bagi organisasi, para anggota organisasi yang bersangkutan lupa bahwa keberhasilan satu kelompok yang bekerja sendirian belum
menjamin keberhasilan organisasi sebagai keseluruhan. Dengan demikian diperlukan integrator terutama pada hirarki puncak
organisasi. Integrator itu adalah pimpinan. Setiap pimpinan, terlepas dari hirarki jabatannya dalam organisasi, sesungguhnya adalah
integrator. Hanya saja cakupan dan intensitasnya berbeda-beda. Artinya, semakin tinggi kedudukan seseorang dalam hirarki
kepemimpinan dalam organisasi, semakin penting pula makna peranan tersebut. Hanya pimpinanlah yang berada “di atas semua orang dan
semua satuan kerja” yang memungkinkannya menjalankan peranan integratif.
2.2.4.3 Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat seseorang tersebut mencoba mempengaruhi
perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Dalam prakteknya, seorang pemimpin ketika mengelola sumber daya manusia dalam organisasi untuk
mau mengikuti perintahnya, dan pada akhirnya bisa mencapai tujuan yang ingin dicapai tentu memiliki gaya kepemimpinana Leadership Styles
yang berbeda antara satu dengan yang lain. Pemilihan gaya kepemimpinan yang benar disertai dengan motivasi eksternalyang tepat dapat
mengarahkan pencapaian tujuan perseorangan maupun tujuan organisasi. Sebaliknya, pemilihan gaya kepemimpinan yang salah dan teknik
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
memotivasi yang salah, tujuan organisasiakan terbengkalai dan pekerja- pekerja dapat merasa kesal, gelisah, berontak dan dan tidak puas.
Berdasarkan hasil ekperimen mengenai gaya melaksanakan kepemimpinan yang dilakukan oleh para ahli psikologi, Lewis, Lippit dan White, yang
dikutip oleh Masmuh 2008: 265, ditemukan ada tiga macam gaya kepemimpinan yang telah dikenal oleh sebagian besar orang, yaitu:
1. Gaya Kepemimpinan Otoriter Seorang pemimpin dalam menentukan kebijakan kelompok atau
membuat keputusan tanpa berkonsultasi atau memastikan persetujuan dari para anggotanya. Pemimpin ini bersifat impersonal. Komunikasi
mengalir dari pemimpin ke pemimpin, tetapi jarang mengalir ke anggota ke anggota. Pimpinan otoriter berusaha untuk meminimumkan
komunikasi antar kelompok, sehingga membuat peran pemimpin menjadi lebih penting. Jadi, pemimpin otoriter mengasumsikan
tanggungjawab terbesar bagi perkembangan kelompok dan menginginkan tidak adanya campur tangan dari para anggota. Anggota
hendaknya menerima keputusan yang telah diputuskan oleh pimpinan. 2. Gaya Kepemimpinan DemokratisPartisipatif
Seorang pemimpin dalam menentukan kebijakan melibatkan anggota kelompok untuk dimintai masukan-masukan. Sehingga tugas
pemimpin selain memberikan pengarahan juga mengijinkan kelompok untuk mengembangkan dan melaksanakan cara yang dikehendaki para
anggotanya.para anggota kelompok didorong untuk menentukan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
sasaran dan prosedur. Jadi, pemimpin demokrasi memberikan stimuli kepada anggota kelompok agar timbul pengarahan sendiri dan
aktualisasi diri. 3. Gaya Kepemimpinan Laissez-Faire lepas-kendali
Seorang pimpinan dalam menentukan kebijakan tidak memiliki inisiatif untuk mengarahkan atau menyarankan alternatif tindakan.
Akan tetapi, pemimpin ini lebih mengijinkan kelompok untuk mengembangkan dan melaksanakan sendiri pekerjaannya, bahkan
termasuk juga mengijinkan untuk melakukan kesalahan. Pemimpin semacam ini menolak setiap wewenang yang diberikan. Pemimpin
lepas-kendali hanya menjawab pertanyaan dan memberikan informasi yang relevan jika diminta secara khusus. Pimpinan ini hanya sedikit
memberikan pemantapan kepada kelompok. Pada saat yang sama, pemimpin ini tidak akan menghukum anggotanya, sehingga ia pun
tidak terancam. Ketiga gaya ini memiliki beberapa karakteristik ciri khas masing-
masing yang berbeda dan dapat dirangkum dalam tabel berikut:
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Tabel 2. Karakteristik Tiga Gaya Kepemimpinan OTOKRATIS
DEMOKRATIS LAISSEZ-FAIRE
1.Semua penentuan kebijaksanaan
dilakukan oleh pimpinan.
1.Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok
diskusi dan keputusan diambil dengan
dorongan dan bantuan dari pimpinan.
1.kebebasan penuh bagi keputusan
kelompok atau individu, dengan
partisipasi minimal dari pemimpin.
2.Teknik-teknik dan langkah-langkah
kegiatan didekte oleh atasan setiap waktu,
sehingga langkah- langkah yang akan
datang selalu tidak pasti untuk tingkat
yang luas. 2.Kegiatan-kegiatan
didiskusikan, langkah- langkah umum untuk
tujuan kelompok dibuat, dan bila
dibutuhkan petunjuk- petunjuk teknis,
pemimpin menyarankan dua atau
lebih alternatif prosedur yang dapat
dipilih. 2.Bahan-bahan
yang bermacam- macam disediakan
oleh pemimpin yang membuat
orang selalu siap bila dia akan
memberikan informasi pada saat
ditanya. Dia tidak mengambil bagian
dalam diskusi kerja.
3.Pemimpin biasanya mendekte tugas kerja
bagian dan kerja bersama setiap
anggota. 3.Para anggota bebas
bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih,
dan pembagian tugas ditentukan oleh
kelompok. 3.Sama sekali tidak
ada partisipasi dari pemimpin dalam
penentuan tugas.
4.Pemimpin cenderung menjadi “pribadi”
dalam pujian dan kecamannya terhadap
kerja setiap anggota: mengambil jarak dari
partisipasi kelompok aktif kecuali bila
menunjukkan keahliannya.
4.Pemimpin adalah obyektif dalam pujuian
dan kecamannya, dan mencoba menjadi
seorang anggota kelompok biasa dalam
jiwa dan semangat tanpa melakukan
banyak pekerjaan. 4.Kadang-kadang
memberi komentar spontan terhadap
kegiatan anggota atau pertanyaan dan
tidak bermaksud menilai atau
mengatur suatu kejadian.
Sumber: Masmuh 2008: 266
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
2.2.4.4 Teori-Teori Kepemimpinan