10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Kurikulum SD 2013
a. Pengertian kurikulum
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara
yang digunakan
sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Menurut Kemendikbud, 2013:108 pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan kurikulum Berbasis
Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara
terpadu. b.
Rasional Dan Elemen Perubahan Kurikulum SD 2013 Menurut permendikbud, nomor 68 tahun 2013 tentang kerangka
dasar dan struktur kurikulum sekolah menengah pertamamadrasah tsanawiyah kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor
sebagai berikut: 1
Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu
kepada 8 delapan Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar
pendidikan dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar
penilaian pendidikan. Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan
penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif
15-64 tahun lebih banyak dari usia tidak produktif anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas.
Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70. Oleh
sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar sumberdaya manusia usia produktif yang
melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui
pendidikan agar tidak menjadi beban. 2
Tantangan Eksternal Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus
globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan
informasi,
kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional.
3 Penyempurnaan Pola Pikir
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut:
a Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi
pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang
dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama; b
Pola pembelajaran satu arah interaksi guru-peserta didik menjadi pembelajaran interaktif interaktif guru-peserta
didik-masyarakat-lingkungan alam, sumbermedia lainnya; c
Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja
dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet;
d Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari
pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains;
e Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok berbasis tim;
f Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran
berbasis alat multimedia;
g Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan
pelanggan users dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik;
h Pola
pembelajaran ilmu
pengetahuan tunggal
monodiscipline menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak multidisciplines; dan
i Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.
Secara lengkap
penyempurnaan pola
pikir dalam
pengembangan kurikulum 2013 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1: Penyempurnaan Pola Pikir
KONDISI SEBELUM KONDISIS SAAT INI IDEAL
Berpusat pada Guru Berpusat pada Siswa
Satu Arah Interaktif
Isolasi Lingkungan Jejaring
Pasif Aktif
‐Menyelidiki MayaAbstrak
Konteks Dunia Nyata Pribadi
Pembelajaran Berbasis Tim Menuju Luas semua materi diajarkan
Perilaku Khas Memberdayakan Kaidah Keterikatan
Stimulasi Rasa Tunggal beberapa panca indera
Stimulasi ke Segala Penjuru semua Panca indera
Alat Tunggal papan tulis Alat
Multimedia berbagai
peralatan teknologi pendidikan
Hubungan Satu Arah Kooperatif
Produksi Masa siswamemperoleh dokumen
yang sama Kebutuhan Pelanggan siswa mendapat
dokumen sesuai dengan ketertarikan sesuai potensinya
Usaha Sadar Tunggal mengikuti cara yang
seragam Jamak keberagaman inisiatif
individu siswa
Satu Ilmu PengetahuanBergeser
mempelajari satu sisi pandang ilmu
Pengetahuan Disiplin Jamak pendekatan multidisiplin
Kontrol terpusat kontrol oleh guru
Otonomi dan Kepercayaan siswa diberi tanggungjawab
Pemikiran Faktual Kritis membutuhkan pemikiran kreatif
Penyampaian Pengetahuan pemindahan ilmu dari guru
ke siswa Pertukaran Pengetahuan antara guru dan
siswa, siswa dan siswa lainnya
4 Penguatan Tata Kelola Kurikulum
Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai daftar matapelajaran. Pendekatan Kurikulum
2013 untuk Sekolah Menengah PertamaMadrasah Tsanawiyah diubah sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena
itu dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut:
a Tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi
tata kerja yang bersifat kolaboratif; b
Penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan
manajemen kepala
sekolah sebagai
pimpinan kependidikan educational leader; dan c
Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran.
5 Penguatan Materi
Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik.
c. Penguatan Pendidikan Karakter
Dalam Kemendiknas, 2010:2 mengutip isi Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”. Tujuan pendidikan nasional itu merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus
dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu, rumusan
tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil
internalisasi berbagai kebajikan virtues yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.
Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain.
Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena itu, pengembangan
karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena manusia hidup dalam
lingkungan sosial dan budaya tertentu, maka pengembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan
budaya yang berasangkutan. Artinya, pengembangan budaya dan karakter bangsa hanya dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan
yang tidak melepaskan peserta didik dari lingkungan sosial,budaya masyarakat, dan budaya bangsa.
Adisusilo 2012:79 mengutip pendapat Daniel Goleman bahwa pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai yang mencakup 9 nilai
dasar yang saling terkait, yaitu:
1 Responsibility adalah pendidikan karakter yang menekankan
pada penanaman nilai untuk memperjuangankan nilai rasa tanggung jawab;
2 Respect adalah pendidikan karakter yang menekankan pada
penanaman nilai untuk memperjuangankan nilai rasa hormat; 3
Fairness adalah pendidikan karakter yang menekankan pada penanaman nilai untuk memperjuangkan nilai keadilan;
4 Courage adalah pendidikan karakter yang menekankan pada
penanaman nilai untuk memperjuangkan nilai keberanian; 5
Honesty adalah pendidikan karakter yang menekankan pada penanaman nilai untuk memperjuangkan nilai kejujuran;
6 Citizenship adalah pendidikan karakter yang menekankan pada
penanaman nilai untuk memperjuangkan nilai rasa kebangsaan; 7
Self-discipline adalah
pendidikan karakter
yang menekankanpada penanaman nilai untuk memperjuangkan nilai
disiplin diri; 8
Caring adalah pendidikan karakter yang menekankan pada penanaman nilai untuk memperjuangkan nilai peduli dan
9 Perseverance adalah pendidikan karakter yang menekankan
pada penanaman nilai untuk memperjuangkan nilai ketekunan. Lebih lanjut dia mengatakanbahwa pendidikan nilai harus dimulai
dari rumah, dikembangkan di lembaga pendidikan sekolah dan diterapkan secara nyata dalam masyarakat termasuk masyarakan
politik, industri, usaha, dan lain-lain dalam pandangannya pendidikan nilai atau karakter amat penting sebab menurut hasil penelitiannya,
keberhasilan atau sukses hidup seseorang itu kecerdasan emosional, kecerdasan sosial dan kecerdasan spiritual dan hanya 20 ditentukan
oleh kecerdasan intelektualnya. d.
Pendekatan Tematik Integratif 1
Pengertian Menurut Sugiyanto 2010:126 pembelajaran tematik
integratif atau pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang diaplikasikan pada semua jenjang
pendidikan, mulai dari tingkat sekolah Dasar SDMI sampai dengan
Sekolah Menengah
Pertama SMPMTS.
Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individu maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep
serta prinsip secara holistik dan pembelajaran ini merupakan model yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan.
Humphreys, Post and Ellis dalam Indrawati 2009:17, menyatakan “Studi terpadu adalah studi dimana siswa dapat
mengeksplorasikan pengetahuan mereka dalam berbagai mata pelajaran yang berkaitan dengan aspek-aspek tertentu dari
lingkungan mereka”. Ia melihat pertautan antara kemanusiaan, seni komunikasi, ilmu pengetahuan alam, matematika, studi sosial, musik
dan seni. Keterampilan dan pengetahuan dikembangakan dan diterapkan di lebih dari satu wilayah studi.
Model pembelajaran tematik menutut kemampuan belajar siswa untuk mengembangkan kemampuan akademik maupun
kreativitasnya. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses
pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai
pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt,
termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.
Menurut Rusman 2012: 254 pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu integrated
instruction yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok,
aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsi-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik. Menurut Ujang Sukardi, dkk
dalam Sugiyanto 2010: 127 pengajaran terpadu pada dasarnya sebagai kegiatan mengajar dengan memadukan beberapa mata
pelajaran dalamsatu tema. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan
pokok yang menjadikan pokok pembicaraan, Poerwadarminta dalam Rusman 2012:254.
Berdasarkan pengertian-pengetian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan yang
memadukan beberapa pokok bahasan dalam sebuah tema dari beberapa mata pelajaran yang saling terkait yang dipelajari dalam
waktu bersamanan. Materi pembelajaran yang dipadukan dalam satu tema perlu mempertimbangkan karakteristik siswa, seperti minat,
kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal. Pembelajaran tematik
dikatakan pembelajaran
bermakna karena
dalam pengajarannya anak akan memahami konsep-konsep yang mereka
pelajari melalui pengamatan langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang mereka pahami sebelumnya.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu learning by doing. Oleh
karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa.
Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan
konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan
pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan
tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan holistik.
Dalam pembelajaran tematik perhatian dan motivasi siswa menjadi sangat penting. Perhatian menjadi sangat penting dalam
kegiatan belajar. Gege dan Liner dalam buku Dimyati, dkk 1999:42 menyatakan” tanpa ada perhatian tak mungkin terjadi
belajar”. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan
pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk diperlajari lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Motivasi
mempunyai peran
yang sangat
penting untuk
meningkatkan semangat aktivitas belajar siswa. 2
Karakterikstik Pembelajaran Tematik Menurut Rusman, 2012:258 pembelajaran tematik memiliki
karakteristik-karakteristik sebagai berikut: a
Berpusat pada siswa Pembelajaran tematik berpusat pada siswa student
centered. Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar,
sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, yaitu memberikan kemudahan-kemudahan pada siswa untuk
melakukan aktifitas belajar.
b Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman lansung pada siswa direct experiences. Dengan pengalaman
lansung ini, siswa dihadapkan pada suatu yang nyata konkret sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
c Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran
diarahkan pada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
d Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-kosep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran.
Dengan demikian siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini di perlukan untuk membantu
siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
e Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes fleksibel di mana guru dapat mengkaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran
dengan mata pelajaran lainnya, bahkan mengkaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan di mana
sekolah dan siswa berada.
f Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi
yang dimilikinya sesuai dengan minat dan
kebutuhannya. g
Menggunakan prinsip
belajar sambil
bermain dan
menyenangkan. 3
Tahap-tahap pembelajaran tematik integratif Menurut Ahmadi 2014:225 ada 4 tahap pembelajaran
tematik integratif sebagai berikut: a
Menentukan tema. Dimungkinkan disepakati bersama dengan peserta didik.
b Mengintegrasikan tema dengan kurikulum yang berlaku,
dengan mengedepankan dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
c Mendesain rencana pembelajaran. Tahap ini mencakup
pengorganisasian sumber dan aktifitas ekstrakurikuler dalam rangka mendemonstrasikan kegiatan dalam tema.
d Aktifitas kelompok dan diskusi. Yang memberikan
peluang berpartisipasi dalm mencapai berbagai perspektif dari tema. Hal ini membangun guru dan peserta didik
dalam mengeksplorasi subjek. 4
Rambu-rambu Pembelajaran Tematik
Menurut Rusman 2012:259 ada enam hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran tematik adalah
sebagai berikut: a
Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan. b
Dimungkinkan terjadi penggabungan kompotensi dasar lintas semester.
c Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan
paksa untuk dipadukan. Kompotensi dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarakan secara tersendiri.
d Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu
harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri.
e Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan
membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai- nilai moral.
f Tema yang dipilih harus sesuai dengan karakteristik siswa,
minat, lingkungan dan daerah setempat. 5
Teknik Pembuatan Jaringan Tema Menurut Ahmadi,Amri 2014:210 pembuatan jaringan
tema dapat melalui beberapa tahap yang harus dilalui yaitu: a
Tentukan terlebih tema. Ada dua cara diantaranya:
1 Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasaryang terdapat pada masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan
dengan menentukan tema yang sesuai. 2 Menetapakan terlebih dahulu tema-tema yang pengikat
keterpaduan untuk menentukan tema tersebut, guru dapat bekerjasama dengan siswa-siswa sehingga sesuai dengan minat
dan kebutuhan siswa. b
Menginventarisasi materi-materi yangsesuai dengan tema yang telah ditentukan.
c Mengelompokkan materi-materi yang sudah diinventarisir ke
dalam rumpun mata pelajaranya masing-masing. d
Menghubungkan materi-materi yang telah dikelompokkan dalam rumpun mata pelajaran dengan tema.
6 Kriteria Jaringan Tema yang Baik
a Simpel.
Jaringan tema
dibuat untuk
mempermudah penyusunan perencanaan pembelajaran secara keseluruhan.
b Sinkron. Jaringan tema terdiri dari dua komponen utama yaitu
tema pengikat dan meteri-materi terkait dan bisa masuk dalam cakupannya.
c Logis. Materi yang disaring memang betul-betul merupakan
bagian dari tema. d
Mudah dipahami. Tema yang baik adalah tema yang mudah dipahami oleh semua orang.
e Terpadu. Tema dan materi-materi diikat oleh kesamaan
substansi yang ingin disampikan kepada siswa siswi. 7
Prinsip Penentuan Tema Menurut Ahmadi, Amri 2014:211 menyatakan bahwa
dalam menentukan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu:
a Memperhatikan lingkungan terdekat
b Dari yang mudah menuju yang sulit
c Dari yang konkret menuju yang abstrak
d Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses
berpikirpada diri anak e
Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa termasuk minat dan kebutuhan dan
kemampuan. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk
melaksanakan pembelajaran tematik integratif perlu persiapan yang matang, baik secara mental maupun perangkat pembelajaran atau
materinya. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajran tematik integratif adalah teknik pembuatan jaringan tema. Jaringan tema
dibuat dengan memperhatikan kriteria dan prinsip penentuan tema yang baik. Tema yang baik adalah tema yang memperhatikan perkembangan,
minat, kebutuhan serta kemampuan siswa. e.
Pendekatan Saintifik
Salah satu ciri khas dari kurikulum 2013 adalah menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah.Pendekatan ilmiah
scientific appoach dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring
untuk semua mata pelajaran. Kemendikbud, 2013:167. Langkah-langkah
pembelajaran menggunakan
pendekatan saintifik dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1 : Langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik
Menurut Sudarwan,dalam Majid, 2014:294 pendekatan saintifik bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran,
penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan
dipandu nilai – nilai, prinsip – prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini:
1 Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta
atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penaran tertentu; bukan sebatas kira – kira, khayalan,
legenda atau dongeng semata. 2
Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru – peserta didik terbebas dari prasangka
yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3 Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir
secara kritis, analisis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan
substansi atau materi pembelajaran. 4
Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir berdasarkan hipotesis dalam melihat perbedaan,
kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran.
5 Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu
memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola pikir yang rasional dan objektif dalam merespons substansi
atau materi pembelajaran. 6
Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
7 Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan
jelas namun menarik sistem penyajian. f.
Penilaian Otentik 1
Pengertian Menurut Kurinasih dan Sani, 2014:48 penilain Otentik
merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehesif untuk menilai mulai dari masukan input, proses, dan keluar output
pembelajaran, yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Lebih lanjut ia mengatakan penilaian Otentik
merupakan pendekatan dan instrumen penilaian yang memberikan kesempatan luas
kepada peserta didik untuk menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sudah dimilikinya dalam
bentuk tugas-tugas seperti: a
Membaca dan meringkasnya b
Eksperimen c
Mengamati d
Survei e
Projek f
Makalah g
Membuat multimedia h
Membuat karangan, dan i
Diskusi kelas.
Menurut pusat kurikulum 2009 dalam Majid, 2014:236 menyebutkan bahwa penilain otentik authentic assesment adalah
suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaaan informasi tentang proses dan hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-
prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. Lebih lanjut Ia
menjelaskan penilaian otentik dinamakan penilain kinerja atau penilaian berbasis kinerja karena penilaian ini secara langsung
mengukur performance kinerja aktual nyata siswa dalam hal-hal tertentu.
Untuk mendapatkan pemahaman yang cukup komprehensif mengenai arti penilaian otentik Majid 2014:237 mengutip beberapa
definisi tentang penilaian otentik, yakni sebagai berikut: a
American library
assocition; assesment
otentik didefenisikan sebagai proses evaluasi untuk mengukur
kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap peserta didik pada aktifitas yang relevan dalam pembelajaran.
b Newton public school; penilaian otentik di artikan
sebagai penilaian atas produk dan kinerja yang berhubungan dengan pengalaman nyata peserta didik.
c Jon mueller 2006; penilaian otentik merupakan suatu
bentuk penilaian yang para siswanya diminta untuk menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya
yang mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuan esensial yang bermakna.
d Richard
J. Stinggins 1987; penilaian
otentik menekankan keterampilan dan kompetensi spesifik,
untuk menerapkan keterampilan dan pengetahuan yang sudah di kuasai. Hal ini terungkap dalam cuplikan
kalimat berikut ini: ”performance assesment call upen the examinee to demonstrate specific skills and
competencies, that is to aplay the skills and knowledge they have mastered”stiggins, 1987:34.
2 Ciri-ciri Penilaian Otentik
Menurut Kunandar, 2014: 38 penilaian otentik memiliki beberapa ciri yaitu 1 harus mengukur semua aspek pembelajaran
yaitu kinerja dan produk, 2 dilakukan selama dan setelah proses pembelajaran berlangsung, 3 menggunakan berbagai cara dan
sumber, maksudnya dalam menilai peserta didik harus menggunakan berbagai teknik penilaian, 4 tes merupakan salah
satu alat untuk pengumpulan data penilaian, 5 tugas yang diberikan kepada peserta didik harus mencerminkan kehidupan
sehari-hari, 6
penilaian harus
menekankan kedalaman
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki peserta didik. 3
Karakteristik Penilaian Otentik
Selain memiliki beberapa ciri, penilaian otentik memiliki karakteristik yaitu 1 dapat digunakan utuk formatif dan sumatif, 2
mengukur keterampilan dan performasi, bukan mengingat fakta, 3 secara terus menerus dan terintegrasi, 4 dapat digunakan sebagai
umpan balik dalam pencapaian kompetensi Kunandar, 2014: 39- 40. Sedangkan menurut Nurhadi dalam Daryanto 2014: 89
mengatakan bahwa ada beberapa karakteristik penilaian otentik yaitu a menggunakan pengalaman nyata, b dilaksanakan selama
dan setelah proses pembelajaran berlangsung, c mencangkup penilaian diri sendiri dan refleksi, d mengukur keterampilan dan
penampilan bukan hanya mengingat fakta, e berkelanjutan, f saling terhubung, g dapat dijadikan sebagai umpan balik, h
kriteria keberhasilan dan kegagalan dapat diketahui oleh peserta didik.
4 Macam-Macam Penilaian Otentik
Menurut Kunandar 2014: 119 dalam Kurikulum SD 2013 terdapat 4 ranah dalam penilaian yaitu ranah pengetahuan, ranah
keterampilan dan ranah sosial dan spiritual. Beberapa macam penilaian yang dapat digunakan untuk menilai pengetahuan yaitu
1 tes tertulis yaitu tes yang memberikan soal dan jawaban dalam bentuk tulisan, 2 tes lisan yaitu tes diberikan kepada peserta didik
dengan memberikan pertanyaan dan ditanggapi secara langsung dengan bahasa verbal, 3 penugasan atau proyek yaitu memberikan
pekerjaan rumah yang dapat dikerjakan secara individu dan kelompok sesuai dengan karakteristik tugas. Pada ranah
keterampilan, penilaian dapat dilakukan dengan cara 1 kinerja atau performance yaitu penilaian tindakan atas praktik yang dilakukan
untuk mengumpulkan informasi tentang perilaku atau keterampilan yang diharapkan, 2 proyek yaitu kegiatan penilaian terhadap suatu
tugas meliputi pengumpulan, pengorganisasian, ataupun penyajian data yang harus diselesaikan oleh peserta didik dalam waktu
tertentu, 3 portofolio yaitu penilaian yang berkelanjutan yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam
periode tertentu, dapat berupa sekumpulan pekerjaan peserta didik, 4 produk yaitu penilaian terhadap hasil yang dibuat oleh peserta
didik. Pada ranah sosial dan spiritual, penilaian dapat dilakukan
dengan 1 observasi atau pengamatan yaitu penilaian yang dilakukan dengan menggunakan indra, baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan berpedoman pada aspek yang diamati, 2 penilaian diri yaitu penilaian dengan cara meminta
peserta didik mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya sendiri, 3 penilaian antar teman yaitu penilaian yang dapat
dilakukan dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai satu sama lain, 4 jurnal yaitu catatan guru di dalam dan di laur
kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan
kelemahan peserta didik dengan sikap dan perilaku, 5 wawancara yaitu penilaian dengan cara melakukan wawancara kepada peserta
didik dengan berpedoman pada panduan wawancara mengenai sikap spiritual dan sikap sosial yang akan digali.
5 Tujuan Penilaian Otentik
Terdapat beberapa tujuan dalam penilaian otentik. Menurut Daryanto 90:2014 terdapat beberapa tujuan penilaian
otentik yaitu a menilai kemampuan individu melalui tugas tertentu, b menentukan kebutuhan dalam pembelajaran, c
membantu dan mendorong peserta didik, d membantu dan mendorong guru untuk pembelajaran yang lebih baik, e
menentukan strategi pembelajaran, f akuntabilitas lembaga, g meningkatkan kualitas dalam pendidikan.
6 Teknik penilaian otentik
Penilaian otentik adalah proses untuk menilai kempotensi sikap, pengetahuan dan keterampilan siswa.
a Penilaian sikap
i. Pengertian penilaian kompetensi sikap
Menurut Kunandar,
2014:104 penilaian
kompetensi sikap adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap
dari peserta didik yang meliputi aspek menerima atau memerhatikan receiving atau attending, merespon atau
menanggapi responding, menilai atau menghargai valuing,
mengorganisasikan atau
mengelola organization,
dan berkarakter
characterzation. Dalam kurikulum 2013 sikap dibagi dua yaitu sikap
spiritual dan sikap sosial yang tertera dalam KI1 dan KI2.
ii. Teknik Penilaian Kompotensi Sikap
Menurut Kunandar, 2014:119 guru dapat melakukan penilaian sikap melalui: 1 observasi atau
pengamatan perilaku dengan alat lembaran pengamatan atau observasi, 2 penilaian diri, 3 penilaian “teman
sejawat” peer evaluation oleh peserta didik, 4 jurnal dan 5 wawancara dengan alat panduan atau pedoman
wawancara pertanyaan-pertanyaan
langsung. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian
diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian rating scale yang disertai rubrik,
sedangkan pada jurnal berupa catatan peserta didik dan pada wawancara berupa daftar pertanyaan.
b Penilaian kompetensi pengetahuan
i. Pengertian penilaian kompetensi pengetahuan
Menurut Kunandar 2014:165penilaian kompotensi pengetahuan atau kognitif adalah penilaian yang
dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian atau penguasaan peserta didik dalam aspek pengetahuanyang
meliputi ingatan atau hafalan, pemahaman, penerapan atau aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dalam
kurikulum 2013 kompetensi pengetahuan menjadi kompetensi inti dengan kode kompetensi inti 3 KI3.
ii. Teknik penilaian kompetensi pengetahuan
Kompetensi pengetahuan dapat dinilai melalui: 1 tes tertulis dengan menggunakan butir soal, 2 tes lisan
dengan bertanya langsung terhadap peserta didik menggunakan daftar pertanyaan, dan 3 penugasan atau
proyek dengan lembar kerja tertentu yang harus dikerjakan oleh peserta didik dalam kurun waktu
tertentu. c
Penilaian kompetensi keterampilan i.
Pengertian penilaian kompetensi keterampilan Menurut Kunandar 2014:255 ranah psikomotorik
adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan skill atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima
pengalaman belajar tertentu.psikomotorik berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui
keterampilan skill sebagai hasil dari kompetensi pengetahuan. Hal ini berarti kompetensi keterampilan
itu sebagai
implikasi tercapainya
kompetensi pengetahuan dari peserta didik. Keterampilan itu sendiri
menunjukan tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu.
ii. Teknik penilaian kompetensi keterampilan
Menurut Kunandar
2014:263 Kompetensi
keterampilan dapat dinilai melalui 1 kinerja, yaitu penilaian
yang menuntut
peserta didik
mendemonstrasikan suatu
kompotensi tertentu
menggunakan tes praktik unjuk kerja dengan menggunakan
instrumen lembar
pengamatan observasi, 2 proyek dengan menggunakan instrumen
lembar penilaian dokumen laporan proyek, 3 penilaian portofolio dengan menggunakan instrumen
lembar penilaian dokumen kumpulan portofolio dan penilaian produk dengan menggunakan instrumen
lembar penilaian penilaian produk. Instumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian rating
scale yang dilengkapi rubrik.
2. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran