam memperlakukan anggaran, perbendaharaan serta dalam Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. menerapkan akuntansi masih terdapat perbedaan satu sama lain walaupun tidak melenceng dari aturan yang ditetapkan Sinode. Siklus akuntansi dalam gereja yaitu dalam unsur masukan yang berupa transaksi –transaksi, unsur proses yaitu adanya pencatatan transaksi tersebut melalui buku kas harian dan kartu buku besar, dalam unsur keluaran gereja telah mempunyai produk yang dihasilkan yaitu berupa laporan keuangan mingguan, bulanan dan triwulan atau biasanya disebut dengan laporan realisasi anggaran per-triwulan. Dikarenakan sudah merupakan keputusan dari Sinode, maka dijamin hampir 100 gereja – gereja yang tergabung dalam GPIB se- Indonesia menerapkan standar baku ini. Tidak terkecuali GPIB jemaat Surabaya yang mempunyai bentuk Laporan Penerimaan dan Pengeluaran atau Laporan Keuangan Mingguan yang dilaporkan melalui warta jemaat, Laporan Keuangan Bulanan, dan Laporan Keuangan Triwulan yang berawal dari awal bulan tahun anggaran. Pada saat penutupan tahun anggaran, maka Laporan Keuangan Triwulan ini atau disebut juga sebagai Laporan Realisasi Anggaran berguna sebagai Laporan Keuangan Tahunan sebab didalamnya juga tercantum Laporan terakhir dari triwulan – triwulan sebelumnya. Selain membuat Laporan Keuangan yang nantinya harus dilaporkan ke Majelis Sinode tiap akhir Maret saat tutup buku tahun anggaran, jemaat GPIB juga harus melampirkan Catatan atas Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan Aktiva Tetap. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2. Organisasi Atau Lembaga