Pengembangan perangkat pembelajaran mengacu kurikulum SD 2013 pada subtema keberagaman budaya bangsaku untuk siswa kelas empat (IV) Sekolah Dasar.

(1)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGACU KURIKULUM SD 2013 PADA SUBTEMA KEBERAGAMAN BUDAYA BANGSAKU UNTUK SISWA

KELAS EMPAT (IV) SEKOLAH DASAR Dafrosa Anita Jediman

Universitas Sanata Dharma 2015

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk yakni perangkat pembelajaran yang mengacu pada Kurikulum SD 2013 dan menggunakan pendekatan tematik integratif dan pendekatan saintifik, pendidikan karakter, serta penilaian autentik pada setiap proses pembelajarannya.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan Research and Development. Pengembangan perangkat pembelajaran tersebut menggunakan langkah pengembangan perangkat pembelajaran Jerold E Kemp dan langkah penelitian pengembangan yang dikembangkan oleh Bord dan Gall. Kedua langkah pengembangan ini diadaptasi menjadi lebih sederhana oleh Sugiyono menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana, yang dijadikan pedoman dalam penelitian. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian meliputi 5 langkahyaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, (5) revisi desain, hingga menghasilkan desain produk final berupa perangkat pembelajaran yang mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner.Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas IV SD Negeri Kalasan 1 Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas perangkat pembelajaran oleh dua orang Pakar Kurikulum 2013, dua guru kelas IV SD.

Berdasarkan hasil validasi dua orang pakar Kurikulum 2013 menghasilkan skor 4,00 (baik) dan 4,24 (sangat baik), dua guru kelas IV SD menghasilkan skor 4,24 (sanga baik) dan 4,00 (baik). Perangkat pembelajaran ini memperoleh rerata skor 4,12 dan termasuk dalam

kategori “baik”. Hasil validasi ini berpedoman pada 11 aspek yaitu 1) identitas RPPTH, 2) perumusan indikator, 3) perumusan tujuan pembelajaran, 4) pemilihan materi ajar, 5) pemilihan sumber belajar, 6) pemilihan media belajar, 7) metode pembelajaran, 8) skenario pembelajaran, 9) penilaian, 10) lembar kerja siswa, 11) bahasa. Dengan demikian perangkat pembelajaran yang dikembangkan telah layak digunakan sebagai perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum 2013.


(2)

THE DEVELOPMENT OF LEARNING INSTRUMENT BASED ON ELEMENTARY

CURRICULUM 2013 SUBTHEME “KEBERAGAMAN BUDAYA BANGSAKU” FOR

FOURTH GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL.

Dafrosa Anita Jediman Sanata Dharma University

2015

The purposed of this research was to produce learning instrument refers to 2013 curriculum using thematic integrative approach, scientific approach, character education, and the use of authentic asessment in the process learning activity.

This study is the development of Research and Development. Development of learning was developed by Jerold E. Kemp and the procedures are adopted by Bord and Gall. The second of step is the development of adapted into simply by Sugiyono be a simply model of development, which will guide the research. There are fifth steps in this research. They are: (1) potential and problem, (2) data gathering, (3) product design, (4) professionals’ validation, and (5) design revision, in such ways it created a final product in a form of learning instrument refers to 2013 curriculum for elementary students at fourth grade. The research instrument were applied interview and questionnaire. The interview was applied to analize the teachers need of SDN Kalasan 1 Sleman while the questionnaire were used to validate the learning instrument from two experts of 2013 curriculum, and two teachers of fourth grade.

Based on the expert of 2013 curriculum validation score 4.00 means good and validation score 4,24 means very good, 2 teachers of fourth grade validation score are 4.24 means very good and 4,00 means good. The learning instrument gets the average score of 4,12 and it is categorized Good . The validation result based on eleven aspects, they are: 1) identity of the RPP, 2) formulation of indicators, 3) formulating learning goals, 4) the selection of teaching materials, 5) selection of learning resources, 6) selection of learning media, 7) learning method, 8) learning scenarios, 9) assessment, 10) teaching materials, 11) languages. Therefore the learning intrument that was developed is appropriate to be used as the learning intrument refers to 2013 curriculum.


(3)

i

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGACU KURIKULUM SD 2013 PADA SUB TEMA KEBERAGAMAN BUDAYA

BANGSAKU UNTUK SISWA KELAS EMPAT (IV) SEKOLAH DASAR SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Dafrosa Anita Jediman NIM: 111134324

RINTISAN PROGRAM PROFESI GURU TERINTEGRASI (PPGT) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

(5)

(6)

iv

KARYA INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK: TUHAN YESUS KRISTUS

Raja diatas segala raja yang selalu memberikan perlindungan dan menuntun setiap langkah kehidupanku

Bapak dan ibundaku tersayang

Bapak Marselinus Hampu dan Ibu Aldina Alut Yang selalu memberikan dukungan dan doa

Kakak tercinta Allo Masso

Helmi Nikodemus Bona

Novi.

Adik dan keponakan tercinta Angel

Si kecil Feby Febry (Alm)

Yang selalu menghibur saya dalam keadaan suka maupun duka. Teman-teman mahasiswa PPGT dan Adik-adik PPGT angkatan 2

Arlen, Juli, dan Ivon Awang

Terima kasih atas segala semangat, perhatian, bantuan, dan kasih sayang yang kalian berikan

Pamong Asrama

Terima kasih atas motivasi dan dukungannya. Kupersembahkan karya ku untuk


(7)

v

Temukan Tuhan dalam diam karena Ia adalah teman dari kesunyian. Lihatlah bagaimana bunga dan pohon tumbuh dalam diam, matahari dan

bulan bergerak dalam kesunyian. Kita harus belajar diam dan tenang untuk dapat menemukanNya di kedalaman hati kita

( Bunda Teresa)

Tuhan telah merangkai hidupku

Menjadi indah pada waktunya (Kutipan lagu Goris Suri)

Dengan Kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung, kesetiaan-Nya ialah perisai dan pagar tembok


(8)

(9)

(10)

viii

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGACU KURIKULUM SD 2013 PADA SUBTEMA KEBERAGAMAN BUDAYA BANGSAKU UNTUK

SISWA KELAS EMPAT (IV) SEKOLAH DASAR Dafrosa Anita Jediman

Universitas Sanata Dharma 2015

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk yakni perangkat pembelajaran yang mengacu pada Kurikulum SD 2013 dan menggunakan pendekatan tematik integratif dan pendekatan saintifik, pendidikan karakter, serta penilaian autentik pada setiap proses pembelajarannya.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan Research and Development. Pengembangan perangkat pembelajaran tersebut menggunakan langkah pengembangan perangkat pembelajaran Jerold E Kemp dan langkah penelitian pengembangan yang dikembangkan oleh Bord dan Gall. Kedua langkah pengembangan ini diadaptasi menjadi lebih sederhana oleh Sugiyono menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana, yang dijadikan pedoman dalam penelitian. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian meliputi 5 langkahyaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, (5) revisi desain, hingga menghasilkan desain produk final berupa perangkat pembelajaran yang mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner.Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas IV SD Negeri Kalasan 1 Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas perangkat pembelajaran oleh dua orang Pakar Kurikulum 2013, dua guru kelas IV SD.

Berdasarkan hasil validasi dua orang pakar Kurikulum 2013 menghasilkan skor 4,00 (baik) dan 4,24 (sangat baik), dua guru kelas IV SD menghasilkan skor 4,24 (sanga baik) dan 4,00 (baik). Perangkat pembelajaran ini memperoleh rerata skor 4,12 dan termasuk dalam kategori “baik”. Hasil validasi ini berpedoman pada 11 aspek yaitu 1) identitas RPPTH, 2) perumusan indikator, 3) perumusan tujuan pembelajaran, 4) pemilihan materi ajar, 5) pemilihan sumber belajar, 6) pemilihan media belajar, 7) metode pembelajaran, 8) skenario pembelajaran, 9) penilaian, 10) lembar kerja siswa, 11) bahasa. Dengan demikian perangkat pembelajaran yang dikembangkan telah layak digunakan sebagai perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum 2013.


(11)

ix

THE DEVELOPMENT OF LEARNING INSTRUMENT BASED ON ELEMENTARY CURRICULUM 2013 SUBTHEME “KEBERAGAMAN BUDAYA BANGSAKU”

FOR FOURTH GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL.

Dafrosa Anita Jediman Sanata Dharma University

2015

The purposed of this research was to produce learning instrument refers to 2013 curriculum using thematic integrative approach, scientific approach, character education, and the use of authentic asessment in the process learning activity.

This study is the development of Research and Development. Development of learning was developed by Jerold E. Kemp and the procedures are adopted by Bord and Gall. The second of step is the development of adapted into simply by Sugiyono be a simply model of development, which will guide the research. There are fifth steps in this research. They are: (1) potential and problem, (2) data gathering, (3) product design, (4) professionals’ validation, and (5) design revision, in such ways it created a final product in a form of learning instrument refers to 2013 curriculum for elementary students at fourth grade. The research instrument were applied interview and questionnaire. The interview was applied to analize the teachers need of SDN Kalasan 1 Sleman while the questionnaire were used to validate the learning instrument from two experts of 2013 curriculum, and two teachers of fourth grade.

Based on the expert of 2013 curriculum validation score 4.00 means good and validation score 4,24 means very good, 2 teachers of fourth grade validation score are 4.24 means very good and 4,00 means good. The learning instrument gets the average score of 4,12 and it is categorized Good . The validation result based on eleven aspects, they are: 1) identity of the RPP, 2) formulation of indicators, 3) formulating learning goals, 4) the selection of teaching materials, 5) selection of learning resources, 6) selection of learning media, 7) learning method, 8) learning scenarios, 9) assessment, 10) teaching materials, 11) languages. Therefore the learning intrument that was developed is appropriate to be used as the learning intrument refers to 2013 curriculum.


(12)

x

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan lingdungan dan berkatNya, sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mengacu Kurikulum SD 2013 Pada Sub Tema Keberagaman Budaya Bangsaku Untuk Siswa Kelas Empat (IV) Sekolah dapat penulis selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta, SJ,B.S.T,MA. selaku Ketua Program Studi PGSD. 3. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan

memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Para dosen PPGT dan Staf PGSD yang telah melayani penulis dengan baik.

6. Rusmawan, M.Pd. selaku validator pakar Kurikulum SD 2013 yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.

7. Dra Maslichah Asyari, M.Pd selaku validator Pakar Kurikulum SD 2013 yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.

8. Bapak Sarjono, S.Pd selaku Kepala SD Negeri Kalasan 1 yang telah mengizinkan penulis melakukan analisis kebutuhan untuk penelitian ini.

9. Kartika Kirana, S.Pd selaku Kepala SDK Eksperimental Mangunan yang telah membantu penulis dalam melakukan validasi produk penelitian.

10.Sri Rejeki, A.Ma selaku guru kelas IV SD Negeri Kalasan 1 yang telah membantu penulis dalam melakukan validasi produk penelitian.


(13)

(14)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Batasan Istilah ... 10

F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan ... 11

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... 14

1. Kurikulum SD 2013 ... 14

a. Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulun SD 2013 ... 15

b. Pendidikan Karakter ... 25


(15)

4) Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ………..28

c. Pendekatan Tematik Integratif ... 30

1) Pengertian Pendekatan Tematik Integratif ... 30

2) Karakteristik Pendekatan Tematik Integratif ... 30

3) Pentingnya Pendekatan Tematik ... 31

d. Pendekatan Saintifik ... 32

e. Penilaian Otentik ... 43

1) Pengertian Penilaian Otentik ... 43

2) Karakteristik Penilaian Otentik ... 47

3) Keungggulan Penilaian Otentik ... 49

4) Kelemahan Penilaian Otentik ... 50

2. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Menurut Kemp ... 50

B. Penelitian yang Relevan ... 66

C. Kerangka Pikir ... 69

D. Pertanyaan Penelitian ... 71

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 73

B. Prosedur Pengembangan ... 76

1. Potensi dan Masalah ... 77

2. Pengumpulan Data ... 77

3. Desain Produk ... 77

4. Validasi Desain ... 78

5. Revisi Desain ... 78

C. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 79

D. Validasi Ahli Kurikulum SD 2013 ... 80

E. Intrumen Penelitian ... 80

F. Teknik Pengumpulan Data ... 81

1. Wawancara ... 81


(16)

2) Data Kuantitatif ... 82

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kebutuhan ... 87

1. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 93

2. Pembahasan Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 93

B. Deskripsi Produk Awal... 93

1. Silabus ... 94

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) ... 95

C. Data Hasil Validasi Pakar Kurikulum SD 2013 ... 97

D. Data Hasil Validasi Guru Kelas I Pelaksana Kurikulum SD 2013 ... 103

E. Kajian Produk Akhir dan Pembahasan ... 109

1. Kajian Produk Akhir ... 109

2. Pembahasan ... 111

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENGEMBANGAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 115

B. Keterbatasan Pengembangan ... 116

C. Saran ... 116

DAFTAR PUSTAKA ... 118

LAMPIRAN ... 121


(17)

Tabel 1. Kompetensi Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A ... 20

Tabel 2.Jadwal PelaksanaanPenelitian ... 80

Tabel 3. Konversi Nilai Skala Lima ... 83

Tabel 4. Kriteria Skor Skala Lima ... 85

Tabel 5. Saran Pakar Kurikulum SD 2013 dan Revisi ... 99

Tabel 6. Saran Guru SD Kelas IPelaksana Kurikulum SD 2013 dan Revisi ... 104

Tabel 7. Rekapitulasi Skor Validasi Pakar Kurikulum SD 2013 dan Guru SD Kelas IV Pelaksana Kurikulum SD 2013 ... 112


(18)

Gambar 1.Siklus Pengembangan Perangkat Model Kemp ... 52 Gambar 2. Bagan Kerangka Pikir ………69 Gambar 3. Langkah-langkah Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 73


(19)

Lampiran 1 Surat Keterangan Penelitian ... 122

Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian ... 123

Lampiran 3 Rangkuman Wawancara ... 125

Lampiran 4 Data Mentah Skor Validasi Ahli Kurikulum SD 2013 ... 129

Lampiran 5 Data Mentah Skor Validasi Guru SD Kelas IV Kurikulum SD 2013………...135

Lampiran 6 Silabus ... 143


(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam pembangunan dan pengembangan bangsa Indonesia. Hal ini tentunya tidak terlepas dari peran pemerintah dalam merancang pelaksanaan pendidikan di negara ini. Perencanaan pelaksanaan pendidikan perlu dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan evaluasi hasil pendidikan sebelumnya. Pendidikan di negara ini tentunya sangat memprihatinkan. Pemerintah berupaya untuk mencanangkan serta mengimplementasikan berbagai perancangan pelaksanaan pendidikan, salah satunya adalah Kurikulum.

Indonesia sudah beberapa kali merubah dan mengembangkan kurikulum yang digunakan. Sejak tahun 1947 sampai sekarang tahun 2013. Indonesia sudah 11 kali mengubah kurikulumnya. Kurikulum yang pernah digunakan di Indonesia adalah kurikulum rencana pelajaran, rencana pendidikan sekolah dasar, kurikulum sekolah dasar, kurikulum proyek perintis sekolah pembangunan (PPSP), kurikulum sekolah dasar, kurikulum 1986, kurikulum 1994, revisi kurikulum 1994, rintisan kurikulum berbasis kompetensi (KBK), kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), dan sekarang yang akan digunakan adalah kurikulum 2013.


(21)

Dalam sejarahnya, Kurikulum merupakan suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari mulai dari garis awal atau start sampai dengan finish, kemudian pengertian kurikulum tersebut juga mendapat tempat di dunia pendidikan, dengan pengertian sebagai rencana dan pengaturan tentang sejumlah mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik dalam menempuh pendidikan di lembaga pendidikan. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kurikulum artinya perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan.

Kurikulum adalah salah satu rencana pendidikan yang mengatur tentang sistem kependidikan. Dalam Kurikulum terdapat perangkat pembelajaran. Bagian-bagian dari perangkat pembelajaran diantaranya adalah Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kerja siswa, Bahan ajar yang yang melingkupi mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik dari awal hingga ahkir pembelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan. Di Indonesia sendiri, pengertian kurikulum terdapat dalam Pasal 1 butir 19 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu..

Setiap kali terjadi perubahan atau pengembangan kurikulum tentu adanya alasan yang mendasar yang terjadi pada pengembangan kurikulum tersebut dari KTSP ke kurikulum 2013 adalah agar kurikulum yang akan


(22)

diterapkan tersebut mampu menjawab tantangan zaman yang terus berubah. Sebagai bangsa yang berkembang Indonesia diprediksi akan mengalami beberapa tantangan di masa yang akan datang. Tantangan-tantangan itu berasal dari dalam maupun luar.

Pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh pemerintah bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan yang diharapkan oleh dunia zaman sekarang. Dalam pengembangannya terdapat beberapa aspek yang diubah diantaranya adalah elemen kompetensi lulusan. Dalam kompetensi lulusan adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, pengetahuan, kedudukan mata pelajaran (ISI). Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam kurikulum 2013 adalah pendekatan tematik integratif dalam semua mata pelajaran mulai kelas bawah sampai kelas atas. Struktur Kurikulum (Mata pelajaran dan alokasi waktu).

Mata pelajaran yang dilaksanakan pada kurikulum baru adalah bersifat holistic berbasis sains (alam, sosial, dan budaya). Sedangkan jumlah mata pelajaran yang awalnya berjumlah 10 dikurangi menjadi 6, Jumlah jam bertambah 4 JP/minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran. Proses yang semula terfokus pada Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta, belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat, guru bukan satu-satunya sumber belajar, sikap tidak


(23)

diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan. Proses pembelajaran juga dilaksanakan secara tematik dan terpadu.

Penilaian hasil belajar yang digunakan oleh pendidik di Sekolah Dasar juga mengalami perubahan, penilaian yang awal adalah penilaian berdasarkan pengetahuan, maka penilaian yang digunakan pada kurikulum 2013 adalah berdasarkan kompetensi sehingga semua kemampuan peserta didik dapat dinilai baik aspek kognitif, psikomotorik, dan keterampilan. Pergeseran dari penilain melalui tes [mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja], menuju penilaian otentik [mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil], memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal), penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL, dan Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama penilaian. Kegiatan ekstrakurikuler yang harus dilaksanakan oleh pihak sekolah adalah Pramuka, UKS, PMR, dan Bahasa Inggris. Jika kurikulum KTSP tidak menetapkan Pramuka sebagai kegiatan ekstrakurikuler yang wajib dipilih oleh siswa maka pada kurikulum 2013 pesesrta didik diharuskan mengikutinya. Pada kurikulum KTSP Bahasa Inggris merupakan salah satu mata pelajaran atau bidang studi, maka pada kurikulum 2013 bahasa Inggris merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler.


(24)

Dalam pengembangan kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013 yang digunakan oleh bangsa Indonesia tidak terlepas dari peran pendidik. Pendidik memiliki peran dalam mencerdaskan kehidupan peserta didiknya, serta sebagai rahim peradaban bagi kemajuan zaman. Karena pendidik merupakan sosok yang berperan aktif dalam pentransferan ilmu dan pengetahuan bagi peserta didiknya kelak. Bahkan yang penting, pendidik mampu mengembangkan dan memberdayakan manusia, untuk dicetak menjadi seorang yang berkarakter dan bermental baja, agar mereka tidak minder dalam menghadapi masalah. Seorang pendidik sejati adalah mereka yang tidak memikirkan segala sesuatu, termasuk dirinya sendiri, kecuali muridnya. Karena bagaimanapun peserta didik adalah cikal bakal maju mundurnya sebuah bangsa.( Ahmadi dan Amri, 2014: 105-106).

Perubahan kurikulum juga berakibat pada perangkat pembelajaran, perangkat pembelajaran juga perlu dikembangkan karena perangkat pembelajaran harus sesuai dengan karekteristik kurikulum yang digunakan. Perangkat pembelajaran adalah salah satu hal penting dalam suatu proses pembelajaran yang meliputi rencana pembelajaran tematik harian (RPPTH) beserta lampirannya yang terdiri dari bahan ajar/LKS, media pembelajaran, instrumen pembelajaran yang berupa soal dan kunci jawaban serta tugas dan rubrik penilaian. Pengembangan perangkat pembelajaran dirancang untuk memberikan tanggung jawab pendidik terhadap kemajuan belajar peserta didik, dimana seorang pendidik mampu untuk mengembangkan perangkat


(25)

pembelajaran sesuai dengan kompetensi mmengajarnya secara mandiri, serta memberikan pengalaman belajar yang melibatkan mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik dengan pendidik,dan sumber belajar lainnya.

Berdasarkan hasil wawancara mengenai Hasil survei kebutuhan yang dilaksanakan di SDN Kalasan 1 pada tanggal 17 Mei 2014 bersama guru kelas IV menjelaskan mengenai pemahaman Kurikulum 2013, bahwa sebuah Kurikulum yang penyampaian secara utuh atau holistik dalam tema, sehingga pendekatan tematik integratiflah yang digunakan harus sesuai dengan perkembangan anak yang pembelajaran holistik dan dijadikan satu dalam kegiatan pembelajaran. Mengenai perangkat pembelajaran berupa Silabus, RPP, LKS, pemetaan tema, buku guru dan buku siswa telah disiapkan. Tetapi kendala yang dialami oleh pihak sekolah berupa kesulitan dalam Instrumen penilaian atau perangkat penilaian, penilaian otentik, rubrik penilaian sikap dan penilaian rapor, dalam hal ini penilaian sangat berat karena belum ada patokan sehingga dalam pelaksanaanya belum maksimal. Selain kendala dalam penilaian terdapat pula kesulitan lainnya yaitu kondisi sekolah, jumlah murid yang banyak serta daya serap pendidik dalam pemahaman kurikulum 2013 minim.

Berdasarkan kenyataan, Perangkat pembelajaran tersebut merupakan rencana pembelajaran tematik harian (RPPTH) beserta lampirannya yang terdiri dari bahan ajar /LKS, media pembelajaran, instrumen pembelajaran yang berupa soal dan kunci jawaban serta tugas dan rubrik penilaian.


(26)

Perangkat pembelajaran merupakan bagian terpenting dalam kurikulum. Sedangkan kurikulum merupakan salah satu bidang yang terpenting untuk menciptakan dan mewujudkan pendidikan di bangsa ini. Melalui pengembangan perangkat pembelajaran sebagai titik tolak atau penuntun dalam memberikan informasi yang jelas kepada siswa.

Oleh karena itu untuk mendapatkan pengembangan perangkat pembelajaran yang sesuai, maka peneliti mencoba untuk menlakukan pengembangan perangkat pembelajaran yang mengacu pada kurikulum 2013 yang mengedepankan kebutuhan siswa dan guru pada umumnya dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mengacu Kurikulum 2013 Pada Sub Tema Keberagaman Budaya Bangsaku Untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana mengembangkan perangkat pembelajaran mengacu kurikulum SD 2013 pada sub tema keberagaman budaya bangsaku untuk siswa kelas 4 (empat) Sekolah Dasar?

2. Bagaimana kualitas produk pengembangan perangkat pembelajaran mengacu kurikulum SD 2013 pada sub tema keberagaman budaya bangsaku untuk siswa kelas 4 (empat) Sekolah Dasar?


(27)

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengembangkan perangkat pembelajaran mengacu kurikulum SD 2013 pada sub tema keberagaman budaya bangsaku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

2. Untuk mendeskripsikan kualitas produk prosedur pengembangan perangkat pembelajaran mengacu kurikulum SD 2013 pada sub tema keberagaman budaya bangsaku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman dan pengetahuan baru yang dapat menjadi bekal ketika ingin meneliti tentang pengembangan perangkat pembelajaran mengacu kurikulum SD 2013 pada sub tema keberagaman budaya bangsaku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

2. Bagi Guru

Dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran.


(28)

Dapat memberikan pengalaman dalam mempelajari materi tentang keberagaman budaya bangsaku pada siswa kelas IV semester 2 SD Kalasan 1 tahun ajaran 2013/2014.

4. Bagi sekolah

Dapat menambah referensi pada sekolah dalam mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang terkait dengan materi keberagaman budaya bangsaku.

5. Bagi Prodi PGSD

Dapat menambah bahan pustaka prodi PGSD Universitas Sanata Dharma terkait dengan pengembangan perangkat pembelajaran di Sekolah Dasar. E. Batasan Istilah

1. Kurikulum SD 2013 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang di gunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

2. Pendidikan karakter

Pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk menanamkan nilai- nilai perilaku peserta didik yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perbuatan dan perkataan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat.


(29)

3. Pendekatan tematik integratif

Pendekatan tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam sebuah tema.

4. Pendekatan saintifik

Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.

5. Penilaian otentik

Penilaian otentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran, yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. 6. Perangkat Pembelajaran adalah Rencana Pembelajaran Tematik Harian

(RPPTH) beserta lampirannya yang terdiri dari bahan ajar/LKS, media pembelajaran, Instrumen penilaian yang berupa soal dan kunci jawaban serta tugas dan rubrik penilaian.


(30)

F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan

1. Komponen RPPTH yang disusun lengkap. a) Identitas RPPTH terdiri dari:

1) sekolah yaitu nama satuan pendidikan 2) identitas muatan pelajaran terkait 3) tema/subtema;

4) kelas/semester;

5) pembelajaran keberapa; 6) alokasi waktu;

b) Kompetensi Inti terdiri dari KI 1,2,3 dan 4

c) Kompetensi Dasar dan Indikator setiap Kompetensi Inti

d) Tujuan Pembelajaran mencakup semua ranah (pengetahuan, keterampilan, sosial, spiritual)

e) Materi Pembelajaran mencakup materi pokok setiap muatan f) Pendekatan dan Metode Pembelajaran

g) Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran

h) Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran yang terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup.

i) Penilaian mencakup teknik penilaian, instrumen, dan pedoman penskoran. j) Lampiran-lampiran.

2. RPPTH disusun dengan memperhatikan keutuhan perkembangan pribadi siswa (intelektual, keterampilan, dan karakter). Hal tersebut dapat dilihat pada


(31)

perumusan indikator setiap pembelajaran yang mencakup aspek intelektual, keterampilan, dan karakter. Pada aspek karakter terbagi menjadi dua ranah yaitu sikap sosial dan spiritual.

3. RPPTH disusun dengan pendekatan tematik integratif. Pendekatan tematik integratif adalah pembelajaran tematik terpadu yang memadukan beberapa mata pelajaran menggunakan tema sebagai pemersatu dengan mengintegrasikan konteks hasil belajar, pengalaman belajar, dan konten belajar, sehingga dapat memberikan pembelajaran bermakna kepada peserta didik.

4. RPPTH disusun berbasis aktivitas peserta didik dengan menerapkan pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran bertujuan untuk mengembangkan dan mengasah dimensi keterampilan siswa dalam kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring/mengkomunikasikan atau dapat menghubungkan keterkaitan pada semua mata pelajaran.

5. Penilaian dalam RPPTH menggunakan penilaian otentik. Penilaian otentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif mulai dari input, proses, sampai output dari kegiatan pembelajaran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Penilaian otentik ini menilai hasil belajar peserta didik untuk ranah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dapat dinilai dengan penilaian tes maupun non tes.


(32)

6. RPPTH disusun sesuai dengan ketentuan EYD. Penyusunan perangkat pembelajaran ini mengacu pada kaidah bahasa yang baik dan benar sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).


(33)

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka

1. Kurikulum SD 2013.

Defenisi kurikulum menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang di gunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Perlunya perubahan dan pengembangan kurikulum 2013 didorong oleh beberapa hasil studi internasional tentang kemampuan peserta didik Indonesia dalam kancah internasional. Hasil ini menunjukkan hanya 5% peserta didik Indonesia yang mampu mengerjakan soal penalaran berkategori tinggi, data lain diungkapkan oleh programme for international student assessment (PISA), hasil studi tahun 2009 hampir semua peserta didik Indonesia ternyata cuma menguasai pelajaran sampai level tiga.

Berdasarkan hasil dari kedua survei tersebut merujuk pada suatu kesimpulan bahwa prestasi peserta didik Indonesia tertinggal dan terbelakang. Dalam kerangka inilah perlunya perubahan dan pengembangan kurikulum, yang dimulai dengan penataan terhadap empat elemen standar nasional yaitu Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang diturukan dari kebutuhan, Standar


(34)

Isi (SI) yang diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran yang dikembangkan dari kompetensi, semua mata pelajaran harus memenuhi pembentukan ke tiga aspek peserta didik dalam hal aspek sikap, keterampilan dan pengetahuan, mata pelajaran harus diturunkan dari komptensi yang ingin dicapai, mata pelajaran juga diturunkan berdasarkan kompeteni inti, adanya Keterpaduan antara tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran,dan penilaian. (Mulyasa, 2013: 59-60).

a. Rasional dan elemen perubahan Kurikulum SD 2013

Berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 Tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dalam salinan lampiran peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 Tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah.

Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut: 1. Tantangan Internal

Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia


(35)

dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar sumber daya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.

2. Tantangan Eksternal

Tantangan eksternal yang kemungkinan akan terjadi adalah sebagai berikut; World Trade Organization, kemajuan teknoligi informasi, masalah lingkungan hidup, konvergensi ilmu dan teknologi, ekonomi berbasi pengetahuan, kebangkitan industri kreatif dan budaya, pergeseran ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains, mutu, investasi dan transformasi pada sektor pendidikan, materi TIMSS dan PIZA. Kurikulum dievaluasi dan melakukan penyempurnaan oleh pihak-pihak yang berwenang untuk melahirkan manusia Indonesia yang mampu bersaing dan mampu mengangkat bangsa Indonesia.


(36)

3. Penyempurnaan Pola Pikir

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut:

a) Pola pembelajaran yang berpusat pada guru Menuju pada pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Peserta didik memiliki pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama.

b) Pola pembelajaran satu arah menuju pembelajaran interaktif yaitu guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/ media lainnya.

c) Pola pembelajaran terisolasi menuju pembelajaran secara jejaring, peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja serta dapat memperoleh informasi dari internet, majalah dan lain sebagainya d) Pola pembelajaran pasif menuju pembelajaran aktif mencari. Dalam

hal ini peserta didik aktif mencari informasi dalam pembelajaran serta semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sainstifik.

e) Pola belajar sendiri menuju belajar kelompok (Group atau Tim) f) Pola pembelajaran alat tunggal meenuju pembelajaran berbasis alat multimedia.


(37)

g) Pola pembelajaran berbasis massal menuju kebutuhan pelanggan dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik.

h) Pola pembelajaran yang pemikiran faktual menuju Kritis (membutuhkan pemikiran kritis)

i) Penyampaian Pengetahuan (pemindahan ilmu dari guru ke siswa) menuju Pertukaran Pengetahuan (antara guru dan siswa, siswa dan siswa lainnya)

4. Penguatan Materi

Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik.

Elemen-elemen perubahan yang terjadi pada kurikulum 2013 meliputi empat aspek, yaitu:

1. Standar Kompetensi Lulusan a) Pengertian

Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.


(38)

Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan.

c) Ruang lingkup

Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

d) Monitoring dan Evaluasi

Untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara Standar Kompetensi Lulusan dan lulusan dari masing-masing satuan pendidikan dan kurikulum yang digunakan pada satuan pendidikan tertentu perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dan berkelanjutan dalam setiap periode. Hasil yang diperoleh dari monitoring dan evaluasi digunakan sebagai bahan masukan bagi penyempurnaan Standar Kompetensi Lulusan di masa yang akan datang.


(39)

Tabel 1. KOMPETENSI LULUSAN SD/MI/SDLB/Paket A Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A memiliki sikap, pengetahuan,

dan keterampilan sebagai berikut. SD/MI/SDLB/Paket A

Dimensi Kualifikasi Kebutuhan

Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain

Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual dan konseptual berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.

Keterampilan Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya.

2. Standar isi


(40)

Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 19 tentang standar nasional pendidikan sebagaimana telah diubah dengan peraturan pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 19 tentang standar nasional pendidikan ditetapkan bahwa standar isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. b) Tujuan

Standar Isi dikembangkan untuk menentukan kriteria ruang lingkup dan tingkat kompetensi yang sesuai dengan kompetensi lulusan yang dirumuskan pada Standar Kompetensi Lulusan, yakni sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

c) Ruang lingkup

Materi dirumuskan berdasarkan kriteria muatan wajib yang ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, konsep keilmuan, dan karakteristik satuan pendidikan dan program pendidikan. Selanjutnya, tingkat kompetensi dirumuskan berdasarkan kriteria tingkat perkembangan peserta didik, kualifikasi kompetensi Indonesia, dan penguasaan kompetensi yang berjenjang.

3. Standar proses a) Pengertian


(41)

Menurut peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah dalam dokumen salinan lampiran peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah. Standar proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.

b) Tujuan

Standar Proses dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

c) Ruang lingkup

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan


(42)

kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

4. Standar penilaian a) Pengertian

Menurut Menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia, Mohammad Nuh dalam salinan lampiran peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 tentang standar penilaian pendidikan. Standar Penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.

b) Tujuan

Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah.


(43)

c) Ruang lingkup penilaian

Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi mata pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program, dan proses.

d) Prinsip dan pendekatan penilaian

Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar danmenengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut;

(1). Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai. (2). Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan. (3). Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya. (4). Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak. (5). Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan


(44)

hasilnya. (6). Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.

b. Penguatan Pendidikan Karakter 1) Pengertian

Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona (Mahmud, 2012:23) adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya. Aristoteles berpendapat bahwa karakter itu erat kaitannya dengan kebiasaan yang kerap dimanifestasikan dalam tingkah laku.

Menurut Elkind dan Sweet (dalam Mahmud, 2012:23) pendidikan karakter adalah upaya yang disengaja untuk membantu memahami manusia, peduli dan inti atas nilai-nilai etis/susila. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan pendidik, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Pendidik membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku pendidik, cara pendidik berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana pendidik bertoleransi dan berbagai hal terkait lainnya.

Menurut Ramli (dalam Mahmud, 2012: 24), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan


(45)

moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik.

Russel Williams menggambarkan karakter laksana “otot”, yang

akan menjadi lembek jika tidak tidak dilatih. Dengan latihan demikian,

maka “otot-otot” karakter akan menjadi kuat dan akan mewujud

menjadi kebiasaan (habit). Orang yang berkarakter tidak melaksanakan suatu aktivitas karena takut akan hukuman, tetapi karena mencintai kebaikan (loving of good). Karena cinta itulah, maka muncul keinginan untuk berbuat baik (desiring the good).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, pendidikan karakter dapat diartikan suatu cara yang dilakukan pendidik untuk mengajarkan peserta didik untuk membiasakan peserta didik berprilaku/ memiliki kebiasaan atau habitus melalui tindakan nyata peserta didik sehingga menghasilkan budi pekerti, seperti terlihat dalam tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras yang dilandasi oleh kecintaannya terhadap suatu kebaikan.

Dalam pendidikan karakter pendidik perlu untuk menanamkan nilai-nilai karakter, atas dasar itu pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif)


(46)

tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotorik). Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek

“pengetahuan yang baik (moral knowing), akan tetapi juga”merasakan

dengan baik atau loving good (moral feeling), dan perilaku yang baik (moral action). Pendidikan karakter menekankan pada habit atau kebiasaan yang terus-menerus dipraktikan dan dilakukan. (Mahmud, 2012:27)

2) Tujuan, Fungsi, dan Media Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan pancasila. Pendidikan karakter berfungsi (1) mengembangkan potensi dasar agar berhati bijak, dan berprilaku baik, (2) memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur, (3) meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa. (Daryanto dan Dwicahyono,2014:39-40).


(47)

3) Proses Pendidikan Karakter

Proses pendidikan karakter didasarkan pada totalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) dan fungsi totalitas sosiokultural dalam konteks interaksi dalam keluraga, satuan pendidikan, dan masyarakat. Konfigurasi karakter dalam kontek totalitas proses psikologis sosial-kultural dapat dikelompokan dalam: (1) olah hati, (2) olah pikir, (3) olah raga dan kinestetik, dan (4) olah rasa dan karsa. Proses itu secara holistik dan koheren memiliki saling keterkaitan dan saling melengkapi, serta masing- masingnya secara konseptual merupakan gugus nilai luhur yang di dalamnya terkandung sejumlah nilai. (Daryanto dan Dwicahyono, 2014:42-43).

4) Prinsip-prinsip pendidikan karakter

Dasyim Budimasyah (2010) (dalam Mahmud, 2012:36) berpendapat bahwa program pendidikan karakter di sekolah perlu dikembangkan dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Pendidikan karakter di sekolah harus dilaksanakan secara berkelanjutan. Hal ini mengandung arti bahwa proses yang panjang, mulai sejak awal peserta didik masuk sekolah hingga mereka lulus sekolah pada satuan pendidikan.


(48)

2. Pendidikan karakter hendaknya dikembangkan melalui semua mata pelajaran (terintegrasi), melalui pengembangan diri, dan budaya suatu satuan pendidikan. Pembinaan karakter bangsa dilakukan dengan mengintegrasikan dalam seluruh mata pelajaran, dalam kegiatan kurikuler mata pelajaran, sehingga semua mata pelajaran diarahkan pada pengembangan nilai- nilai karakter. Pengembangan nilai-nilai karakter juga dapat dilakukan dengan melalui pengembangan diri, baik melalui konseling maupun kegiatan ekstra kurikuler, seperti kegiatan kepramukaan dan lain sebagainya.

3. Sejatinya nilai-nilai karakter tidak diajarkan (dalam bentuk pengetahuan), jika hal tersebut diintegrasikan dalam mata pelajaran agama (yang di dalamnya mengandung ajaran) maka tetap diajarkan dengan proses, pengetahuan (knowing), melakuakan (doing), dan ahkirnya membiasakan (habit).

4. Proses pendidikan dilakukan peserta didik dengan secara aktif (active learning) dan menyenangkan (enjoy full learning). Proses ini menunjukan bahwa proses pendidikan karakter dilakukan oleh peserta didik bukan oleh pendidik. Sedangkan pendidik

menerapkan prinsip “tut wuri handayani” dalam setiap perilaku


(49)

c. Pendekatan Tematik Integratif 1) Pengertian Tematik Integratif

Pembelajaran terpadu merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu (Integrated Instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara invidual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip kelilmuan yang holistik, bermakna dan autentik. Pembelajaran terpadu berorientasi pada praktik pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa. Pendekatan pembelajaran terpadu lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu. (Rusman, 2011: 254).

2) Karakteristik Tematik Integatif

Adapun karakteristik pembelajaran terpadu adalah a) Holistik

Suatu gejala atau peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Pembelajaran terpadu memungkin peserta didik untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi. Membuat peserta


(50)

didik menjadi lebih arif dan bijak di dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada dihadapan mereka.

b) Bermakna

Peserta didik mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalahnya yang nyata di dalam kehidupan

c) Otentik

Pembelajaran terpadu juga membuat peserta didik memahami secara langsung konsep dan prinsip yang ingin dipelajari.

Pembelajaran terpadu dikembangkan dengan berdasar kepada pendekatan diskoveri inkuiri, peserta didik terlibat aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan proses evaluasinya. Pembelajaran terpadu pada dasarnya dilaksanakan dengan mempertimbangkan hasrat,minat,dan kemampuan peserta didik.

3) Pentingnya pembelajaran tematik untuk murid sekolah dasar

Menurut Rusman (2011: 257) Model pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar atau mengarahkan siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran tematik siswa dapat menemukan sendiri berbagai pengatahuan yang dipelajari secara holistik, bermakna, autentik dan aktif


(51)

d. Pendekatan Saintifik

Pendekatan santifik adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Kemendikbud (2013) memberikan konsepsi tersendiri bahwa pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran didalamnya mencakup komponen: mengamati, menanya, menalar, mencoba, menyajikan/mengkomunikasikan. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebutkan ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau eksperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian menformulasi, dan menguji hipotesis. (Kurnasih dan Sani, 2013:141-149).

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara


(52)

aktif mengonstruk konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau

prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk

memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi bantuan tersebut berkurang dengan semakin bertambah dewasanya pesrta didik atau semakin tingginya kelas peserta didik. Pembelajaran dengan metode santifik memiliki karakteristik sebagai berikut:


(53)

2) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.

3) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik.

4) Dapat mengembangkan karakter peserta didik.

Tujuan pembelajaran dengan pendekatan santifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan santifik adalah:

1) Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik.

2) Untuk membentuk kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.

3) Terciptanya kondisi pembelajaran dimana peserta didik merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.

4) Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.

5) Untuk melatih peserta didik dalam mengomunikasikan ide- ide khususnya dalam menulis artikel ilmiah.

6) Untuk mengembangkan karakter peserta didik.

Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:


(54)

1) Pembelajaran berpusat pada peserta didik pendekatan dan model pembelajaran

2) Pembelajaran membentuk students self concept 3) Pembelajaran terhindar dari verbalisme

4) Pembelajaran memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip. 5) Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatnya kemampuan

berpikir peserta didik

6) Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar peserta didik dan motivasi mengajar guru

7) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melatih kemampuan dalam komunikasi.

8) Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi peserta didik dalam struktur kognitifnya.

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (santifik). Langkah-langkah pendekatan ilmiah (Scientific approach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi, melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau


(55)

situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasi secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat- sifat ilmiah dan menghindari nilai- nilai atau sifat-sifat non ilmiah. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:

1. Mengamati / (observing)

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan pembelajaran (Meaningfull Learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata,peserta didik senang dan bertantang, dan mudah pelaksanaanya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam permendikbud nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Pendidik menfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau


(56)

objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.

2. Menanya/(Questioning)

Pendidik yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pendidik perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan. Pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, ataupun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari pendidik, masih memerlukan bantuan pendidik untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaaan secara mandiri. Ketika pendidik menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong peserta didiknya untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.

Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran

sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a tahun 2013, adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk


(57)

mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai kepertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yang diharapkan dalam menanya adalah pengembangan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaanh untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.Adapun beberapa fungsi bertanya, antara lain:

a) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran

b) Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.

c) Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. d) Mendorong peserta didik dalam berdiskusi, berargumen,

mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan. e) Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.


(58)

Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didikharus lebih aktif daripada pendidik. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta- fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupah pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah.

Kegiatan “mengasosiasi/mengolah informasi/menalar”

dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam permendikbud nomor 81a tahun 2013 adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan maupun hasil dari kegiatan mengamati dan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yuang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu pendekatan dan model pembelajaran informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Kompetensi yang diharapkan adalah mengembangklan sikap jujur, teliti, disiplin,


(59)

taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiakan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi.

4. Mencoba /(Experimenting)

Mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah : (1) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum, (2) mempelajari cara- cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan, (3) mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil ekspermien sebelumnya, (4) melakukan dan mengamati percobaan, (5) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan


(60)

menyajikan data, (6) menarik kesimpulan atas hasil percobaan, dan (7) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan. Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan eksperimen atau mencoba dilakukan melalui tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Ketiga tahapan eksperimen atau mencoba sebagai berikut.

a. Persiapan

1. Menetapkan tujuan eksperimen 2. Mempersiapkan alat atau bahan

3. Mempersiapkan tempat eksperimen sesuai dengan jumlah peserta didik serta alat atau bahan yang tersedia

b. Pelaksanaan

Selama proses eksperimen atau mencoba, pendidik ikut membimbing dan mengamati proses percobaan. Disini pendidik harus memberikan dorongan dan bantuan terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik agar kegiatan itu berhasil dengan baik. Selama proses eksperimen atau mencoba, pendidik hendaknya memperhatikan situasi secara keseluruhan, termaksud membantu mengatasi dan memecahkan masalah-masalah yang akan menghambat kegiatan pembelajaran.


(61)

1. Peserta didik mengumpulkan laporan hasil eksperimen kepada pendidik

2. Pendidik memeriksa hasil eksperimen peserta didik

3. Pendidik memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil eksperimen

4. Pendidik dan peserta didik mendiskusikan masalah- masalah yang ditemukan selama eksperimen.

5. Pendidik dan peserta didik memeriksa dan meyimpan kembali segala bahan dan alat yang digunakan.

5. Mengkomunikasikan (Networking)

Pada pendekatan saintifik pendidik diharapkan member kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh pendidik sebagi hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta

didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan

pembelajaran sebagaimana dalam permendikbud nomor 81a tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah


(62)

mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. e. Penilaian Otentik

1) Pengertian Penilaian Otentik

Menurut Permendikbud dalam Panduan Teknis Kurikulum 2013 SD standar penilaian adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrument penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian autentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan ahkir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional yang diuraikan sebagai berikut.

a. Penilaian Otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai aspek sikap, pengetahuan, keterampilan mulai dari masukan (input), proses, sampai keluaran (output) pembelajaran. Penilaian autentik bersifat alami, apa adanya, tidak dalam suasana tertekan.

b. Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah ditetapkan.


(63)

c. Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk menilai keseluruhan proses belajar peseta didik termasuk penugasan perseorangan dan atau kelompok di dalam atau di luar kelas dalam kurun waktu tertentu. d. Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur

pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik.

e. Ulangan harian merupakan proses kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi secara periodik untuk menilai kompetensi peserta didik.

f. Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8-9 minggu kegiatan pembelajaran.

g. Ulangan ahkir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di ahkir semester.

Penilaian dilakukan secara holistik meliputi aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan untuk setiap jenjang pendidikan, baik selama pembelajaran berlangsung


(64)

(penilaian proses) maupun setelah pembelajaran usai dilaksanakan (penilaian hasil belajar).

Dalam Jurnal Panduan Teknis Kurikulum 2013 SD (2013:6) memandang penilaian dan pembelajaran adalah dua hal yang saling berkaitan. Penilaian autentik harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah. Menggunakan berbagai cara dan kriteria holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Penilaian autentik tidak hanya mengukur apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik.

Penilaian dalam kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud Nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Standar penilaian bertujuan untuk menjamin: 1) perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, 2) pelaksanaan penilaian peserta didik secara professional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks social budaya, 3) pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif. Standar penilaian pendidikan ini disusun sebagai acuan penilaian bagi pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah pada satuan pendidikan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. (Kunandar, 2014:35-36).


(65)

Salah satu penekanan dalam kurikulum 2013 adalah penilaian autentik (authentic assessment). Melalui kurikulum 2013 ini penilaian autentik menjadi penekanan yang serius bagi pendidik dalam melakukan penilaian hasil belajar peserta didik benar-benar memperhatikan penilaian autentik. Penilaian (assessment) adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).

Dalam penilaian autentik peserta didik diminta untuk menerapkan konsep atau teori pada dunia nyata. Autentik berarti keadaan yang sebenarnya, yaitu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik. Penilaian autentik mengacu pada Penilaian Acuan Patokan (PAP), yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal). Dengan demikian, pencapaian kompetensi peserta didik tidak dalam konteks dibandingkan dengan peserta didik lainnya, tetapi dibandingkan dengan standar atau kriteria tertentu, yakni


(66)

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dalam penilaian autentik memperhatikan keseimbangan antara penilaian kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang disesuaikan dengan perkembangan karakteristik peserta didik sesuai dengan jenjangnya.

2) Karakteristik Penilaian autentik adalah sebagai berikut:

(a). Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif. Artinya, penilaian autentik dapat dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi terhadap satu atau beberapa kompetensi dasar (formatif) maupun pencapaian kompetensi terhadap standar kompetensi atau kompetensi inti dalam satu semester (sumatif) (b). Mengukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta. Artinya, penilaian autentik itu ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi yang menekankan aspek keterampilan (skill) dan kinerja (performance), bukan hanya mengukur kompetensi yang sifatnya mengingat fakta (hafalan dan ingatan). (c). Berkesinambungan dan terintegrasi. Artinya, dalam melakukan penilaian autentik harus secara berkesinambungan (terus menerus) dan merupakan satu kesatuan secara utuh sebagai alat untuk mengumpulkan informasi terhadap pencapaian kompetensi peserta didik. (d). Dapat digunakan sebagai feed back. Artinya, penilaian autentik yang dilakukan oleh guru dapat digunakan sebagai umpan


(67)

balik terhadap pencapaian kompetensi peserta didik secara komprehensif.

Dalam penilaian autentik, selain memperhatikan aspek kompetensi sikap (afektif), kompetensi pengetahuan (kognitif), dan kompetensi keterampilan (psikomotorik) serta variasi instrumen atau alat tes yang digunakan juga harus memperhatian input, proses dan output peserta didik. Penilaian hasil belajar peserta didik juga harus dilakukan pada awal pembelajaran (penilaian input), selama pembelajaran (Penilaian proses), dan setelah pembelajaran (penilaian output). Penilaian input adalah penilaian yang dilakukan sebelum proses belajar mengajar dilakukan. Penilaian input bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik terhadap materi atau kompetensi yang akan dipelajari. Penilain input biasa dilakukan melalui pre tes. Perbandingan hasil penilaian awal (input) dengan penilaian proses dan hasil atau output menunjukan tingkat keberhasilan pencapaian kompetensi peserta didik dengan KKM sebagai acuan. (Kunandar, 2014:43).

Penilaian proses adalah penilaian yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Penilaian proses bertujuan untuk mengecek tingkat pencapaian kompetensi peserta didik ketika proses belajar mengajar berlangsung. Hasil penilaian proses bisa


(68)

dilakukan secara individu maupun kelompok. Penilaian proses dilakukan juga untuk mengukur keaktivan dan perhatian peserta didik selama proses belajar mengajar berlangsung. Dalam melakukan penilaian proses, pendidik perlu membuat instrumen, seperti lembar observasi atau pengamatan.

Penilaian output adalah penilaian yang dilakukan setelah proses belajar mengajar berlangsung. Penilaian output bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi dari peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar dikelas. Hasil penilain output dibandingkan dengan KKM yang telah ditentukan sebelumnya dan dianalisis berapa peserta didik yang tuntas (melampau KKM).

c). Keunggulan Penilaian Autentik

Dalam Basuki (2014:175-176) menjelaskan tentang keunggulan dan kelamahan penilaian autentik sebagai berikut.

1) Berfokus pada keterampilan analisis dan keterpaduan pengetahuan

2) Meningkatkan kreativitas

3) Merefleksikan keterampilan dan pengetahuan dunia nyata 4) Mendorong kerja kolaboratif


(69)

6) Langsung menghubungkan kegiatan asesmen, kegiatan pengajaran, dan tujuan pembelajaran

7) Menekankan kepada keterpaduan pembelajaran di sepanjang waktu

d). Kelemahan Penilaian Autentik

1) Memerlukan waktu yang intensif untuk mengelola, memantau, dan melakukan koordinasi

2) Sulit untuk dikoordinasikan dengan standar pendidikan yang telah ditetapkan secara legal

3) Menantang guru untuk memberikan skema pemberian nilai yang konsisten

4) Sifat subjektif dalam pemberian nilai akan cenderung menjadi bias

5) Sifat penilaian yang unik mungkin tidak dikenali siswa

6) Bisa bersifat tidak praktis untuk kelas yang berisi banyak siswa 7) Hal yang menantang untuk mengembangkan berbagai jenis

materi ajar dan berbagai kisaran tujuan pembelajaran. 2. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Merencanakan dan melaksanakan pembelajaran juga merencanakan dan melaksanakan penilaian merupakan kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru. Kemampuan guru untuk mengembangkan perangkat pembelajaran kemudian


(70)

mengimplementasikannya di dalam proses pembelajaran di kelas merupakan wujud nyata dari kompetensi pedagogik tersebut. Perangkat pembelajaran merupakan perwujudan persiapan guru sebelum melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pasal

20, “ Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana

pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran,sumber belajar, dan

penilaian hasil belajar”. Perangkat pembelajaran mesti dipersiapkan guru

dengan baik dan sekreatif mungkin. Perangkat pembelajaran dipersiapkan dengan baik karena perangkat pembelajaran merupakan tolok ukur apa saja yang dilakukan selama kegiatan belajar mengajar. Persiapan yang matang dan penyusun rencana kegiatan pembelajaran yang baik setidaknya dapat membantu tercapainya tujuan pendidikan.

Peneliti mengembangkan produk ini dengan mengikuti prosedur penelitian pengembangan hasil modifikasi antara model pengembangan Kemp dan langkah penelitian pengembangan Borg dan Gall. Menurut Kemp (1994) dalam Trianto (2010: 81) pengembangan perangkat merupakan suatu lingkaran yang kontinum. Tiap-tiap langkah pengembangan berhubungan langsung dengan aktivitas revisi dan dapat dimulai dari titik manapun. Berikut merupakan siklus pengembangan perangkat model Kemp.


(71)

Gambar 1. Siklus Pengembangan Perangkat Model Kemp

Secara umum pengembangan perangkat pembelajaran dengan model Kemp meliputi beberapa hal yaitu:

a. Identifikasi masalah pembelajaran

Tujuan dari tahapan ini adalah mengidentifikasi antara kesenjangan tujuan menurut kurikulum yang berlaku dengan fakta yang terjadi di lapangan baik yang menyangkut model, pendekatan, metode, teknik maupun strategi yang digunakan guru untuk mencapai pembelajaran.


(72)

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkah laku awal dan karateristik siswa yang meliputi ciri, kemampuan dan pengalaan baik individu maupun kelompok. Analisis ini dapat dijadikan gambaran untuk menyiapkan perangkat pembelajaran.

c. Analisis Tugas

Analisis ini adalah kumpulan prosedur untuk menentukan isi suatu pengajaran, analisis konsep, analisis pemrosesan informasi, dan analisis prosedural yang digunakan untuk memudahkan pemahaman dan penguasaan tentang tugas-tugas belajar dan tujuan pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk Rencana Program Pembelajaran (RPP) dan lembar kegiatan siswa (LKS).

d. Merumuskan Indikator

Analisis ini berfungsi sebagai (a) alat untuk mendesain kegiatan pembelajaran, (b) kerangka kerja dalam merencanakan mengevaluasi hasil belajar siswa, dan (c) panduan siswa dalam belajar.

e. Penyusunan Instrumen Evaluasi

Penyusunan tes hasil belajar merupakan alat evaluasi untuk mengukur ketuntasaan indikator dan ketuntasaan penguasaan siswa


(1)

169

pemandangan alam sebagai ucapan syukur atas karunia Tuhan.

 Mempraktekan bermain peran jual beli barang di pasar dengan memunculkan dinamika interaksi di lingkungan ekonomi.  Menyusun cerita

tentang interaksi dengan

lingkungan budaya.

Mengkomunikasi

 Mempresentasika n hasil pekerjaan di depan kelas.

SBdP 3.1 Mengenal karya dua dan tiga dimensi berdasarkan pengamatan

3.2 Membedakan panjang-pendek bunyi, dan

tinggi- Panjang pendek bunyi, tinggi rendah nada dengan gerak tangan

Mengamati

 Mengamati gambar contoh tarian daerah yaitu tari kipas.


(2)

170

rendah nada dengan gerak tangan

3.3 Mengenal tari-tari daerah dan keunikan geraknya

4.2 Membuat karya seni kolase dengan berbagai bahan di lingkungan sekitar 4.5 Menyanyikan lagu dengan gerak tangan dan badan sesuai dengan tinggi rendah nada

4.10 Memperagakan makna gerak ke dalam bentuk tari bertema dengan mengacu pada gaya tari daerah berdasarkan ruang gerak.

 Tari daerah  Karya dua

dimensi  Dibagikan gambar dua dimensi yang memiliki sudut.  Mengamati gambar dua dimensi yang memiliki sudut. Menanya

 Bertanya jawab tentang tarian daerah yaitu tari kipas.

 Bertanya jawab tentang sudut-sudut yang ada pada gambar dua dimensi.

Menalar

 Menjelaskan satu (1) tari daerah dan keunikan gerakanya.

Mencoba

 Mendesain satu (1) karya menggunakan


(3)

171

bahan sekitar rumah

Mengkomunikasi

 Mempresentasik an hasil kerjaan di depan kelas.

PJOK 3.9 Memahami pengaruh aktivitas fisik dan istirahat yang cukup terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh 4.3 Mempraktikkan

kombinasi pola gerak dasar lokomotor untuk

membentuk gerakan dasar atletik jalan cepat dan lari yang dilandasi konsep gerak melalui permainan dan atau olahraga tradisional.

 Aktivitas fisik Mengamati

 Siswa dibagikan contoh gambar permainan tradisional  Mengamati

contoh gambar permainan tradisional

Menanya

 Bertanya jawab mengenai pengaruh aktivitas fisik dan istirahat yang cukup terhadap pertumbuhan dan


(4)

172

tubuh

Menalar

 mencari informasi tentang pengaruh aktivitas fisik dan istirahat yang cukup terhadap pertumbuhan dan

perkembangan tubuh

Mengumpulkan Informasi

 Siswa dibagikan kedalam kelompok

 Siswa diajak untuk keluar kelas dan menggunakan baju olahraga

 Siswa dalam kelompok memilih 1 jenis permainan


(5)

173

tradisional

Mencoba

 melakukan kombinasi pola gerak dasar

lokomotor melalui permainan

tradisional tersebut

Mengkomunikasi

 Menerima kekalahan maupun kemenangan.


(6)

174 BIODATA PENULIS

Dafrosa Anita Jediman lahir di Manggarai, Flores NTT, 06 Desember 1993. Pendidikan dasar diperoleh di SD Inpres Leda Manggarai, Flores NTT, tamat pada tahun 2005. Pendidikan menengah pertama diperoleh di SMP Negeri 2 Ruteng Manggarai NTT, tamat tahun 2008. Pendidikan menengah atas diperoleh di SMK Swakarsa Ruteng Manggarai NTT tamat pada tahun 2011.

Pada tahun 2011, peneliti melanjutkan studi ke perguruan tinggi dan terdaftar sebagai salah satu mahasiswa Program Guru Terintegrasi (PPGT) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Pendidikan di Perguruan tinggi diakhiri dengan menulis skripsi yang

berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mengacu Kurikulum SD 2013 Pada Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku Untuk Siswa

Kelas Empat (IV) Sekolah Dasar”. Pengembangan perangkat

pembelajaran tersebut dilakukan karena masih banyak guru yang membutuhkan contoh perangkat pembelajaran yang baik mengacu Kurikulum SD 2013.