Pengetahuan Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Tingkat pendidikan merupakan hal penting dalam peningkatan pengetahuan seseorang. Notoatmodjo 1993 menyatakan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Semakin tinggi pendidikanpengetahuan seseorang maka semakin tinggi pula kesadarannya melakukan tindakan yang benar. Selain itu tingkat pendidikan juga berkaitan dengan kemampuan membaca petunjuk penggunaan yang tertera pada label kemasan pestisida. Sedangkan berdasarkan waktu petani bekerja dalam satu hari, responden paling banyak bekerja dari ≤ 4 jam per hari yaitu sebanyak 25 orang. Menurut kementrian pertanian 2011, lama penyemprotan yang baik adalah tidak lebih dari 4 jam dalam satu hari, dan berdasarkan Permenaker Nomor 03 Tahun 1986, waktu kontak dengan pestisida tidak boleh melebihi 5 jam dalam sehari dan 30 jam dalam seminggu. Jika dikaitkan dengan teori ini maka tindakan penyemprotan petani di Desa Sugihen masih termasuk aman. Berdasarkan lamanya petani bekerja sebagai penyemprot sepanjang hidupnya responden paling banyak berada pada rentang 1 – 6 tahun yaitu sebanyak 11 orang 36,6, dan paling sedikit adalah 30 tahun. Semakin lama petani bekerja menggunakan pestisida maka semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya penumpukan racun dalam tubuh dan pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya keracunan kronis.

5.2. Perilaku

5.2.1. Pengetahuan

Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel indikator pengetahuan diperoleh 30 orang 100 responden mengetahui bahwa pestisida harus yang digunakan sesuai dengan organism sasaran. Sebanyak 26 orang 86,7 responden juga mengetahui pestisida terdiri dari berbagai jenis seperti fungisida dan insektisida. Namun petani pada umumnya lebih mengenal bahasa sehari-hari dari jenis pestisida ini seperti “pembunuh jamur” untuk fungisida dan “pembunuh serangga” untuk insektisida. Sebanyak 29 orang 96,7 responden mengetahui bahwa penyimpanan pestisida harus dilakukan di ruangan khusus yang terhindar dari sinar matahari langsung jauh dari jangkauan anak-anak. Hal ini sudah sesuai dengan pernyataan Sudarmo 1992 bahwa pestisida harus disimpan di tempat yang khusus dan dikunci agar jauh dari jangkauan anak-anak dan tidak terkena sinar matahari langsung. Menurut petani pestisida yang terkena sinar matahari secara langsung dapat mengurangi keefektifannya membunuh hama. Namun 1 orang 3,3 responden berpendapat pestisida boleh disimpan dimana saja asal mudah dijangkau sehingga tidak merepotkan ketika hendak melakukan penyemprotan. Hal ini cukup membahayakan karena pestisida yang disimpan di sembarang tempat dapat dengan mudah dijangkau anak-anak dan dijadikan mainan, dimakan atau diminum. Sebanyak 18 orang 60 responden mengetahui pencampuran atau pengenceran pestisida harus dilakukan di ruangan terbuka, tetapi 12 orang 40 responden mengatakan pencampuran sebaiknya dilakukan di ruangan tertutup untuk menghindari adanya hembusan angin yang dapat menyebabkan terbangnya pestisida mengenai tubuh petani. Hal ini bertentangan dengan teori bahwa pencampuran pestisida sebaiknya dilakukan di tempat yang memiliki sirkulasi udara yang baik Universitas Sumatera Utara karena di tempat tertutup pestisida memiliki daya racun yang lebih tinggi sehingga dapat mengakibatkan keracunan melalui pernapasan Djojosumarto, 2008. Sebanyak 18 orang 60 responden mengetahui tidak semua jenis pestisida dapat dicampur. Mereka mengatakan beberapa jenis pestisida apabila dicampur dapat menyebabkan berkurangnya daya bunuh pestisida. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wudianto 2001 bahwa pencampuran pestisida yang menghasilkan senyawa garam dapat mengurangi daya bunuhnya. Namun petani kurang mengetahui sifat-sifat pestisida seperti apa yang tidak bisa dicampur tersebut. Menurut Djojosumiarto 2000, pencampuran pestisida tidak dapat dilakukan apabila sasaran dan bahan aktifnya sama, pencampuran menimbulkan efek buruk, seperti fototoksik, antagonisme, atau penggumpalan, dan apabila pencampuran membahayakan keselamatan kerja. Pada kenyataan di lapangan banyak petani yang mencampur pestisida dengan jenis yang sama, misalnya dua insektisida yang berbeda merek dagang dicampur ketika hendak melakukan penyemprotan. Sebanyak 12 orang 40 responden mengatakan semua jenis pestisida dapat dicampur karena semakin banyak jenis pestisidanya maka akan semakin ampuh membunuh hama tanaman. Hal ini bertentangan dengan salah satu dari lima asas prinsip penggunaan pestisida menurut Deptan 2011 yaitu tepat jenis, dimana jenis pestisida yang digunakan harus sesuai dengan sasaran yang akan dibasmi. Keseluruhan responden mengetahui waktu penyemprotan yang baik adalah pagi hari pada pukul 08.00 – 11.00 WIB dan sore hari pada pukul 15.00 – 18.00 WIB. Petani berpendapat bahwa penyemprotan pada siang hari dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan pestisida membunuh hama tanaman. Hal ini sudah benar Universitas Sumatera Utara karena Djojosumiarto 2008 mengatakan penyemprotan yang terlalu pagi atau terlalu sore menyebabkan pestisida yang menempel pada bagian tanaman sulit kering sehingga terjadi keracunan tanaman, sedangkan penyemprotan pada siang hari menyebabkan bahan aktif pestisida menjadi terurai oleh sinar matahari sehingga daya bunuhnya menjadi berkurang. Keseluruhan petani mengetahui bahwa APD harus digunakan pada saat mencampur, menyemprot, dan mencuci peralatan yang digunakan untuk menyemprot pestisida meskipun mereka tidak mengetahui APD apa saja yang dibutuhkan selama melakukan pengelolaan pestisida. Pada umumnya petani menganggap APD yang penting adalah masker dan kacamata saja. Padahal menurut Deptan 2011, APD lengkap yang dibutuhkan seorang petani penyemprot selama melakukan penggunaan pestisida adalah sarung tangan, baju lengan panjang, celana panjang, topi, sepatu kebun, dan masker bersih. Sebanyak 29 orang 96,7 responden mengetahui dosis penggunaan pestisida harus sesuai dengan keterangan pada label kemasan. Para petani beranggapan dosis yang tertera pada label adalah dosis yang terbaik menurut anjuran para ahli namun dosis itu belum tentu sesuai dengan kebutuhan mereka. Sebanyak 1 orang 3,3 responden menganggap dosis penggunaan pestisida yang tidak sesuai dengan label tidak menimbulkan masalah apapun. Hal ini merupakan pengetahuan yang salah karena penggunaan dosis pestisida yang melebihi anjuran tidak hanya membahayakan tanaman atau lingkungan tetapi juga petani yang menyemprot. Semakin tinggi dosis yang digunakan maka akan semakin tinggi pula kadar racun di dalam campuran pestisida. Apabila campuran pestisida terkena ke tubuh petani ketika Universitas Sumatera Utara menyemprot maka campuran pestisida dengan dosis yang tinggi akan lebih membahayakan. Sebanyak 13 orang 43,3 responden mengetahui wadah pestisida yang telah habis dipakai harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur. Wadah pestisida berbahaya jika digunakan untuk keperluan lain seperti digunakan sebagai botol minum, mainan anak-anak, atau tempat menyimpan benda-benda lain. Selain itu, wadah pestisida yang dibiarkan begitu saja di sekitar lahan pertanian juga dapat menyebabkan terbunuhnya organisme-organisme kecil yang berperan dalam menyuburkan tanah. Sebanyak 27 orang 90 responden mengetahui pestisida dapat membunuh organisme lain di sekitar tanaman. dan keseluruhan responden mengetahui bahwa pestisida dapat membahayakan kesehatan manusia yang terpapar oleh pestisida tersebut. -- Sebanyak 17 orang 56,7 responden tidak mengetahui bahwa wadah pestisida yang telah habis terpakai harus dimusnahkan. Petani beranggapan wadah pestisida tidak menimbulkan masalah apapun meski tidak dimusnahkan. Bahkan beberapa petani mengaku mengizinkan anak-anak mereka menggunakan botol bekas pestisida sebagai mainan. Sebanyak 3 orang 10 responden tidak mengetahui pestisida dapat membunuh organisme lain di sekitar tanaman. mereka beranggapan pestisida hanya akan membunuh hama pada tanaman saja. Keseluruhan responden mengetahui bahwa pestisida berbahaya bagi manusia yang terpapar olehnya namun pada umumnya Universitas Sumatera Utara petani beranggapan bahwa pestisida hanya berbahaya apabila termakan atau terminum dalam jumlah yang banyak. Keluhan seperti sakit kepala, pusing, mual atau gatal-gatal tidak dianggap sebagai efek dari penggunaan pestisida. Secara umum dapat disimpulkan bahwa pengetahuan petani penyemprot mengenai penggunaan pestisida sudah cukup baik. Hal ini dapat kita lihat dari persentase petani yang menjawab tahu lebih banyak dibandingkan dengan petani yang menjawab tidak tahu.

5.2.2. Sikap

Dokumen yang terkait

Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor Produksi Pada Usahatani Stroberi Di Desa Dolat Rayat Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo

8 63 83

Pengetahuan, Sikap, Tindakan Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Aktifitas Cholinesterase Pada Darah Di Desa Sempajaya Kecamatan Berastagi Tahun 2005

0 31 77

Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Petani Dalam Penggunaan Pestisida

0 7 98

Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Petani Sayuran dalam Penggunaan Pestisida di Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara

1 3 75

Tindakan Petani Penyemprot Pestisida di Desa Pantai Cermin Kecamatan Tanjungpura Kabupaten Langkat Tahun 2015

3 37 82

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PENGGUNAAN PESTISIDA DENGAN TINGKAT KERACUNAN Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Penggunaan Pestisida Dengan Tingkat Keracunan Pestisida Pada Petani Di Desa Kembang Kuning Kecamatan Cepogo.

0 5 12

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Penggunaan Pestisida Dengan Tingkat Keracunan Pestisida Pada Petani Di Desa Kembang Kuning Kecamatan Cepogo.

0 1 17

PENDAHULUAN Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Penggunaan Pestisida Dengan Tingkat Keracunan Pestisida Pada Petani Di Desa Kembang Kuning Kecamatan Cepogo.

0 1 8

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Penggunaan Pestisida Dengan Tingkat Keracunan Pestisida Pada Petani Di Desa Kembang Kuning Kecamatan Cepogo.

1 7 4

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Petani Penyemprot pada Penggunaan Pestisida di Desa Sugihen Kecamatan Dolat Rayat Tahun 2013

0 0 12