Keracunan Pestisida Kerangka Pikir Jenis Penelitian

tanaman hingga habis. Tidak membuang sisa cairan semprot di sembarang tempat, karena akan menyebabkan pencemaran lingkungan. b. Cuci tangki yang telah kosong dan peralatan lainnya sebersih mungkin sebelum disimpan. Simpan peralatan semprot yang telah dicuci terpisah dari dapur, tempat makanan, kamar mandi, dan kamar tidur, serta jauhkan dari jangkauan anak-anak. c. Air bekas cucian sebaiknya tidak mencemari saluran air, kolam ikan, sumur, sumber air, atau lingkungan perairan lainnya. d. Memusnahkan membakar kantongwadah bekas pestisida atau bekas pestisida, atau menguburnya ke dalam tanah di tempat yang aman. e. Cuci pakaian yang digunakan selama penyemprotan pestisida. f. Setelah selesai bekerja dengan pestisida segera cuci tangan dan mandi dengan air bersih dan menggunakan sabun. Djojosumiarto, 2000

2.5. Keracunan Pestisida

Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh manusia dengan cara sedikit demi sedikit dan mengakibatkan keracunan kronis, dan dapat pula berakibat racun akut apabila masuk ke dalam tubuh dalam jumlah yang cukup Wudianto,2001. Ada 2 tipe keracunan yang ditimbulkan pestisida, yaitu Quijano, 1999: 1. Keracunan akut Keracunan akut terjadi bila efek-efek keracunan pestisida dirasakan langsungpada saat itu. Beberapa efek kesehatan akut adalah sakit kepala, pusing, mual, sakitdada, muntah-muntah, kudis, sakit otot, keringat berlebih, Universitas Sumatera Utara kram, diare, sulit bernafas,pandangan kabur, bahkan dapat menyebabkan kematian.Berdasarkan luas keracunan yang ditimbulkan keracunan akut dapat dibagi 2efek, yaitu: a. Efek lokal, terjadi bila efek hanya mempengaruhi bagian tubuh yang terkenakontak langsung dengan pestisida. Biasanya berupa iritasi, seperti rasa kering,kemerahan dan gatal-gatal di mata, hidung, tenggorokan dan kulit, mataberair, batuk, dan sebagainya. b. Efek sistemik muncul bila pestisida masuk ke dalam tubuh manusia danmempengaruhi seluruh sistem tubuh. Darah akan membawa pestisida keseluruh bagian dari tubuh dan memengaruhi mata, jantung, paru-paru, perut,hati, lambung, otot, usus, otak, dan syaraf. 2. Keracunan kronis Keracunan kronis terjadi bila efek-efek keracunan pada kesehatanmembutuhkan waktu untuk muncul atau berkembang. Efek-efek jangka panjang inidapat muncul setelah berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah terkenapestisida. Pestisida memberikan dampak kronis pada sistem syaraf, hati, perut, systemkekebalan tubuh, keseimbangan hormon, kanker. Bayi juga dapat terkena pestisidaketika diberi ASI, dapat terjadi jika ibunya terkena pestisida.

2.6. Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme makhluk hidup yang bersangkutan. Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau Universitas Sumatera Utara aktivitas manusia, baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diaati oleh pihak luar Notoatmodjo,2007 Skinner 1938 merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus rangsangan dari luar. Oleh karena itu, perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, kemudian organisme tersebut merespon. Skinner membedakan respon tersebut menjadi dua yaitu: 1. Respondent respons atau reflective, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan stimulus tertentu. 2. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation karena memperkuat respon. Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yakni: 1. Perilaku tertutup covert behavior, yaitu respon yang terselubung atau tertutup terhadap stimulus. Respon ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuankesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut. 2. Perilaku terbuka overt behavior, yaitu respon terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka yang dengan mudah dapat dilihat orang lain. Respon yang diberikan terhadap stimulus sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain pada orang yang bersangkutan. Meskipun stimulusnya sama tapi respon yang diberi satu orang bisa saja berbeda dengan orang lain. Faktor-faktor Universitas Sumatera Utara yang membedakan respon disebut determinan perilaku. Menurut Notoatmodjo dalam buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan 2003, terdapat dua determinan perilaku, yaitu: 1. Determinan internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat bawaan, misalnya: tingkat kecerdasan, emosional, dan jenis kelamin. 2. Determinan eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Benyamin Bloom, seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia menjadi tiga domain, yaitu kognitif cognitive, afektif affective, dan psikomotor psychomotor. Di dalam perkembangannya, teori Blum ini diimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yaitu:

2.6.1. Pengetahuan knowledge

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk suatu tindakan seseorang over behavior. 1. Proses adopsi perilaku Menurut Rogers 1974, sebelum orang mengadopsi perilaku baru berperilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: a. Awareness kesadaran, yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus objek terlebih dahulu. b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus, Universitas Sumatera Utara c. Evaluation menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. 2. Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif Ada enam tingkatan pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif, yakni: a. Tahu Know, diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. b. Memahami Comprehension, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi Aplication, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real sebenarnya. d. Analisis Analysis, diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis Synthesis, menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi Evaluation, berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Universitas Sumatera Utara Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari responden.

2.6.2. Sikap Attitude

Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup Notoatmodjo,2003 1. Komponen sikap Dalam Allport 1954 seperti yang dikutip Notoatmodjo 2003, dijelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok, yaitu: a. Kepercayaan keyakinan, ide, dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap objek. c. Kecenderungan untuk bertindak. 2. Berbagai tindakan sikap Sikap memiliki beberapa tingkatan, yakni: a. Menerima receiving, diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan. b. Merespon responding, diartikan bahwa orang mau memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Universitas Sumatera Utara c. Menghargai valuing, diartikan bahwa orang mau mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. d. Bertanggung jawab responsible, diartikan bahwa orang mau bertanggungjawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala risiko. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pengukuran secara langsung dilakukan dengan menanyakan pendapat atau pernyataan responden tentang suatu objek, sedangkan pengukuran tidak langsung dilakukan dengan memberikan hipotesis-hipotesis dan kemudian menanyakan pendapat responden.

2.6.3. Praktik atau Tindakan Practice

Suatu sikap belum tentu terwujud menjadi tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi tindakan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas, dan dukungan pihak lain. Praktik mempunyai beberapa tingkatan, yakni: a. Persepsi perception, yaitu mengenal dan memilih objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. b. Respons terpimpin guided respons, yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh. c. Mekanisme Mecanism, yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar dan secara otomatis menjadi kebiasaan. Universitas Sumatera Utara d. Adopsi Adoption, adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Pengukuran tindakan dapat dilakukan dengan wawancara atau observasi langsung terhadap kegiatan responden. Notoatmodjo,2003

2.7. Kerangka Pikir

Tindakan Penggunaan Pestisida - Pemilihan - Penyimpanan - Pencampuran - Penyemprotan Sikap Pengetahuan Universitas Sumatera Utara BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk melihat gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan petani penyemprot pada penggunaan pestisida di Desa Sugihen Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Dokumen yang terkait

Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor Produksi Pada Usahatani Stroberi Di Desa Dolat Rayat Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo

8 63 83

Pengetahuan, Sikap, Tindakan Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Aktifitas Cholinesterase Pada Darah Di Desa Sempajaya Kecamatan Berastagi Tahun 2005

0 31 77

Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Petani Dalam Penggunaan Pestisida

0 7 98

Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Petani Sayuran dalam Penggunaan Pestisida di Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara

1 3 75

Tindakan Petani Penyemprot Pestisida di Desa Pantai Cermin Kecamatan Tanjungpura Kabupaten Langkat Tahun 2015

3 37 82

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PENGGUNAAN PESTISIDA DENGAN TINGKAT KERACUNAN Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Penggunaan Pestisida Dengan Tingkat Keracunan Pestisida Pada Petani Di Desa Kembang Kuning Kecamatan Cepogo.

0 5 12

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Penggunaan Pestisida Dengan Tingkat Keracunan Pestisida Pada Petani Di Desa Kembang Kuning Kecamatan Cepogo.

0 1 17

PENDAHULUAN Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Penggunaan Pestisida Dengan Tingkat Keracunan Pestisida Pada Petani Di Desa Kembang Kuning Kecamatan Cepogo.

0 1 8

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Penggunaan Pestisida Dengan Tingkat Keracunan Pestisida Pada Petani Di Desa Kembang Kuning Kecamatan Cepogo.

1 7 4

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Petani Penyemprot pada Penggunaan Pestisida di Desa Sugihen Kecamatan Dolat Rayat Tahun 2013

0 0 12