keterkaitan dengan kemakmuran perusahaan dan para pemegang saham, sehingga penerapannya diharapkan memberikan kontribusi yang positif
bagi perusahaan secara keseluruhan. Dalam penelitian ini yang akan dikaji terkait corporate governance
antara lain kepemilikan institusional, komite audit, trasparansi informasikualitas audit dan dewan komisaris independen di mana akan
dikaji sejauh mana keberadaannya berpengaruh terhadap kebijakan perpajakan yang dilakukan oleh perusahaan.
2.2.1.3 .1 Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional
adalah kepemilikan
saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti
perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain. Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk
mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga mengurangi tindakan manajemen melakukan tax
avoidance. Porsentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak
menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen Boediono, 2005 dalam Laksono 2011.
Kepemilikan institusional umumnyan bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan. Faisal 2004 dalam Laksono 2011
menyatakan bahwa perusahaan dangan kepemilikan intitusional yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
besar lebih dari 5 mengindikasikan kemampuanya untuk memonitor Manajemen. Semakin besar kepemilikan institusional maka
semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan. Tindakan monitoring oleh pihak investor institusional dapat mengurangi perilaku
opportunistic atau mementingkan diri sendiri yang dilakukan oleh manajer sehingga manajer dapat lebih memfokuskan perhatiannya
terhadap kinerja perusahaan. Kempemilikan institusional memiliki kelebihan antara lain :
1. Memiliki profesionalisme dalam menganalisis informasi
sehingga dapat menguji keandalan informasi. 2.
Memiliki motivasi yang kuat untuk malaksanakan pengawasan lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan.
2.2.1.3 .2 Dewan Komisaris Independen
Komisaris independen merupakan sebuah badan dalam perusahaan yang biasanya beranggotakan dewan komisaris yang
independen yang berasal dari luar perusahaan yang berfungsi untuk menilai kinerja perusahaan secara luas dan keseluruhan. Kemampuan
dewan komisaris independen untuk mengawasi merupakan fungsi yang positif dari porsi dan indenpendensi dari dewan komisaris eksternal.
Dewan komisaris independen juga bertanggung jawab atas kualitas laporan yang disajikan. Dewan komisaris independen memegang
peranan yang sangat penting dalam perusahaan, terutama dalam
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
pelaksanaan good corporate governance. Menurut Egon Zehnder dalam Laksono 2011, Dewan komisaris independen merupakan inti
dari Corporate Governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi menajemen dalam
mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. FCGI 2001 menyatakan bahwa dewan komisaris independen
berada pada posisi untuk memastikan bahwa manajemen sesuai strategi yang telah benar-benar demi kepentinagn perusahaan sesuai
strategi yang telah ditetapkan serta menjaga kepentingan para pemegang saham yaitu untuk meningkatkan nilai ekonomis
perusahaan. Menurut peraturan yang di keluarkan oleh BAPEPAM untuk mencegah kerugian pada pihak pemegang saham minoritas
menuntut bahwa 30 dari jumlah dewan komisaris haruslah independen dari perusahaan dan pemegang saham mayoritas.
disamping hal itu komisaris independen harus memahami undang- undang dan peraturan tentang pasar modal serta diusulkan oleh
pemegang saham pengendali dalam Rapat Umum Pemegang Saham Pohan, 2008.
2.2.1.3.3 Kualitas audit
Menurut De Angelo 1981 mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan
pelanggaran pada sistem akuntansi kliennya. Kualitas audit
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
merupakan elemen dari efisiensi ekuitas pasar, karena dapat menekan kredibilitas dari informasi keuangan, mendukung praktek Corporate
Governance melalui pelaporan keuangan yang transparan. Deis dan Giroux 2002 dalam suartana 2007 memaparkan
hal-hal yang berhubungan dengan kualitas audit antara lain : a.
Lamanya auditor umur audit, semakin lama maka semakin rendah kualitas auditnya.
b. Jumlah klien, semakin banyak semikin baik kualitas auditnya.
c. Kesehatan keuangan klien, makin sehat ada kecenderungan
klien menekan auditor untuk ,mengikuti standar yang berlaku. d.
Review oleh pihak ketiga, kualitas audit semakin tinggi apabila direview oleh pihak ketiga.
Kualitas audit dapat diukur dengan proksi ukuran KAP, karena diasumsikan akan berpengaruh terhadap hasil audit yang dilakukan
oleh auditornya. Auditor yang bekerja di KAP The Big Four dianggap lebih berkualitas karena auditor tersebut dibekali oleh serangkaian
pelatihan dan prosedur serta memiliki program audit yang lebih akurat dan efektif dibandingkan dengan auditor dari KAP non- The Big Four.
Isnanta, 2008 dalam Praptitorini dan Jamarti 2007 menggunakan spesialisasi industry untuk mengukur kualitas audit yaitu dengan
prosentase jumlah perusahaan yang diaudit oleh sebuah KAP dalam satu jenis industry. Penelitian yang sama juga dilakuakan oleh
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Mayangsari 2003 dan hasilnya tidak mempengaruhi terhadap integritas laporan keuangan
KAP The Big Four adalah Oligopoly Industry akuntansi dan jasa professional karena mereka menguasai sebagian besar pasar yaitu
perusahaan go public di seluruh dunia, dan perusahaan privat lainya Laporan keuangan yang diaudit oleh KAP The Big Four
menurut beberapa referensi dipercaya lebih berkualitas sehingga menampilkan nilai perusahaan yang sebenarnya, oleh karena itu
diduga perusahaan yang diaudit oleh KAP The Big Four Price Waterhouse Cooper
–PWC, Deloite touché Tohmatsu, KPMG, Ernst dan Young-EY memiliki tingkat kecurangan yang lebih rendah
dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh KAP non The Big Four.
2.2.1.3 .4 Komite Audit
Sesuai dengan Kep. 29PM2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas
pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan. Selain itu komite audit dianggap
sebagai penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam mengenai masalah pengendalian.
Daniri 2006 dalam Pohan 2008 menyebutkan sejak direkomendasikan GCG di Bursa Efek Indonesia tahun 2000, komite
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
audit telah menjadi komponen umum dalam struktur corporate governance perusahaan publik. Pada umumnya, komite ini berfungsi
sebagai pengawas proses pembuatan laporan keuangan dan pengawas internal perusahaan. BEI mengharuskan semua emiten untuk
membentuk dan memiliki komite audit yang diketahui oleh komisaris independen dengan syarat paling sedikt komite audit tiga orang ,
kurang dari tiga orang maka tidak sesuai dengan peraturan BEI.
Mayangsari 2003 menjelaskan bahwa komite audit di bentuk oleh perusahaan berfungsi untuk memberikan pandangan mengenai
masalah-masalah yang berhungan dengan kebijakan keuangan, akuntansi dan pengendalian intern. Tujuan pembentukan komite audit
adalah: a.
Memastikan laporan
keuangan yang
dikeluarkan tidak
menyesatkan dan sesuai dengan praktik akuntansi yang berlaku umum;.
b. Memastikan bahwa control internalnya memadai;
c. Tindak lanjut terhadap dugaan adanya penyimpangan yang
material dibidang keuangan dan implikasi hukumnya; d.
Merekomendasikan seleksi auditor eksternal
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.2 Tax Avoidance 2.2.2.1 Pengertian Tax Avoidance
Dalam melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan melalui manajemen pajak. Meminimumkan kewajiban pajak dapat
dilakukan dengan cara baik yang masih memenuhi ketentuan perpajakan maupun yang melanggar peraturan perpajakan. Istilah yang sering
digunakan adalah tax avoidance dan tax evasion. Sophar Lumbantoruan 1996: 489 memaparkan definisi terkait dua istilah tersebut. Tax
Avoidance penghindaran Pajak adalah penghindaran pajak dengan menuruti peraturan yang ada Lawful. Tax Evasion penggelapan pajak
adalah penghindaran pajak dengan melanggar ketentuan perpajakan Unlawful.
Para ahli mengemukakan definisi tentang penyelundupan pajak dan penghindaran pajak dalam Zain 2005 yaitu penggelapan pajak adalah
usaha yang dilakukan oleh Wajib Pajak apakah berhasil atau tidak untuk mengurangi atau sama sekali menghapus utang pajak yang berdasarkan
ketentuan yang berlaku sebagai pelanggaran terhadap perundang- undangan perpajakan. Penghindaran pajak merupakan usaha yang sama,
yang tidak melanggar ketentuan perundang-undangan perpajakan Harry Graham Balter. penghindaran pajak berkenaan dengan pengaturan sesuatu
peristiwa sedemikian rupa untuk meminimumkan atau menghilangkan beban pajak dengan memperhatikan ada atau tidaknya akibat-akibat yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ditimbulkan., oleh karena itu penghindaran pajak tidak merupakan pelanggaran atas perundang-undangan perpajakan atau secara etik tidak
dianggap salah dalam rangka usaha Wajib Pajak untuk mengurangi, menghindari, meminimkan atau meringankan beban pajak dengan cara-
cara yang di mungkinkan oleh undang-undang pajak Pohan, 2008. Suandy 2008, Penghindaran pajak merupakan rekayasa tax
affairs yang masih berada dalam bingkai ketentuan perpajakan. Penghindaran pajak dapat terjadi di dalam bunyi ketentuan atau tertulis di
undang-undang dan berada dalam jiwa dari undang-undang atau dapat juga terjadi dalam bunyi ketentuan undang-undang tetapi berlawanan
dengan jiwa undang-undang.
2.2.2.2 Faktor- Faktor Wajib Pajak Melakukan Tax Avoidance