Jenis penelitian METODOLOGI PENELITIAN
membuat sinopsis atau ringkasan cerita dari bab satu sampai bab tiga belas setelah itu merangkum sinopsis secara keseluruhan, agar isinya dapat lebih
mudah dipahami. Berikut ini sinopsis dari novel Matahari di Atas Gilli. a
Bab Satu Pada bab satu ini, menceritakan tentang latar belakang
terbentuknya pulau Gilli dan suasana di pulau tersebut. Pulau Gilli merupakan pulau yang sejajar dengan Pelabuhan Probolinggo, dan
berada dalam kawasan Kecamatan Ketapang. Ratusan tahun lalu, seorang Syekh Maulana Iskhak yang sedang berlayar dari Pulau Madura, ia
adalah orang pertama yang memutuskan untuk menetap di pulau Gilli. Dalam kesehariannya, Syekh Maulana mengumandangkan suara adzan
dan beribadah di dalam goa. Beberapa waktu kemudian, ia meminta kepada semua pengikutnya bersama kucing-kucing peliharaannya untuk
tetap tinggal di Gilli. Sejak saat itu, sebuah jejak sejarah telah terawali di pulau Gilli. Pengikut Syekh adalah orang-orang dari suku Madura yang
tinggal di Dhaja ialah manusia pertama yang menempati pulau Gilli. Gilli memiliki tata cara, budaya, dan hukumnya sendiri. Dan mereka pula yang
mengawali sebuah kerapatan populasi manusia di Gilli. Pada akhirnya, pengikut Syekh Maulana Iskhak disebut sebagai tetua atau nenek moyang
oleh masyarakat pulau Gilli. Pulau Gilli memiliki dua ujung pulau yaitu ujung Dhaja dan ujung Dhelaok. Air laut Dhaja sangat jernih terkadang
perak oleh phospor. Wisatawan sering datang menyelam untuk menyaksikan taman laut di Dhaja. Beberapa jenis ganggang dan bunga-
bunga karang terdapat di Dhaja serta binatang-binatang laut yang tubuhnya terus bergerak tak pernah berhenti. Sementara ujung Dhelaok
ialah hamparan pasir putih yang luas, dan menawan, serupa padang pasir, namun selalu penuh dengan nyanyian angin. Cuaca di ujung
Dhelaok ini panas dan gersang, tak satupun tumbuhan dapat bertahan hidup di ujung Dhelaok ini karena daratannya tak dapat menyimpan air
dan unsur hara. b
Bab Dua Pada bab dua ini, menceritakan tentang kehidupan Suhada dan
orang-orang yang hadir dalam kehidupannya yang membuat hidupnya lebih berarti. Sejak kecil, Suhada tinggal di desa Baros, lima belas kilo
jaraknya dari Kota Sukabumi. Sebuah desa yang menjorok masuk dari keramaian, dan terletak pada hamparan hijau di lereng Gunung Gede.
Suhada tinggal bersana seorang perempuan setengan baya yang selalu ia panggil dengan sebutan Mamak. Mamak bekerja sebagai buruh tani di
sawah-sawah, miliki para juragan Baros. Pada suatu hari, Suhada melihat mamak sedang berbincang-bincang dengan sepasang suami istri. Mamak
berniat untuk memberikan hak asuh Suhada kepada mereka agar dapat melanjutkan sekolahnya di kota. Di dalam perbincangan itu Suhada
mengetahui bahwa ia bukan anak kandung dari mamak tetapi mamak mengambilnya dari Bu Bidan. Seiring berjalannya waktu, di kota
Cirebon, Suhada tinggal bersama keluarga Elag Noormas, yang menyambut dirinya dengan hangat. Di dalam rumah sederhana yang