Faktor- Faktor Wajib Pajak Melakukan Tax Avoidance

ditimbulkan., oleh karena itu penghindaran pajak tidak merupakan pelanggaran atas perundang-undangan perpajakan atau secara etik tidak dianggap salah dalam rangka usaha Wajib Pajak untuk mengurangi, menghindari, meminimkan atau meringankan beban pajak dengan cara- cara yang di mungkinkan oleh undang-undang pajak Pohan, 2008. Suandy 2008, Penghindaran pajak merupakan rekayasa tax affairs yang masih berada dalam bingkai ketentuan perpajakan. Penghindaran pajak dapat terjadi di dalam bunyi ketentuan atau tertulis di undang-undang dan berada dalam jiwa dari undang-undang atau dapat juga terjadi dalam bunyi ketentuan undang-undang tetapi berlawanan dengan jiwa undang-undang.

2.2.2.2 Faktor- Faktor Wajib Pajak Melakukan Tax Avoidance

Suandy 2008 memaparkan beberapa faktor yang memotivasi Wajib Pajak WP untuk melakuan penghematan pajak dengan ilegal, antara lain : 1. Tax required to pay, Berdasarkan jumlah pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak. Semakin besar pajak yang harus dibayar semakin besar pula kecenderungan WP untuk melakukan pelanggaran. 2. Cost of bribe, Biaya untuk menyuap fiskus. Semakin kecil untuk menyuap fiskus semakin besar kecenderungan WP untuk melakukan pelanggaran. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 3. Probability of detection, Kemungkinan untuk terdetesi. Semakin kecil kemungkinan suatu pelanggaran terdeteksi maka semakin besar kcenderungan WP untuk melakukan pelanggaran. 4. Size of penalty, Besar sanksi, Semakin ringan sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran maka semakin besar kecenderunagan WP untuk melakukan pelanggaran. Komite urusan fiskal dari Organization for Economic Corporation and Development OECD menyebutkan ada tiga tipe karakter penghindaran pajak tax avoidance: 1. Adanya unsur artifisial di mana berbagai pengaturan seolah-olah terdapat di dalamnya padahal tidak, dan ini dilakukan karena ketiadaan faktor pajak. 2. Skema semacam ini sering memanfaatkan loopheles dari undang- undang atau menerapkan ketentuan-ketentuan legal untuk berbagai tujuan, padahal bukan itu yang sebetulnya dimaksudkan oleh pembuat undang-undang. 3. Kerahasiaan juga sebagai bentuk dari skema ini dimana umumnya para konsultan menunjukkan alat atau cara untuk melakukan penghindaran pajak dengan syarat Wajib Pajak menjaga serahasia munkin. Council of Executive Secretaries of Tax Organization, 1991. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Penghindaran pajak Tax Avoidance dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Mengambil keuntungan dari berbagai pilihan bentuk badan hukum legal entity yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan jenis usaha. Sebagai contoh: pemilihan bentuk usaha perseorangan akan lebih menghemat pajak karena terhindar dari pengenaan pajak berganda seperti yang terjadi pada bentuk usaha perseroan terbatas. 2. Memilih Lokasi perusahaan yang akan didirikan. Misalnya: perusahaan memperluas usahanya dengan mendirikan perusahaan baru didaerah terpencil di Indonesia bagian Timur. Oleh karena daerah tersebut memiliki potensi ekonomi yang layak dikembangkan namun sulit dijangkau, maka pemerintah memberikan beberapa keringanan dalam pajak seperti penyusutan dan amortisasi yang dipercepat, kompensai kerugian yang lebih lama dari seharusnya. 3. Penghindaran Pajak Secara Yuridis yaitu dengan cara memanfaatkan kekosongan atau ketidak jelasan undang- undang. Sebagi contoh: Memberikan tunjangan kepada karyawan dalam bentuk uang atau natura dan kenikmatan fringe Benefit dapat sebagai salah satu pilihan untuk menghindari lapisan tarif maksimum shif to lower bracket. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Karena pada dasarnya pemberian dalam bentuk natura dan kenikmatan fringe benefit dapat dikurangkan sebagai biaya oleh pemberi kerja sepanjang pemberian tersebut diperhitungkan sebagai penghasilan yang dikenakan pajak bagi pegawai yang menerimanya. Strategi-strategi atau cara-cara yang legal sesuai dengan aturan undang-undang yang berlaku, biasanya dilakuan dengan memanfaatkan hal-hal yang sifatnya ambigu dalam undang-undang sehingga dalam hal ini wajib Pajak memanfaatkan celah-celah yang ditimbulkan oleh adanya ambiguitas dalam undang-undang perpajakan Suandy, 2008. Strategi penghematan pajak tersebut disebut juga sebagai suatu strategi pajak yang agresif Crocker dan Slemrod, 2003 dalam Annisa 2011. Strategi pajak seperti ini terkadang kurang disukai oleh para pemegang saham dan investor karena dianggap memiliki resiko yang relatif tinggi khurana dan Moser, 2009 dalam Annisa 2011. Hal ini di dukung dengan hasil penelitian yang dilakukan Desai dan Dharmapala 2007, yang hasilnya menunjukkan tidak adanya transfer nilai dari kegiatan tersebut kepada pemegang saham dan juga adanya respons negatif dari para investor terkait kebijakan pajak tersebut. Sehingga aktivitas tax avoidance melahirkan dua perspektif alternatif mengenai motivasi dan efek dari aktivitas pajak tersebut, di satu sisi tax avoidance sebagai perluasan dari kegiatan penghematan pajak Graham dan Tucker, 2006 dalam Desai dan Dharmapala, 2007. Di sisi lain menyebutkan ada beberapa resiko yang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. ditimbulkan oleh kegiatan tax avoidance antara lain : denda, publisitas dan reputasi perusahaan Friese, Link dan Mayer, 2006.

2.2.2.3 Pengukuran Tax Avoidance