Kajian Teori LANDASAN TEORI

a. Menggali informasi, baik administrasi maupun akademik b. Mengecek pemahaman siswa c. Membangkitkan respons terhadap siswa d. Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa e. Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa f. Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru g. Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa h. Menyegarkan kembali pengetahuan siswa 4. Masyarakat Belajar Learning Community Didasarkan pada pendapat Vigotsky, bahwa pengetahuan dan pemahaman anak banyak dibentuk oleh komunikasi dengan orang lain. Permasalahan tidak mungkin dipecahkan sendirian, tetapi membutuhkan bantuan orang lain. Konsep masyarakat belajar learning community dalam CTL adalah hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain, teman, antarkelompok, sumber lain dan bukan hanya guru Sanjaya, 2006: 267. Muslich 2007: 46 mengemukakan konsep masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Hal ini berarti bahwa hasil belajar bisa diperoleh dengan sharing antarteman, antarkelompok, dan antar yang tahu kepada yang tidak tahu, baik di dalam maupun di luar kelas. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. Pemodelan Modelling Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Modeling merupakan azas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui modeling, siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoretis abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme Sanjaya, 2006: 267. Konsep pemodelan modelling dalam CTL menyarankan bahwa pembelajaran keterampilan dan pengetahuan bisa berupa pemberian contoh tentang cara mengoperasikan sesuatu, menunjukkan hasil karya atau mempertontonkan suatu penampilan. Cara pembelajaran seperti ini akan lebih cepat dipahami siswa daripada hanya bercerita atau memberikan penjelasan kepada siswa tanpa ditunjukkan model atau contohnya Muslich, 2007: 46. Kegiatan pemodelan melalui contoh-contoh yang baik, akan berguna sebagai contoh yang baik yang dapat ditiru oleh peserta didik, seperti cara menggali informasi, demonstrasi, dan lain-lain serta pemodelan dilakukan oleh guru sebagai teladan, peserta didik, dan tokoh lain. 6. Refleksi Reflection Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Dalam proses pembelajaran dengan CTL, setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya Sanjaya, 2006: 268. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. 7. Penilaian Nyata Authentic Assessment Penilaian memiliki beberapa kriteria yang dapat dilihat di bawah ini. a. Menilai sikap, pengetahuan, dan keterampilan b. Berlangsung selama proses secara terintegrasi c. Dilakukan melalui berbagai cara tes, dan nontes d. Alternatif bentuk kinerja, observasi, portofolio, atau jurnal Selama ini, pembelajaran dalam pendidikan di sekolah kurang produktif. Guru hanya memberi materi ceramah dan guru sebagai sumber utama pengetahuan, sementara siswa harus menghafal. Tetapi, dalam kelas kontekstual, guru dituntut untuk menghidupkan kelas dengan cara mengembangkan pemikiran agar lebih bermakna dengan bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya Hosnan, 2014: 273. e. Prinsip dan Karakteristik Model Pembelajaran Kontekstual 1. Prinsip Model Pembelajaran Kontekstual Prinsip pada pembelajaran kontekstual dimaksudkan agar siswa dapat mengembangkan cara belajarnya sendiri dan selalu mengaitkan dengan apa yang telah diketahui dan apa yang ada di msyarakat, yaitu aplikasi dan konsep yang dipelajari. Secara terperinci, prinsip pembelajaran kontekstual adala sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI a. Menekankan pada pemecahan masalah b. Mengenal kegiatan mengajar terjadi pada berbagai konteks, seperti rumah, masyarakat, dan tempat kerja c. Mengajarkan siswa untuk memantau mengarahkan belajarnya sehingga menjadi pembelajaran yang aktif dan terkendali d. Menekan pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa e. Mendorong siswa belajar dari satu dengan yang lainnya dan belajar bersama- sama f. Menggunakan penilaian autentik Menurut Hosnan2014: 275-276, pembelajaran kontekstual membantu siswa menguasai tiga hal berikut: a. Pengetahuan, yaitu apa yang ada dipikirannya membentuk konsep, definisi, teori dan fakta b. Kompetensi atau keterampilan, yaitu kemampuan yang dimiliki untuk bertindak atau sesuatu yang dapat dilakukan c. Pemahaman kontekstual, yaitu mengetahui waktu dan cara bagaimana menggunakan pengetahuan dan keahlian dalam situasi kehidupan nyata. Menurut Elaine B.Jhonson dalam Hosnan, 2012: 276, dalam pembelajaran kontekstual, minimal ada tiga prinsip utama yang sering digunakan, yaitu sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1. Prinsip saling ketergantungan Interdepence Dalam kehidupan di sekolah, siswa saling berhubungan dan tergantung dengan guru, tata usaha, kepala sekolah, dan narasumber yang ada di sekitarnya. Dalam proses pembelajaran siswa berhubungan dengan bahan ajar, sumber belajar, media, sarana prasarana belajar. Prinsip ini membuat hubungan yang bermakna antara proses belajar dengan konteks kehidupan nyata sehingga peserta didik berkeyakinan bahwa belajar merupakan aspek yang esensial bagi kehidupan di masa datang. 2. Prinsip perbedaan Differentiation Prinsip diferensasi adalah mendorong peserta didik menghasilkan keberagaman, perbedaan, dan keunikan. 3. Pengorganisasian Diri Self Organization Prinsip pengorganisasian diripengaturan diri menyatakan bahwa proses pembelajaran diatur, dipertahankan, dan disadari oleh peserta didik sendiri, dalam rangka merealisasikan seluruh potensinya. 2. Karakteristik Model Pembelajaran Kontekstual Menurut Johnson dalam Hosnan, 2014: 277, terdapat delapan utama yang menjadi krakteristik pembelajaran kontekstual yaitu: Melakukan hubungan yang bermakna, mengerejakan pekerjaan yang berarti, mengatur cara belajar sendiri, bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif, mengasuh atau memelihara pribadi siswa, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian sebenarnya. Pembelajaran yang dilaksanakan dengan CTL, menurut Priyatni dalam Hosnan, 2014: 278, memiliki karakteristiksebagai berikut: 1. Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks yang autentik, artinya pembelajaran diarahkan agar siswa memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah dalam konteks nyata atau pembelajaran diupayakan dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah. 2. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna. 3. Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa melalui proses mengalami. 4. Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi. 5. Kebersamaan, kerja sama saling memahami dengan yang lain secara mendalam merupakan aspek penting untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. 6. Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, dan mementingkan kerja sama. 7. Pembelajaran dilaksanakan dengan cara yang menyenangkan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI f. Langkah- langkah penerapan CTL Dalam Kelas Menurut Trianto 2009: 111, secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas adalah sebagai berikut: 1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya 2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik 3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya 4. Ciptakan masyarakat belajar belajar dalam kelompok-kelompok 5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran 6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan 7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara Berdasarkan langkah-langkah di atas, peneliti membuat langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam penelitian ini yaitu menganalisis tema dan amanat yang terdapat di dalam novel Matahari di Atas Gilli untuk SMA kelas XI semester 1, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: 1. Peserta didik membuat sinopsis dari novel Matahari di Atas Gilli berdasarkan pemahaman yang mereka miliki setelah membaca novel tersebut 2. Setelah siswa memahami isi dan mampu membuat sinopsis dari novel Matahari di Atas Gilli, siswa menemukan tema dan amanat yang terdapat di dalam novel tersebut 3. Setelah siswa menganalisis unsur tema dan amanat dalam novel Matahari di Atas Gilli karya Lintang Sugianto, siswa harus bisa mengaitkan isi cerita yang terdapat dalam novel dengan kehidupan nyata melalui pertanyaan untuk menggali dan menemukan konsep pembelajaran yang telah dipelajari. Siswa mengaitkan baik unsur tema dan amanat dalam kehidupan mereka, sehingga dapat memahami lebih dalam menganai unsur tema dan amanat. 4. Dalam setiap kelompok, siswa bisa dibagi menjadi 4-5 orang, dan masing- masing kelompok akan dibagi teks bab 3 dan bab 5 bacaan novel Matahari di Atas Gilli. Kemudian siswa mendiskusikan unsur tema dan amanat dalam bab tersebut. Siswa secara perorangan menyampaiankan ide tentang tema dan amanat dalam bab 3 dan 5 novel Matahari di Atas Gilli karya Lintang Sugianto. 5. Pemodelan pada dasarnya membahasakan apa yang dipikirkan, mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan melakukan apa yang guru inginkan. Pada dasarnya guru mempersiapkan sebuah contoh novel yang dianalisis unsur instrinsik misalnya tema. Model ini digunakan agar siswa dapat memahami untuk menganalisis sebuah tema. 6. Untuk dapat menguji pemahaman siswa, setelah pembelajaran akan selesai, siswa hendaknya membuat catatan kecil mengenai pemahamannya tentang pembelajaran yang baru saja dibahas di kelas. Refleksi ini dapat berupa penghayatannya akan pengetahuan yang diperoleh, baik dari segi kelebihan dan kekurangan yang ia peroleh. 7. Guru dapat melakukan penilaian melalui analisis tema dan amanat dalam novel Matahari di Atas Gilli karya Lintang Sugianto. Guru mengambil salah satu bab dalam novel tersebut, yaitu bab tiga kemudian siswa menjawab pertanyaan yang berkaitan dnegan cerita di dalam bab tiga dalam novel Matahari di Atas Gilli. Pada bab tiga ini menceritakan kegiatan Suhada mengajarkan huruf-huruf dan kalimat bahasa Indonesia kepada anak-anak di Pulau Gilli. 3. Novel a. Pengertian novel Novel adalah cerita dalam bentuk prosa yang agak panjang dan meninjau kehidupan sehari-hari Ensiklopedi Americana. Novel adalah suatu cerita dengan suatu alur yang cukup panjang mangisi satu buku atau lebih, yang menggarap kehidupan manusia yang bersifat imajinatif menurut The Advanced of Current Englisht dalam Priyatni, 2010: 125. Novel adalah cerita dalam bentuk prosa yang cukup panjang. Panjangnya tidak kurang dari 50.000 kata. Mengenai jumlah kata dalam novel adalah relatif Priyatni, 2010: 125. Novel seperti halnya bentuk prosa cerita yang lain, sering memiliki struktur yang kompleks dan biasanya dibangun dari unsur-unsur yang dapat didiskusikanRahmanto, 1988: 70. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Novel dapat menghadirkan tokoh yang lebih banyak, walau tentu tetap ada yang menjadi fokus lengkap dengan karakternya baik yang bersifat statis maupun berkembang. Demikian juga dengan aspek-aspek yang juga dapat diungkapkan secara lebih detil sehingga terlihat relistik, meyakinkan, dan mampu memberikan sebuah gambaran yang lebih utuh tentang kehidupan. Karena ceritanya panjang novel mampu memberikan berbagai kemungkinan penafsiran pembaca, dan karenanya pesan yang diberikan oleh pembaca pun tidak bersifat tunggal. Hal-hal tersebut dapat dipandang sebagai sisi yang menguntungkan dari pembacaan sebuah novel Nurgiyantoro, 2005: 288. Dari beberapa pengertian novel di atas, dapat disimpulkan bahwa novel adalah sebuah karya sastra yang menceritakan tentang kehidupan masyarakat. b. Unsur-Unsur Pembangun Novel Unsur-unsur pendukung yang terdapat dalam novel dibagi menjadi dua yaitu unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik, unsur intrinsik dalam novel adalah judul, tema, alur, tokoh, penokohan, latar, sudut pandang penceritaan, dan amanat. Dalam penelitian ini, peneliti hanya menganalisis unsur tema dan amanat dalam novel Matahari di Atas Gilli karya Lintang Sugianto. 4. Tema a. Hakikat Tema Tema menurut Keraf dalam Wahyuningtyas Santosa, 2011: 2 berasal dari kata tithnai bahasa Yunani yang berarti menempatkan, meletakkan. Jadi, menurut arti katanya “tema” berarti sesuatu yang diuraikan atau sesuatu yang telah ditempatkan. b. Pengertian Tema Tema dalam sebuah cerita dapat dipahami sebagai sebuah makna, makna yang mengikat keseluruhan unsur cerita sehingga cerita itu hadir sebagai sebuah kesatuan yang padu. Berbagai unsur fiksi seperti alur, tokoh, alat, sudut pandang, stile, dan lain-lain berkaitan secara sinergis untuk bersama-sama mendukung eksistensi tema. Dalam sebuah cerita, tema jarang diungkapkan secara eksplisit, tetapi menjiwai keseluruhan cerita. Adakalanya memang dapat ditemukan sebuah kalimat, alinea, atau kata-kata dialog yang mencerminkan tema keseluruhan. Jadi, walau eksistensi tema itu dalam sebuah cerita tidak diragukan, dan pada umumnya dapat dirasakan, substansi dan keberadaannya haruslah ditemukan lewat pembacaan dan pemahaman kritis Nurgiyantoro, 2005: 80. Tema merupakan gagasan pokok atau subject-matter yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya Waluyo, 1987: 106. Dari dua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tema adalah ide pokok yang mencakup keseluruhan isi cerita. Jika kita mengetahui tema sebuah karya sastra maka secara tidak langsung kita telah memahami keseluruhan isi cerita. c. Langkah-Langkah Menentukan Tema Sudjiman memaparkan ada tiga langkah yang dapat diambil dalam menentukan tema. Pertama, harus dilihat persoalan yang paling menonjol. Kedua, secara kualitatif, persoalan yang banyak menimbulkan konflik, konflik yang melahirkan peristiwa. Ketiga, menentukan waktu penceritaan yang diperlukan untuk menceritakan peristiwa atau tokoh-tokoh yang ada dalam yang ada dalam karya sastra. Ketiga langkah tersebut digunakan secara berurutan, apabila menggunakan langkah pertama belum terjawab temanya, maka langkah berikutnya yang diambil adalah cara kedua, demikian seterusnya sampai tema yang dicari dapat ditemukan dengan tepat Sudjiman, 1988: 92. d. Macam-Macam Tema Tema merupakan suatu hal yang sangat penting dalam sebuah karya sastra, oleh sebab itu mengetahui kategori tema dalam sebuah cerita. Waluyo 1987: 106-118, memaparkan lima macam-macam tema, yaitu: a. Tema Ketuhanan Tema Ketuhanan biasanya akan menunjukkan “religious experience” atau pengalaman religi penyair. Pengalaman religi didasarkan atas tingkat kedalaman pengalaman Ketuhanan seseorang. Dapat juga dijelaskan sebagai tingkat kedalaman iman seseorang terhadap agamanya atau lebih luas terhadap Tuhan atau kekuasaan gaib. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b. Tema Kemanusiaan Tema kemanusiaan bermaksud menunjukkan betapa tingginya martabat manusia dan bermaksud meyakinkan pembaca bahwa setiap manusia memiliki harkat martabat yang sama. Perbedaan kekayaan, pangkat, dan kedudukan seseorang, tidak boleh menjadi sebab adanya perbedaan perlakuan terhadap kemanusiaan seseorang. Para penyair memiliki kepekaan perasaan begitu dalam untuk memperjuangkan tema kemanusiaan. c. Tema Patriotismekebangsaan Tema patriotisme dapat meningkatkan perasaan cinta akan bangsa dan tanah air. Tema patriot juga dapat diujudkan dalam bentuk usaha penyair untuk membina kesatuan bangsa atau membina rasa kenasionalan. d. Tema Kedaulatan Rakyat Dalam Tema kedaulatan rakyat, yang kuat adalah protes terhadap kesewenang-wenangan pihak yang berkuasa yan tidak mendengarkan jeritan rakyat atau dapat juga berupa kritik terhadap sikap otoriter penguasa. e. Tema Keadilan Sosial Tema keadilan sosial ini melukiskan tentang ketidakadilan dalam masyarakat, dengan tujuan untuk mengetuk nurani pembaca agar keadilan sosial ditegakkan dan diperjuangkan. 5. Amanat a. Pengertian Amanat Dari sebuah karya sastra ada kalanya dapat diangkat suatu ajaran moral, atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang, itulah yang disebut dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI amanat Sudjiman, 1988: 57. Amanat juga sering disebut dengan moral oleh sebab itu banyak pengarang menyebut kata lain dari amanat adalah moral itu sendiri atau nilai yang terdapat dalam karya sastra. Moral dalam sebuah cerita dapat dipahami sebagai suatu saran yang berkaitan dengan ajaran moral tertentu yang terkandung dalam cerita itu, atau sengaja dimaksudkan oleh pengarang untuk disampaikan kepada pembaca lewat cerita yang bersangkutan. Dalam hal ini sebaimana halnya tema, moral pun dapat dipandang sebagai makna, makna yang dapat diperoleh pembaca yang mengandung unsur kemanfaatan bagi dirinya Nurgiyantoro, 2005: 81. Amanat adalah maksud yang hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak disampaikan penyair. Tiap penyair bermaksud untuk ikut meningkatnkan martabat manusia dan kemanusiaan Waluyo, 1987: 134. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa amanat merupakan sebuah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca, yaitu pesan yang mengandung nilai moral yang bermanfaat bagi kehidupan kita. Penyampaian amanat ini bisa tersirat dan tersurat tergantung cerita yang kita baca, oleh sebab itu dalam membaca sebuah cerita kita harus memahami keseluruhan isinya, agar dapat menarik tema dan pesan moral yang terdapat di dalamnya. b. Teknik Penyampaian Amanat atau Pesan Moral Teknik penyampaian moral atau amanat pada sebuah karya sastra secara implisit ataupun secara eksplisit. Implisit, jika jalan keluar atau ajaran moral itu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI disiratkan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir. Eksplisit, jika pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran, peringatan, nasihat, anjuran, larangan, dan sebagainya, berkenaan dengan gagasan yang mendasari cerita itu Sudjiman,1988: 57. Teknik penyampaian pesan moral dapat bersifat eksplisit dan implisit, penyampaian langsung atau tidak langsung, secara terang-terangan atau terselubung. Teknik penyampaian yang disebut pertama bersifat menggurui, sedang yang kedua membiarkan pembaca untuk memahami dan menemukannya sendiri Nurgiyantoro, 2005: 267. 6. Pembelajaran Sastra di Jenjang SMA Kita akan mencoba mempertimbangkan satu cara yang rasional untuk menunjukkan kedudukan pengajaran sastra di dalam kurikulum pendidikan. Dan selanjutnya, secara lebih khusus lagi akan dikemukakan pengajaran sastra macam apa yang seharusnya disajikan. Sastra itu mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia nyata, maka pengajaran sastra harus kita pandang sebagai sesuatu yang penting yang patut menduduki tempat yang selayaknya. Jika pengajaran sastra dilakukan dengan cara yang tepat, maka pengajaran sastra dapat juga memberikan sumbangan yang besar untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang cukup sulit untuk dipecahkan di dalam masyarakat Rahmanto, 1988: 15. Menurut Rahmanto 1988: 16, masalah yang kita hadapi sekarang adalah menentukan bagaimana pengajaran sastra dapat memberikan sumbangan yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI maksimal untuk pendidikan secara utuh, dapat ditunjukkan bahwa pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak, yang paling penting untuk pengajaran di SMA adalah sebagai berikut: a. Membantu keterampilan berbahasa Seperti kita ketahui ada empat keterampilan berbahasa: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Mengikutsertakan pengajaran sastra dalam kurikulum berarti akan membantu siswa berlatih keterampilan membaca, dan mungkin ditambah sedikit keterampilan menyimak, wicara, dan menulis yang masing-masing erat hubungannya. Dalam pengajaran sastra, siswa dapat melatih keterampian menyimak dengan mendengarkan suatu karya yang dibacakan oleh guru, teman atau lewat pita rekaman. Siswa dapat melatih keterampilan wicara dengan ikut berperan dalam suatu drama. Siswa dapat juga meningkatkan keterampilan membaca dengan membacakan puisi, atau prosa cerita. Dan karena sastra itu menarik, siswa dapat mendiskusikannya dan kemudian menuliskan hasil diskusinya sebagai latihan keterampilan menulis. b. Menunjang Pembentukan Watak Pengajaran sastra hendaknya mampu membina perasaan yang lebih tajam. Dibanding pelajaran-pelajaran lainnya, sastra mempunyai kemungkinan lebih banyak untuk mengantar kita mengenal seluruh rangkaian kemungkinan hidup manusia seperti misalnya: kebahagiaan, kebebasan, kestiaan, kebanggaan diri sampai pada kelemahan, kekalahan, keputusasaan, kebencian, perceraian dan kematian. Seseorang yang telah banyak mendalami berbagai karya sastra biasanya mempunyai perasaan yang lebih peka untuk menunjuk hal mana yang bernialai dan mana yang tak bernilai. Tuntutan kedua sehubungan dengan pembinaan watak ini adalah bahwa pengajaran sastra hendaknya dapat memberikan bantuan dalam usahamengembangkan berbagai kualitas kepribadian siswa yang antara lain meliputi: ketekunan, kepandaian, pengimajian, dan penciptaan. Perubahan kurikulum diharapkan dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang sedang dihadapi oleh dunia pendidikan dewasa ini, terutama dalam memasuki era globalisasi yang penuh dengan berbagai macam tantangan. Lebih dari itu, implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan KTSP diharapkan mampu menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sehingga dapat menghasilkan sumber daya manusia berkualitas yang mampu membawa masyarakat, bangsa, dan negara ke luar dari krisis multidimensi yang sudah lebih dari sepuluh tahun belum menunjukkan adanya pemulihan Mulyasa, 2008: 132. KTSP memiliki lima komponen yang sangat penting untuk mendukung pembelajaran. Komponen tersebut adalah tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan KTSP, kalender pendidikan, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP yang akan dijelaskan sebagai berikut: a. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan 1. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya Muslich, 2007: 13. b. Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah tertuang dalam Standar Isi, yang dikembangkan dari kelompok mata pelajaran sebagai berikut: 1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia 2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian 3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi 4. Kelompok mata pelajaran estetika 5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan. Muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan. Di samping itu, materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum Muslich, 2007: 13. c. Kalender Pendidikan Satuan pendidikan dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan kbutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan memehatikan kalender pendidikan sebagaimana tercantum dalam Standar Isi Muslich, 2007: 15. d. Silabus Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam renca pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru. Selain itu, silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memerhatikan masukan hasil evaluasi hasil belajar, evaluasi proses pelaksanaan pembelajarann, dan evaluasi rencana pembelajara Muslich, 2007: 23-24. Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut, seperti pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan pengembangan sistem penilaian Muslich, 2007: 24. Mulyasa 2008: 138-141, mengatakan bahwa ada tujuh prinsip dasar pengembangan silabus, yaitu: 1. Relevansi Relevansi mengandung arti bahwa cakupan, kedalaman, tingkat kesulitan, serta urutan penyajian materi dan kompetensi dasar dalam silabus sesuai dengan karakteristik peserta didik, baik kemampuan spiritual, intelektual, sosial, emosional, maupun perkembangan fisik. Relevansi juga mengandung arti PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kesesuaian dan keselarasan antara silanus dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat pemakai kelulusan, serta kebutuhan dunia kerja. 2. Fleksibilitas Fleksibilitas dalam pengembangan silabus mengandung arti bahwa keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat. 3. Kontinuitas Kontinuitas dalam pengembangan silabus mengandung arti bahwa setiap program pembelajaran yang dikemas dalam silabus memiliki keterkaitan satu sama lain dalam membentuk kompetensi dan kepribadian peserta didik. 4. Efektivitas Efektivitas dalam pengembangan silabus berkaitan dengan keterlaksanaannya dalam pembelajaran, dan tingkat pembentukkan kompetensinya sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar SK-KD dalam standar isi. 5. Efisiensi Efisiensi dalam pengembangan silabus berkaitan dengan upaya untuk menghemat penggunaan dana, daya, dan waktu tanpa mengurangi hasil atau kompetensi dasar yang telah ditetapkan. 6. Konsistensi Konsistensi dalam pengembangan silabus mengandung arti bahwa antara standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memiliki hubungan yang konsisten ajeg dalam membentuk kompetensi peserta didik. 7. Memadai Memadai dalam pengembangan silabus mengandung arti bahwa ruang lingkup indikator, materi standar, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian yang dilaksanakan dapat mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. e. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan dan memproyeksikan tentang apa yang akan dilakukan guru dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik. Dengan demikian, RPP merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Upaya tersebut perlu dilaksanakan untuk mengoordinasikan komponen-komponen pembelajaran, yakni kompetensi dasar, materi dasar, indikator hasil belajar, dan penilaian berbasis kelas PBK Mulyasa, 2008: 154-155. Menurut Mulyasa 2008: 155-156, setidaknya terdapat dua fungsi RPP dalam implementasi KTSP, yaitu fungsi perencanaan dan fungsi pelaksanaan pembelajaran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1. Fungsi perencanaan RPP hendaknya dapat mendorong guru lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang matang. 2. Fungsi pelaksanaan RPP berfungsi untuk mengefektifkan proses pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan. Pembelajaran di sekolah terdapat Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD. Standar kompetensi dan kompetensi dasar SK-KD merupakan arah dan landasan pengembangan materi standar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Depdiknas telah menyiapkan standar kompetensi SK dan kompetensi dasar KD berbagai mata pelajaran untuk dijadikan acuan oleh para pelaksana guru dalam mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP. Dalam hal ini, tugas utama guru adalah menjabarkan, menganalisis, mengembangkan indikator, dan menyesuaikan SK-KD dengan karakteristik dan perkembangan peserta didik, situasi dan kondisi sekolah, serta kondisi dan kebutuhan daerah Mulyasa, 2008: 231. Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global Mulyasa, 2008: 239. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Kompetensi dasar KD, merupakan penjabaran standar kompetensi peserta didik yang cakupan materinya lebih sempit dibanding dengan standar kompetensi peserta didik. Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Indoneisa yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu di jenjang SMA kelas XI semester 1 adalah sebagai berikut: Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Membaca 7. Memahami berbagai hikayat,novel Indonesianovel terjemahan 7.2 Menganalisisunsur-unsur intrinsik danekstrinsiknovelIndonesiaterjemahan Berdasarkan standar kompetensi di atas, peserta didik harus bisa memahami berbagai bentuk karya sastra seperti hikayat, novel Indonesia maupun terjemahan. Di dalam standar kompetensi terbagi menjadi dua kompetensi dasar, yang pertama peserta didik mampu menemukan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik hikayat yang kedua adalah siswa mampu menemukan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesiaterjemahan. Untuk lebih spesifik lagi peneliti merumuskan indikator berdasarkan SK-KD di atas yang sesuai dengan penelitian ini adapun indikator sebagai berikut: 1. Menjelaskan pengertian unsur instrinsik tokoh, penokohan, latar, alur, sudut pandang, amanat, dan gaya bahasa. 2. Menjelaskan langkah-langkah penentuan tema 3. Menjelaskan teknik penyampaian moral PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. Mengidentifikasi unsur tema yang terdapat dalam bab tiga novel Matahari di Atas Gilli berdasarkan langkah-langkah penentuan tema 5. Mengidentifikasi unsur amanat dalam bab tiga novel Matahari di Atas Gilli berdasarkan teknik penentuan amanat.

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran tema dan amanat merupakan salah satu materi yang terdapat pada siswa SMA kelas XI semester 1 yaitu pada Kompetensi Dasar 7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesiaterjemahan. Akan tetapi, tidak semua siswa mengetahui cara dan langkah-langkah dalam menemukan unsur tema dan amanat yang tepat dalam sebuah karya sastra khususnya novel, maka perlu dirancang sebuah bahan ajar berupa silabus dan RPP yang digunakan dalam pembelajaran dikelas. Bahan ajar yang dirancang, diharapkan dapat digunakan oleh guru dengan sebaik-baiknya dan para siswa dapat lebih mudah memahami langkah-langkah menemukan unsur tema dan amanat dalam menganalisis novel. Dalam penelitian ini, hal pertama yang dilakukan peneliti adalah mencari novel yang akan dianalisis unsur tema dan amanatnya, judul novel yang dianalisis ialah “Matahari di Atas Gilli” karya Lintang Sugianto, novel terdiri dari bab 1 sampai 13 yang setiap bab memiliki judul masing-masing. Selanjutnya peneliti membaca novel tersebut sampai selesai dan membuat sinopsis novel per bab, yaitu dari bab satu sampai bab tiga belas. Hal selanjutnya, mencari tema pada semua bab yang berupa dialog para tokoh maupun dari isi cerita dalam novel, cara yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dilakukan dalam menemukan tema adalah dengan tiga langkah penentuan tema, yang pertama berdasarkan peristiwa yang paling menonjol, kedua, berdasarkan peristiwa yang paling banyak menimbulkan konflik, ketiga, berdasarkan peristiwa yang menentukan waktu penceritaan dan tokoh. Langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah menentukan amanat dalam novel “Matahari di Atas Gilli” dengan menggunakan dua teknik penentuan tema yaitu, teknik eksplisit dan teknik implisit. Analisis amanat dilakukan pada setiap bab yaitu bab satu sampai bab tiga belas. Kemudian setelah membuat sinopsis dan menganalisis unsur tema dan amanat dalam novel, penenliti merancang bahan ajar yang berupa silabus dan RPP. Dalam merancang silabus dan RPP, guru tidak menggunakan semua bab dalam novel karena jika demikian, dibutuhkan alokasi waktu yang panjang. Oleh sebab itu peneliti hanya membuat RPP dengan dua kali pertemuan yaitu menganalisis tema dan amanat pada bab tiga novel ”Matahari di Atas Gilli” Metode yang digunakan dalam pembelajaran sastra untuk siswa SMA kelas XI adalah metode kontekstual. Metode kontekstual sangat bermanfaat bagi guru maupun siswa agar siswa dapat menerapkan apa yang diajarkan guru di kelas dalam kehidupan nyata siswa. Sehingga apa yang dipelajari siswa dapat mereka praktikkan dalam kehidupnya sehari-hari.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Metode yang digunakan dalam Penelitian ini adalah metode kontekstual. Metode kontekstual ini digunakan untuk meneliti unsur tema dan amanat dalam novel Matahari di Atas Gilli. Metode ini diharapkan lebih bermakna bagi para guru dan peserta didik dalam menganalisis unsur tema dan amanat dalam novel Matahari di Atas Gilli. Proses pembelajaran alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalaminya. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Penelitian metode kontekstual dalam pembelajaran tema dan amanat Matahari di Atas Gilli karya Lintang Sugianto untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1 termasuk jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan berdasarkan paradigma, strategi, dan implementasi model secara kualitatif Basrowi Suwandi, 2008: 20. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 2006: 4 penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Dalam penelitian ini produk yang dihasilkan adalah silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP.

B. Metode Penelitian

Metode merupakan cara yang dapat digunakan untuk menyelidiki masalah tertentu dan memerlukan suatu jawaban yang tepat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Nawawi 1998: 63 mengatakan bahwa metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta. Dalam penelitian ini peneliti memilih metode deskriptif untuk menganalisis unsur tema dan amanat dalam novel Matahari di Atas Gilli, karena metode ini dapat membantu menemukan dengan mudah unsur tema dan amanat yang terdapat dalam novel Matahari di Atas Gilli.

C. Data dan Sumber Data

Sumber data terkait dengan subjek penelitian dari mana data diperoleh. Subjek penelitian sastra adalah teks novel, novela, cerita pendek, drama dan puisi Siswanto, 2010: 27 sumber data dalam penelitian ini yang berjudul “Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Matahari di Atas Gilli Karya Lintang Sugianto dengan Metode Kontekstual untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1”. Judul buku : Matahari di Atas Gilli Pengarang : Lintang Sugianto Penerbit : Republika Tahun Terbit : Juli 2007 Jumlah Halaman : 1-547 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam melakukan penelitian. Tanpa upaya pengumpulan data berarti penelitian tidak dapat dilakukan. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data Sugiyono, 2010: 224. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik baca dan teknik catat. 1. Teknik baca Peneliti membaca novel Matahari di Atas Gilli untuk memahami keseluruhan isi novel tersebut. 2. Teknik catat Setelah membaca novel Matahari di Atas Gilli, peneliti mencatat hal-hal penting dalam novel yang berkenaan dengan unsur-unsur intrinsik dalam novel tersebut khususnya unsur tema dan amanat. Hal yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah penelitian terdahulu atau penelitian relevan, buku-buku yang terkait dengan metode kontekstual, teori sastra, dan skripsi.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen berarti alat yang digunakan untuk menumpulkan data. Selama ini yang dikenal umum adalah test, interview, observasi, atau angket. Tetapi dalam penelitian sastra instrumennya adalah peneliti itu sendiri. Posisi peneliti sebagai instrumen terkait dengan ciri penelitian sastra yang berorientasi kepada teks, bukan kepada sekelompok individu yang menerima perlakuan tertentu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI treatment. Data diperoleh secara alamiah dari teks berdasarkan parameter atau kriteria tertentu Siswantoro, 2010: 73. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah teks itu sendiri yang berupa isi dari novel Matahari di Atas Gilli. Selain itu digunakan alat-alat bantu berupa ringkasan penting terkait isi novel tersebut. Ringkasan tersebut digunakan sebagai alat bantu untuk menemukan unsur tema dan amanat dalam novel Matahari di Atas Gilli.

F. Teknik Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian yang berjudul “Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Matahari di Atas Gilli Karya Lintang Sugianto dengan Metode Kontekstual untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1” adalah analisis deskriptif. Langkah awal dalam analisis penelitian ini adalah mendeskripsikan unsur tema dan amanat dalam novel Matahari di Atas Gilli. Langkah-langkah yang digunakan peneliti dalam menganalisis data adalah sebagai berikut. 1. Peneliti terlebih dahulu membaca keseluruhan isi novel Matahari di Atas Gilli karya Lintang Sugianto 2. Peneliti meringkas hal-hal penting yang terdapat dalam novel Matahari di Atas Gilli karya Lintang Sugianto 3. Peneliti menganalisis unsur tema dan amanat dalam novel Matahari di Atas Gilli karya Lintang Sugianto dengan menggunakan metode kontekstual 4. Peneliti merelevansikan novel Matahari di Atas Gilli karya Lintang Sugianto ke dalam pembelajaran sastra untuk siswa SMA kelas XI semester 1 yaitu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pada KD 7.2 menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesiaterjemahan. Pada penelitian ini khusus mencari unsur intrinsik saja yaitu pada unsur tema dan amanat dalam novel Matahari di Atas Gilli karya Lintang Sugianto.