psikologis remaja adalah individu pada usia dimana ia berintegrasi dengan masyarakat dewasa, masa dimana anak merasa berada dalam tingkatan yang sama
dengan orang-orang yang lebih tua paling tidak terkait dengan hak Santrock, 2003. Masa remaja awal berlangsung dalam rentang usia 13-16 tahun, sedangkan
masa remaja akhir berlangsung dalam rentang usia 16-18 tahun Santrock, 2003.
2. Karakteristik Remaja
Pemikiran remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman-pengalaman nyata dan konkret melainkan sudah mampu membayangkan kejadian atau rekaan situasi
berupa kemungkinan hipotesis ataupun abstrak Santrock, 2003. Hal ini sejalan dengan teori kognitif Piaget dimana individu pada masa remaja berpikir secara
abstrak tahap pemikiran operasional-formal. Beragam tugas perkembangan disertai dengan kekaburan dan kebingungan
akan identitas diri menimbulkan konflik yang berbeda-beda pada tiap individu. Hal ini membuat masa remaja sering dianggap sebagai periode yang penuh ”badai
dan tekanan”. Periode ini sangat menonjol terjadi pada masa remaja awal Santrock, 2003 Sesuai dengan tugas perkembangannya remaja awal diharuskan
untuk mulai dapat mandiri secara psikologis, termasuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi, dan hal tersebut bukanlah hal yang mudah bagi
remaja.
3. Keadaan Emosi Remaja
Emosi merupakan perasaan-perasaan atau respon efektif yang dihasilkan gejolak fisiologis, pikiran-pikiran, dan kepercayaan-kepercayaan, evaluasi
subjektif dan ekspresi tubuh Abella, 1999. Pada periode perubahan, emosi remaja menjadi lebih tinggi yang
intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Adapun meningginya emosi terutama karena remaja berada di bawah
tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru. Remaja awal seringkali mudah marah, mudah dirangsang dan emosinya cenderung meledak, dan sulit
mengendalikan perasaannya. Pola emosi remaja awal terlihat jelas dari kematangan emosi berupa
pengendalian dan pelepasan emosi mereka, terutama dalam lingkungan terdekatnya Dariyo, 2002. Untuk mencapai kematangan emosi, remaja harus
belajar memperoleh gambaran tentang situasi-situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan membicarakan
berbagai masalah pribadinya dengan orang lain. Selain itu remaja juga dapat belajar menggunakan katarsis emosi untuk menyalurkan emosinya, dengan
latihan fisik, bermain dan bekerja, serta tertawa, menangis, ataupun berteriak Dariyo, 2002.
4. Hubungan Interpersonal Remaja Dengan Teman Sebaya