Pengembangan perangkat pembelajaran mengacu kurikulum 2013 pada sub tema pemanfaatan energi untuk siswa kelas IV sekolah dasar.

(1)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGACU

KURIKULUM SD 2013 PADA SUBTEMA PEMANFAATAN ENERGI

UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Agatha Diah Lestari Baun Universitas Sanata Dharma

2015

Sistem pendidikan di Indonesia selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan yang signifikan yaitu perubahan kurikulum. Perubahan kurikulum yang terjadi saat ini adalah perubahan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ke kurikulum SD 2013. Perubahan ini menyebabkan sebagian besar guru kesulitan dalam mengembangkan perangkat pembelajaran. Atas dasar itulah, penelitian ini dilakukan. Penelitian ini dilakukan agar peneliti dapat mengembangkan perangkat pembelajaran sehingga dapat membantu guru dalam mengembangkan perangkat pembelajaran yang baik mengacu kurikulum SD 2013, terutama dalam mengembangkan penilaian otentik.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Pengembangan perangkat pembelajaran ini menggunakan prosedur pengembangan perangkat pembelajaran Jerold E Kemp dan prosedur penelitan pengembangan yang dikemukakan oleh Bord dan Gall. Kedua prosedur pengembangan tersebut diadaptasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana, yang dijadikan landasan dalam penelitian. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian meliputi 5 langkah yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, (5) revisi desain, hingga menghasilkan desain produk final berupa perangkat pembelajaran yang mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas IV SD Negeri Kalasan 1 Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas perangkat pembelajaran oleh dua orang Pakar Kurikulum 2013, dua guru kelas IV SD.

Berdasarkan validasi dua orang Pakar Kurikulum 2013 menghasilkan skor 3,62 (baik) dan 3,86 (baik), dua guru kelas IV SD menghasilkan skor 3,97 (baik) dan 4,20 ( baik). Perangkat pembelajaran tersebut memperoleh rerata skor 4,73 dan termasuk dalam kategori “baik”. Hasil validasi tersebut berpedoman pada 11 aspek yaitu 1) identitas RPPTH, 2) perumusan indikator, 3) perumusan tujuan pembelajaran, 4) pemilihan materi ajar, 5) pemilihan sumber belajar, 6) pemilihan media belajar, 7) metode pembelajaran, 8) skenario pembelajaran, 9) penilaian, 10) lembar kerja siswa, 11) bahasa. Dengan demikian perangkat pembelajaran yang dikembangkan sudah layak digunakan sebagai perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum 2013.


(2)

ABSTRACT

DEVELOPMENT OF LEARNING INSTRUMENT BASED ON 2013 ELEMENTARY CURRICULUM ON SUBTHEME PEMANFAATAN ENERGI FOR FOURTH

GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL. Agatha Diah Lestari Baun

Sanata Dharma University 2015

The education system in Indonesia was changed from time to time. The one of significant changes was change in curriculum. Curriculum changes that occur this time was the change of Unit Level Curriculum or School Based Curriculum (SBC) to the elementary curriculum 2013. These changes caused the majority of teacher was difficult in developed the learning device. For this reason, the research was conducted. This research was conducted in order to researchers can develop learning device that can assist the teachers in developing a good learning device refers elementary curriculum 2013, especially in developing authentic assessment. This research was research and development. The development of learning instrument used a procedure of development of learning instrument by Jerold E Kemp. It also used research and development procedure which proposed by Bord and Gall. Those two development procedures were adapted to be a simpler learning model, which became the base of the research. The development procedure used in this research covered five steps, they were (1) potentian and problem, (2) data gathering, (3) product design, (4) experts’ validation, (5) design revision, which finally produced final product design in the form of learning instrument referring to 2013 Ele mentary School Curriculum for fourth grade students of elementary school. The research instrument was need analysis interview and questionnaire. The interview was used for the need analysis of teachers of the fourth grade of SD Negeri Kalasan 1 Sleman. While the questionnaire was used to validate the quality of the learning instrument by two experts of 2013 curriculum and two teachers of the fourth grade of elementary school.

According to the validation, the two experts of 2013 curriculum showed result on t he score of 4,22 (very good) and 4,28 (very good), and the two teachers of the fourth grade of elementary school showed result on the score of 4,35 (very good) and 4,06 (good). The learning instrument got mean score 4,22 and it was categorized as very good. The result of the validation was based on 11 aspects which were: (1) daily lesson plan identity, (2) formulation of indicators, (3) formulation of learning objective, (4) choice of learning material, (5) choice of learning source, (6) choice of learning media, (7) learning method, (8) learning scenario, (9) assessment, (10) student task, and (11) language. Therefore, the learning instrument which was developed has been approriate to be used in the learning instrument referring to 2013 curriculum.


(3)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGACU

KURIKULUM SD 2013 PADA SUBTEMA PEMANFAATAN ENERGI

UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Agatha Diah Lestari Baun NIM. 111134305

RINTISAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI (PPGT) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

i

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGACU

KURIKULUM SD 2013 PADA SUBTEMA PEMANFAATAN ENERGI

UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Agatha Diah Lestari Baun NIM. 111134305

RINTISAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(5)

(6)

(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

Allah Tritunggal

Yang selalu mendengarkan keluh dan kesahku serta memudahkanku dalam kelancaran mengerjakan penelitian ini

Kedua orangtuaku tercinta

Bapak Yoel Fernandez Baun dan Ibu Yuli Rudatin

yang menjadikanku sebagai seorang yang kuat dan ku jadikan motivasi

Adik-adikku tersayang

Monika Nenometa, Eunike Ayulinda Niffu, Nadia Oktaviani Baun, dan Chalvin Januario Baun

Yang selalu ku jadikan motivasi dan menghiburku di saat aku kesal dan lelah

Keluarga Besar Baun dan semua keluarga terkait Yang selalu mendukung dalam doa

Teman- temanku terkasih Mahasiswa PPGT angkatan I-III


(8)

v

Sahabat dan kerabat terkasih

Kak Orvile, Kak Yanchen, Kak Jarot, Kak Ovill, kak Ezra, Oan, Erend, Donny, Regi, Delila, Hesti dan kerabat yang tidak bisa disebutkan satu per

satu

Yang selalu mendukung dengan motivasi dan doa

Yang Terkasih Yohanes Geovano Bu’u

Yang selalu memberikan semangat dan motivasi

Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku Universitas Sanata Dharma


(9)

vi MOTTO

Jadilah dirimu sendiri untuk berkarya di dalam hidup

Hidup itu bukan tentang siapa yang terbaik, namun apa yang terbaik yang bisa kita lakukan dan bermakna bagi diri sendiri dan

orang lain

Berapa pun banyaknya berkat yang Tuhan berikan takkan cukup bila tak pernah bersyukur

Hasil dari kegigihanmu dalam memperjuangkan sesuatu lebih berharga daripada sesuatu yang bisa kamu dapatkan dengan mudah


(10)

(11)

(12)

ix ABSTRAK

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGACU

KURIKULUM SD 2013 PADA SUBTEMA PEMANFAATAN ENERGI

UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Agatha Diah Lestari Baun Universitas Sanata Dharma

2015

Sistem pendidikan di Indonesia selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan yang signifikan yaitu perubahan kurikulum. Perubahan kurikulum yang terjadi saat ini adalah perubahan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ke kurikulum SD 2013. Perubahan ini menyebabkan sebagian besar guru kesulitan dalam mengembangkan perangkat pembelajaran. Atas dasar itulah, penelitian ini dilakukan. Penelitian ini dilakukan agar peneliti dapat mengembangkan perangkat pembelajaran sehingga dapat membantu guru dalam mengembangkan perangkat pembelajaran yang baik mengacu kurikulum SD 2013, terutama dalam mengembangkan penilaian otentik.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Pengembangan perangkat pembelajaran ini menggunakan prosedur pengembangan perangkat pembelajaran Jerold E Kemp dan prosedur penelitan pengembangan yang dikemukakan oleh Bord dan Gall. Kedua prosedur pengembangan tersebut diadaptasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana, yang dijadikan landasan dalam penelitian. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian meliputi 5 langkah yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, (5) revisi desain, hingga menghasilkan desain produk final berupa perangkat pembelajaran yang mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas IV SD Negeri Kalasan 1 Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas perangkat pembelajaran oleh dua orang Pakar Kurikulum 2013, dua guru kelas IV SD.

Berdasarkan validasi dua orang Pakar Kurikulum 2013 menghasilkan skor 3,62 (baik) dan 3,86 (baik), dua guru kelas IV SD menghasilkan skor 3,97 (baik) dan 4,20 ( baik). Perangkat pembelajaran tersebut memperoleh rerata skor 4,73 dan termasuk dalam kategori “baik”. Hasil validasi tersebut berpedoman pada 11 aspek yaitu 1) identitas RPPTH, 2) perumusan indikator, 3) perumusan tujuan pembelajaran, 4) pemilihan materi ajar, 5) pemilihan sumber belajar, 6) pemilihan media belajar, 7) metode pembelajaran, 8) skenario pembelajaran, 9) penilaian, 10) lembar kerja siswa, 11) bahasa. Dengan demikian perangkat pembelajaran yang dikembangkan sudah layak digunakan sebagai perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum 2013.


(13)

x ABSTRACT

DEVELOPMENT OF LEARNING INSTRUMENT BASED ON 2013 ELEMENTARY CURRICULUM ON SUBTHEME PEMANFAATAN ENERGI FOR FOURTH

GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL. Agatha Diah Lestari Baun

Sanata Dharma University 2015

The education system in Indonesia was changed from time to time. The one of significant changes was change in curriculum. Curriculum changes that occur this time was the change of Unit Level Curriculum or School Based Curriculum (SBC) to the elementary curriculum 2013. These changes caused the majority of teacher was difficult in developed the learning device. For this reason, the research was conducted. This research was conducted in order to researchers can develop learning device that can assist the teachers in developing a good learning device refers elementary curriculum 2013, especially in developing authentic assessment. This research was research and development. The development of learning instrument used a procedure of development of learning instrument by Jerold E Kemp. It also used research and development procedure which proposed by Bord and Gall. Those two development procedures were adapted to be a simpler learning model, which became the base of the research. The development procedure used in this research covered five steps, they were (1) potentian and problem, (2) data gathering, (3) product design, (4) experts’ validation, (5) design revision, which finally produced final product design in the form of learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum for fourth grade students of elementary school. The research instrument was need analysis interview and questionnaire. The interview was used for the need analysis of teachers of the fourth grade of SD Negeri Kalasan 1 Sleman. While the questionnaire was used to validate the quality of the learning instrument by two experts of 2013 curriculum and two teachers of the fourth grade of elementary school.

According to the validation, the two experts of 2013 curriculum showed result on the score of 4,22 (very good) and 4,28 (very good), and the two teachers of the fourth grade of elementary school showed result on the score of 4,35 (very good) and 4,06 (good). The learning instrument got mean score 4,22 and it was categorized as very good. The result of the validation was based on 11 aspects which were: (1) daily lesson plan identity, (2) formulation of indicators, (3) formulation of learning objective, (4) choice of learning material, (5) choice of learning source, (6) choice of learning media, (7) learning method, (8) learning scenario, (9) assessment, (10) student task, and (11) language. Therefore, the learning instrument which was developed has been approriate to be used in the learning instrument referring to 2013 curriculum.


(14)

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mengacu Kurikulum SD 2013 pada Subtema Pemanfaatan Energi Untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar dapat penulis selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S.,B.S.T.,M.A. selaku Ketua Program Studi PGSD.

3. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Para dosen dan Staf PGSD yang telah melayani peneliti dengan baik.

6. Rusmawan,S.Pd., M.Pd. selaku validator Pakar Kurikulum SD 2013 yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.

7. Galih Kusumo, S. pd, M.Pd. selaku validator Pakar Kurikulum SD 2013 yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.

8. Sarjono, S.Pd. Selaku kepala sekolah SD Negeri Kalasan 1 yang telah memberikan bantuan selama peneliti melakukan penelitian di sekolah

9. Sri Rejeki. selaku guru kelas IV SD Negeri Kalasan 1 yang telah membantu peneliti dalam melakukan analisis kebutuhan untuk penelitian.


(15)

(16)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Batasan Istilah ... 5

F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan ... 6

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... 7

1. Kurikulum SD 2013 ... 7

a. Rasional Kurikulum SD 2013 ... 8

b. Pendidikan Karakter ... 22

c. Pendekatan Tematik Integratif ... 27

d. Pendekatan Saintifik ... 32

e. Penilaian Otentik ... 39


(17)

xiv

B. Penelitian yang Relevan ... 62

C. Kerangka Pikir... 65

D. Pertanyaan Penelitian ... 67

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 68

B. Prosedur Pengembangan ... 69

C. Jadwal Penelitian ... 71

D. Validasi Ahli Kurikulum SD 2013... 74

E. Validasi Guru Pelaksana Kurikulum SD 2013 ... 75

E. Intrumen Penelitian ... 75

F. Teknik Pengumpulan Data ... 75

G. Teknik Analisis Data ... 76

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kebutuhan ... 79

1. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 79

2. Pembahasan Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 83

B. Deskripsi Produk Awal ... 84

C. Data Hasil Validasi Pakar Kurikulum SD 2013 ... 88

D. Data Hasil Validasi Guru Kelas IV Pelaksana Kurikulum SD 2013 ... 92

E. Kajian Produk Akhir dan Pembahasan ... 96

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENGEMBANGAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 102

B. Keterbatasan Penelitian ... 103

C. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 105

LAMPIRAN ... 107 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...


(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kompetensi Lulusan SD/ MI/ SDLB/ Paket A ... 10

Tabel 2. Penyempurnaan Pola Pikir Kurikulum ... 18

Tabel 3. Elemen Perubahan Kurikulum 2013 ... 19

Tabel 4. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 71

Tabel 5. Konversi Nilai Skala Lima ... 76

Tabel 6. Kriteria Skor Skala Lima ... 78

Tabel 7. Saran Pakar Kurikulum SD 2013 dan Revisi ... 90

Tabel 8. Saran Guru SD Kelas IV Pelaksana Kurikulum SD 2013 dan Revisi ... 94

Tabel 9. Rekapitulasi Skor Validasi Pakar Kurikulum SD 2013 dan Guru SD Kelas IV Pelaksana Kurikulum SD 2013 ... 99


(19)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Siklus Pengembangan Perangkat model Kemp ... 49 Gambar 2. Skema Penyusunan RPP ... 59 Gambar 3. Langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran ... 70


(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 107

Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian ... 108

Lampiran 3 Rangkuman Wawancara ... 110

Lampiran 4 Data Mentah Skor Validasi Ahli Kurikulum SD 2013 ... 115

Lampiran 5 Data Mentah Skor Validasi Guru SD Kelas IV Pelaksana Kurikulum SD 2013 ... 123

Lampiran 6 Silabus ... 131

Lampiran 7 Biodata Penulis ... 171 Lampiran 8 Perangkat Pembelajaran (Dicetak Terpisah)


(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mengacu pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 50 ayat (1) menyatakan bahwa ”Pengelolaan sistem pendidikan nasional merupakan tanggung jawab Menteri”. Sementara itu Pasal 11 ayat (1) menyatakan bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. Sejalan dengan itu dalam hal pendanaan pada pasal 46 ayat (1) ditegaskan bahwa ”Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat”.

Sejalan dengan dasar hukum tersebut, maka sistem pendidikan di Indonesia selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu, termasuk perubahan kurikulum. Kurikulum yang sebelumnya digunakan dalam sistem pendidikan Indonesia adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Perubahan kurikulum dari KTSP ke kurikulum 2013 merupakan salah satu kebijakan pemerintah yang dirancang dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan Indonesia yaitu menghasilkan generasi-generasi Indonesia yang cerdas dan berkarakter.


(22)

Kita tahu bersama, bahwa di era globalisasi yang segalanya dengan mudah dan instan bisa kita peroleh cenderung membuat generasi kita saat ini “menggampangkan” segala aktivitas, termasuk aktivitas pendidikan. Hal-hal berupa informasi perkembangan IPTEK yang dengan cepat, mudah dan instan tersebar di media internet, jejaring sosial, dan media massa membuat generasi saat ini kurang menunjukkan usaha giat dan kerja keras dalam mencapai tujuan hidupnya.

Sejalan dengan kenyataan ini, maka perubahan kurikulum ini dimaksudkan untuk tidak hanya mengembangkan aspek pengetahuan, tetapi juga keterampilan dan sikap, terutama yang terkait dengan karakter.

Perubahan kurikulum ini diterima oleh segala pihak, terutama pihak sekolah dan guru-guru namun banyak guru-guru di berbagai sekolah, terutama sekolah dasar mengaku belum siap untuk menerapkannya, hanya beberapa sekolah yang siap menerapkannya. Di Yogyakarta, salah satu sekolah yang telah siap menerapkan kurikulum 2013 adalah SD Negeri Kalasan 1. Berdasarkan survei kebutuhan di SD Negeri Kalasan 1, hal yang masih perlu dikembangkan adalah perangkat pembelajaran, termasuk materi dan instrumen/ alat penilaian (evaluasi). Dalam mengembangkan perangkat pembelajaran, guru perlu mempersiapkan materi secara baik sesuai dengan Kompetensi Inti yang sudah tercantum dalam kurikulum 2013. Secara garis besar, Kompetensi Inti Kurikulum 2013 terdiri dari: Kompetensi Inti 1: Sikap Spiritual

Kompetensi Inti 2: Sikap Sosial Kompetensi Inti 3: Pengetahuan Kompetensi Inti 4: Keterampilan


(23)

Kompetensi inti 3 dan 4 dikembangkan dengan membuat/ merancang indikator yang ingin dicapai, sedangkan kompetensi inti 1 dan 2 dikembangkan dengan memasukkan/ menyisipkan nilai sikap yang ada ke dalam kompetensi inti 3 dan 4. Penilaian yang dirancang perlu diperhatikan karena semua ranah, mulai dari sikap, pengetahuan dan keterampilan harus dideskripsikan dalam bentuk kalimat. Untuk kompetensi inti 3 dan 4, selain deskripsi ada juga penilaian dalam bentuk angka. Penilaian menjadi sulit bagi guru karena harus dilakukan dalam setiap pembelajaran dengan alokasi waktu yang singkat, sementara banyak kegiatan pembelajaran yang harus diselesaikan dalam waktu satu hari pembelajaran dalam setiap sub tema. Dengan demikian, maka banyak guru yang masih membutuhkan contoh perangkat pembelajaran mengacu kurikulum SD 2013 terutama pada penilaian otentik. Kendala inilah yang mendorong penulis untuk membuat skripsi

dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Subtema Pemanfaatan Energi

Mengacu Kurikulum SD 2013 Untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”. Diharapkan dengan adanya skripsi ini, dapat membantu mengatasi masalah pengembangan perangkat pembelajaran dan alat penilaian yang pada umumnya dialami guru selama ini.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana mengembangkan perangkat pembelajaran subtema Pemanfaatan Energi mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar?

2. Bagaimana kualitas produk perangkat pembelajaran subtema Pemanfaatan Energi mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar menurut pakar kurikulum SD 2013?

3. Bagaimana kualitas produk perangkat pembelajaran sub tema Pemanfaatan Energi mengacu kurikulum SD 2013 menurut guru kelas IV yang melaksanakan kurikulum SD 2013?


(24)

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk menghasilkan perangkat pembelajaran subtema Pemanfaatan Energi mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar

2. Untuk mendeskripsikan kualitas produk perangkat pembelajaran subtema Pemanfaatan Energi mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar menurut pakar kurikulum SD 2013

3. Untuk mendeskripsikan kualitas produk perangkat pembelajaran sub tema Pemanfaatan Energi mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar menurut guru kelas IV yang melaksanakan kurikulum SD 2013

D. Manfaat Penelitian 1.Bagi mahasiswa

Penelitian pengembangan ini dapat memberikan bekal pengetahuan dan pengalaman mahasiswa calon guru ketika menjadi guru kelak

2. Bagi guru

Penelitian pengembangan ini dapat menambah pengetahuan dalam mengembangkan perangkat pembelajaran serta menjadi alternatif dalam mengembangkan perangkat pembelajaran sehingga proses pembelajaran berjalan dengan baik pada sub tema pemanfaatan energi untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar 3.Bagi siswa

Penelitian pengembangan ini dapat mengembangkan pengetahuan siswa, sehingga siswa dapat aktif dan kreatif melalui pembelajaran tematik integratif sesuai kurikulum 2013, khususnya pada sub tema pemanfaatan energi untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar


(25)

4. Bagi sekolah

Penelitian pengembangan ini dapat menambah referensi pengetahuan bagi sekolah untuk mengembangkan perangkat pembelajaran sub tema pemanfaatan energi untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar

5. Bagi Prodi PGSD

Menambah bahan pustaka prodi PGSD Universitas Sanata Dharma untuk pengembangan perangkat pembelajaran mengacu kurikulum SD 2013

E. Batasan Istilah

1. Kurikulum SD 2013 adalah pedoman untuk menyusun perangkat pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan beberapa komponen yaitu pendidikan karakter, pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik, dan penilaian otentik

2. Pendidikan karakter adalah usaha untuk menanamkan nilai, budi pekerti, moral, watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan itu sehari-hari dengan sepenuh hati

3. Pendekatan tematik integratif adalah satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema.

4. Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan


(26)

berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep

5. Penilaian otentik adalah cermin nyata (the real mirror) dari kondisi pembelajaran siswa.

6. Perangkat Pembelajaran adalah Rencana Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) beserta lampirannya yang terdiri dari bahan ajar/LKS, media pembelajaran, Instrumen penilaian yang berupa soal dan kunci jawaban serta tugas dan rubrik penilaian.

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan 1. Komponen RPPTH yang disusun lengkap.

2. RPPTH disusun dengan memperhatikan keutuhan perkembangan pribadi siswa (intelektual, keterampilan, dan karakter) yang nampak dalam perumusan indikator dan tujuan pembelajaran.

3. RPPTH disusun dengan pendekatan tematik integratif.

4. RPPTH disusun berbasis aktivitas siswa dengan menerapkan pendekatan saintifik. 5. Penilaian dalam RPPTH menggunakan penilaian otentik.


(27)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka 1. Kurikulum SD 2013

Menurut Hidayat (2013:19) secara etimologis kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu curir yang berarti “pelari” dan currere yang berarti “tempat berpacu”. Berdasarkan istilah tersebut, maka kurikulum diibaratkan sebagai seorang pelari yang memulai larinya dari garis star dan mengakhirinya di garis finish, dan jika asal kata tersebut dikaitkan ke dalam dunia pendidikan, maka kurikulum diartikan sebagai suatu sistem pendidikan yang sudah ditentukan dengan tertata dan terarah serta secara jelas ditentukan kapan memulai dan mengakhirinya.

Menurut Dakir (2004:2) kurikulum merupakan sebuah program pendidikan yang dirancang dan direncanakan serta berisi berbagai macam bahan ajar dan pengalaman belajar yang dibuat secara sistematik berdasarkan dengan norma-norma yang berlaku sehingga dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran. Pendapat ahli lainnya, yaitu Arifin(2011:1) mengemukakan bahwa kurikulum adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis dan jenjang kurikulum.

Dari pendapat kedua ahli di atas, ada perbedaan pendapat. Dakir menyatakan bahwa kurikulum itu adalah berbagai macam bahan ajar dan pengalaman belajar, sedangkan Arifin menyatakan bahwa kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Meskipun begitu, keduanya sama-sama mengemukakan bahwa peran kurikulum itu sama yaitu sebagai pedoman dalam proses pembelajaran yang memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan pembelajaran.


(28)

Menurut UU.No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dalam Arifin (2011:6) mendefinisikan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan, menurut Hidayat ( 2013:20) kurikulum adalah bahan tertulis yang dimaksudkan untuk digunakan oleh para guru dalam melaksanakan pembelajaran untuk para peserta didiknya.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana pembelajaran yang mengacu pada tercapainya tujuan-tujuan pendidikan tertentu. Diharapkan dengan adanya kurikulum, dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan yang ditandai dengan tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.

a. Rasional dan elemen perubahan kurikulum SD 2013

Perubahan kurikulum dari waktu ke waktu merupakan hal yang tidak asing lagi. Seringkali di dalam perubahan kurikulum, ada kontraversi yang terjadi. Ada yang menerima dan ada pula yang menolak perubahan kurikulum. Walau demikian, perubahan kurikulum dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Hal ini didasarkan pada peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 Tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah dalam salinan lampiran peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 Tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah.


(29)

Perubahan kurikulum yang terjadi bukan tanpa sebab. Salah satu faktor utama terjadinya perubahan kurikulum yaitu ada banyaknya persoalan pendidikan yang terjadi di Indonesia yang memperlambat peningkatan kualitas pendidikan ini.

Elemen-elemen perubahan yang terjadi pada kurikulum 2013 meliputi empat aspek, yaitu;

1. Standar Kompetensi Lulusan a. Pengertian

Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

b. Tujuan

Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan.

c. Ruang lingkup

Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.


(30)

d. Monitoring dan Evaluasi

Untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara Standar Kompetensi Lulusan dan lulusan dari masing-masing satuan pendidikan dan kurikulum yang digunakan pada satuan pendidikan tertentu perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dan berkelanjutan dalam setiap periode. Hasil yang diperoleh dari monitoring dan evaluasi digunakan sebagai bahan masukan bagi penyempurnaan Standar Kompetensi Lulusan di masa yang akan datang.

KOMPETENSI LULUSAN SD/MI/SDLB/Paket A

Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.

Tabel 1. Kompetensi Lulusan SD/ MI/ SDLB/ Paket A SD/MI/SDLB/Paket A

Dimensi Kualifikasi Kebutuhan

Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain

Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual dan konseptual berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.


(31)

dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya.

b. Standar isi a. Pengertian

Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 19 tentang standar nasional pendidikan sebagaimana telah diubah dengan peraturan pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 19 tentang standar nasional endidikan ditetapkan bahwa standar isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. b. Tujuan

Standar Isi dikembangkan untuk menentukan kriteria ruang lingkup dan tingkat kompetensi yang sesuai dengan kompetensi lulusan yang dirumuskan pada Standar Kompetensi Lulusan, yakni sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

c. Ruang lingkup

Materi dirumuskan berdasarkan kriteria muatan wajib yang ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, konsep keilmuan, dan karakteristik satuan pendidikan dan program pendidikan. Selanjutnya, tingkat kompetensi dirumuskan berdasarkan kriteria tingkat perkembangan peserta didik, kualifikasi kompetensi Indonesia, dan penguasaan kompetensi yang berjenjang.


(32)

c. Standar proses a. Pengertian

Menurut peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah dalam dokumen salinan lampiran peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah. Standar proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.

b. Tujuan

Standar Proses dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. c. Ruang lingkup

Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses


(33)

pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

d. Standar penilaian a. Pengertian

Menurut Menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia, Mohammad Nuh dalam salinan lampiran peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 tentang standar penilaian pendidikan. Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.

b. Tujuan

Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah.

c. Ruang lingkup penilaian

Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi mata pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program, dan proses.


(34)

d. Prinsip dan pendekatan penilaian

Menurut Kurinasih dan Sani (2014:49) mengatakan bahwa penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut.

a. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standardan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai.

b. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.

c. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya.

d. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.

e. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.


(35)

Menurut Kunandar (2014:22) mengemukakan bahwa kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut:

a) Tantangan Internal

Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Ke delapan standar tersebut adalah indikator yang menandakan tercapainya kualitas pendidikan yang baik.

Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar sumber daya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar menjadi handal dan profesional.


(36)

b) Tantangan Eksternal

Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA).

Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan. Kualitas pendidikan kita saat ini dinilai masih belum mampu bersaing dengan negara-negara lain yang sudah maju. Bahkan, negara sesama ASEAN. Negara-negara lain pada umumnya telah mencapai transformasi pendidikan yang cukup baik. Tantangan terbesar bagi Indonesia adalah kemampuan untuk mentransformasi pendidikan.

Saat ini, transformasi pendidikan yang dilakukan bangsa ini adalah perubahan kurikulum, yaitu dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013 yang berbasis ilmiah (saintifik). Diharapkan dengan adanya perubahan kurikulum ini, mampu menjawab persoalan pendidikan Indonesia.


(37)

e. Penyempurnaan Pola Pikir

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut:

1. Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama. 2. Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi

pembelajaran interaktif (interaktif gurupeserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/ media lainnya). Dengan adanya pembelajaran yang interaktif, maka peserta didik mampu mengeksplorasi lebih banyak dan beragam pengetahuan dibandingkan bila hanya mendapat penjelasan dari guru.

3. Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet).

4. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains). Dalam pola pembelajaran ini, siswa dituntut untuk lebih aktif dan kreatif dalam menggali pengetahuan berdasarkan sumber-sumber yang ada di sekitarnya dan relevan dengan materi yang dipelajarinya

5. Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim). Dalam setiap pembelajaran, siswa belajar bersama teman-temannya dalam


(38)

kelompok-kelompok, baik kelompok kecil maupun besar agar tumbuh kebiasaan bekerjasama sebagai salah satu karakter yang harus dikembangkan

6. Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia.

7. Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik. Dalam setiap pembelajaran, siswa/ peserta didik diharapkan mampu menemukan potensinya masing-masing untuk mendukung proses pembelajaran

8. Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines), dan

9. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis. Penyempurnaan pola pikir kurikulum dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Penyempurnaan Pola Pikir Kurikulum No. KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013 1. Standar Kompetensi Lulusan

diturunkan dari Standar Isi

Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari kebutuhan

2. Standar Isi dirumuskan berdasarkan Tujuan Mata Pelajaran (Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran) yang dirinci menjadi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran

Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran


(39)

3. Pemisahan antara mata pelajaran pembentukan sikap, pembentukan keterampilan, dan pembentukan pengetahuan

Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan

4. Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran

Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai 5. Mata pelajaran lepas satu

dengan yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah

Semua mata pelajaran diikat oleh Kompetensi Inti (tiap kelas)

Pada kurikulum 2013 terdapat 4 elemen perubahan yaitu SKL ( Standar Kompetensi Kelulusan ), Standar Proses, Standar Isi dan Standar Penilaian. Adapun elemen perubahan tersebut dapat dilihat pada table 3 . (Iswindarti 2014 :31)

Tabel 3. Elemen Perubahan Kurikulum 2013

ELEMEN

DESKRIPSI SD

Kompetensi Lulusan

Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan

Kedudukan mata pelajaran (ISI)

Kompetensi yang semula diturunkan dari matapelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi.


(40)

Tematik terpadu dalam semua mata pelajaran

Struktur

Kurikulum (Mata Pelajaran dan alokasi waktu) ISI

- Holistik dan integratif berfokus kepada alam, sosial dan budaya

- Pembelajaran dilaksanakan dengan pendekatan sains

- Jumlah mata pelajaran dari 10 menjadi 6

- Jumlah jam bertambah 4 JP/minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran

Proses

pembelajar-an

- Standar proses yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.

- Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat - Guru bukan satu-satunya sumber belajar.

- Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan

Tematik dan terpadu

Penilaian

- Penilaian berbasis kompetensi

- Pergeseran dari penilaian melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian otentik (mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan


(41)

pengetahuan berdasarkan proses dan hasil) - Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan)

yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal)

- Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga pada kompetensi inti dan SKL

- Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama penilaian

Ekstrakurikuler

- Pramuka (wajib) - UKS

- PMR

- Bahasa Inggris

Dilihat dari bagan elemen perubahan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa Kurikulum 2013 mengatur ulang Standar Nasional Pendidikan yang telah berlaku sehingga menjadi penyempurnaan bagi pendidikan Nasional.

c) Penguatan Tata Kelola Kurikulum

Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai daftar mata pelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah diubah sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena itu dalam kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut: 1) tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat kolaboratif; 2) penguatan manajeman sekolah


(42)

melalui penguatan kemampuan manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader); dan 3) Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran.

d) Penguatan Materi

Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik. Pendalaman dan perluasan materi yang dilakukan oleh guru sebagai pendidik dimaksudkan agar peserta didik semakin memahami apa yang diberikan guru serta memiliki wawasan yang luas. Materi yang relevan yaitu materi yang sesuai dengan konteks lingkungan siswa dan memiliki satu kesatuan yang utuh (holistik). Materi yang relevan perlu untuk diberikan kepada siswa. meskipun guru memberikan materi, namun bukan berarti guru yang lebih aktif dalam mentransfer pengetahuan, namun siswa yang lebih aktif menggali dan menemukan sendiri pengetahuan yang dibutuhkannya. Guru hanya memfasilitasi siswa untuk dapat belajar secara aktif dan mandiri.

b. Penguatan Pendidikan Karakter

Menurut Undang-undang No. 20 tahun 2003, pasal 1 butir 1, menyatakan

bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.


(43)

Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona (1991) dalam Mahmud (2012: 23) adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya.

Menurut Scerenko (1997) dalam Samani dan Hariyanto (2012:45) mengatakan bahwa pendidikan karakter dimaknani sebagai upaya yang sungguh-sungguh dengan cara mana ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong, dan diperdayakan melalui keteladanan, kajian (sejarah, dan biografi para bijak dan pemikir besar), serta praktik emulasi (usaha yang maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa-apa yang diamati dan dipelajari). Pendidikan karakter diperlukan agar setiap individu menjadi orang yang lebih baik, menjadi warga masyarakat yang lebih baik, dan menjadi warga negara yang lebih baik. Raka,Geda dkk (2011:xi)

Sejalan dengan pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan karakter adalah usaha untuk menanamkan nilai, budi pekerti, moral, watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan itu sehari-hari dengan sepenuh hati sehingga kelak ia akan menjadi warga masyarakat dan warga negara yang baik dan berkarakter unggul.

Penguatan pendidikan karakter sangat dibutuhkan bagi sekolah karena pendidikan karakter merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna


(44)

membangun karakter pribadi dan/ atau kelompok yang unik baik sebagai warga Negara. Di sekolah, peran guru sangat diperlukan dalam menguatkan karakter siswanya. Guru sebagai tenaga pendidik dan kependidikan harus berusaha dan berupaya mengubah sikap atau kepribadian menjadi lebih baik dan profesional sehingga dapat memberikan manfaat besar dalam mencerdaskan bangsa. (Salahudin, 2013:136).

Sebagai tenaga profesional kependidikan, guru harus memiliki tiga komponen yang menyatu dalam dirinya, yaitu sebagai berikut:

1. Capable personal, yaitu guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan serta sikap yang memadai sehingga mampu mengelola proses belajar mengajar secara efektif

2. Innovator, yaitu sebagai tenaga kependidikan yang memiliki komitmen terhadap upaya perubahan dan reformasi. Para guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan serta sikap yang tepat terhadap pembaharuan sekaligus merupakan penyebaran ide pembaharuan yang efektif 3. Developer, yaitu sebagai seorang guru harus memiliki visi keguruan yang

mantap dan luas perspektifnya. Guru harus mampu melihat ke depan dalam menjawab tantangan yang dihadapi oleh sektor pendidikan sebagai suatu sistem

Guru sebagai tenaga profesional dalam strategi penyelenggara pendidikan karakter harus memperhatikan hal-hal berikut:

1. Konsekuensi yang fundamental terhadap program pendidikan, terutama berkenaan dengan komponen tenaga kependidikan dalam kaitannya dengan


(45)

pelayanan masyarakat. Oleh karena itu, guru dituntut memiliki kemampuan kualifikasi yang lebih memadai

2. Memiliki persepsi filosofis dan tanggapan yang bijaksana dalam menyikapi dan melaksanakan pekerjaannya. Kompetensi seorang tenaga profesional kependidikan ditandai dengan serentetan diagnosis dan menyesuaikan dengan sifatnya terus-menerus, di samping kecermatannya untuk menentukan langkah, guru harus bersabar, ulet dan telaten serta tanggap terhadap semua kondisi sehingga di akhir pekerjaannya akan membuahkan hasil yang sangat memuaskan.

Adapun peranan strategis penyelenggara pendidikan karakter dalam menciptakan suasana kondusif dalam pengajaran adalah sebagai berikut:

1. Menciptakan suasana kondusif dalam pelaksanaan pengajaran. Pelaksanaan pengajaran akan berlangsung secara aman, tertib, lancar dan terkendali yang terangkum dalam suasana yang kondusif apabila eksistensi tersebut disertai dengan suasana penerapan strategi yang mantap dan efektif, baik bagi pengajar maupun peserta didik sebagai komponen dari objek belajar

2. Strategi belajar mengajar akan menjadi titik kulminasi dalam pemberdayaan sistem pembelajaran yang lebih komprehensif sehingga segala fenomena yang terkait dan terkandung di dalamnya dapat dicermati dan ditelaah secara mendalam oleh komponen yang terkait di dalamnya

Dalam proses pembelajaran berdasarkan UUSPN Nomor 20 tahun 2003, terdapat empat faktor yang mendukung pendidikan karakter dibutuhkan di antaranya;

1. Melalui pemberian wewenang penuh terhadap satuan pendidikan (sekolah) yang didalamnya terdapat unsur guru sebagai pelaku utama pendidikan, diharapkan guru


(46)

dapat lebih mengembangkan dan memberdayakan diri untuk mengembangkan potensi dan dimensi peserta didik agar mampu hidup bermasyarakat.

2. Tujuan pendidikan nasional sangat memberi perhatian dan menitikberatkan pada penanaman dan pembinaan aspek keimanan dan ketaqwaan. Hal ini sebagai isyarat bahwa pengembangan pendidikan karakter bangsa bersumber dari kesadaran beragama (religius), artinya input, proses dan output pendidikan harus berasal dan bermuara pada penguatan nilai-nilai ketuhanan yang dilandasi keyakinan dan kesadaran penuh sesuia agama yang diyakininya masing-masing.

3. Strategi pengembangan kurikulum pendidikan dasar adalah penekanan pada empat pilar pendidikan yang ditetapkan UNESCO, yaitu belajar mengetahui (leraning to know), menjadi dirinya sendiri (learning to be), belajar bekerja (learning to do), dan belajar hidup bersama (learning to live together). Pengembangan kurikulum (program belajar) pendidikan dasar harus memfasilitasi peserta didik untuk belajar lebih bebas dan mempunyai pandangan sendiri yang disertai dengan rasa tanggung jawab pribadi yang lebih kuat untuk mencapai tujuan hidup pribadinya atau tujuan bersama sebagai anggota masyarakat.

4. Menjadi hakekat dari pendidikan karakter.

Sekolah sangat dituntut dalam membangun penguatan pendidikan karakter dengan baik dan serius, karena pendidikan sangat penting terutama pendidikan karakter, selain pendidikan karakter yang hanya mendidik pemikiran tanpa membangun karakter maka sulit untuk diharapkan bisa membangun masa depan diri, serta masa depan bangsa.


(47)

c. Pendekatan Tematik Integratif

Peserta didik pada jenjang pendidikan sekolah dasar, khususnya kelas awal (kelas I, II dan III) umumnya masih melihat segala sesuatu sebagai sebagai suatu keutuhan (holistik) serta memahami hubungan antarkonsep secara sederhana sehingga proses pembelajaran masih bergantung pada objek konkret dan pengalaman langsung (Piaget: 1950 dalam Ahmadi:89). Oleh karena itulah, pembelajaran tematik integratif diperlukan untuk mendorong optimalisasi perkembangan IQ, EQ dan SQ yang dimiliki anak. Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (2004:6) dalam Ahmadi (2013:90), menyatakan bahwa pembelajaran tematik integratif merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Menurut Poerwadarminta (1984:1040) dalam Ahmadi (2013:90), tema adalah pokok pikiran; dasar cerita yang dipercakapkan, dipakai sebagai dasar mengarang dsb. Pendapat lain muncul dari seorang ahli, yaitu Majid (2014:85) mengatakan konsep pembelajaran tematik merupakan pengembangan dari pemikiran dua orang tokoh pendidikan yakni Jakob 1989 dengan konsep pembelajaran Interdisipliner dan Forgarty pada tahun 1991 dengan konsep pembelajaran terpadu. Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intramata pelajaran maupun antar-mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu peserta didik akan memperoleh pengatahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran jadi bermakna bagi peserta didik.

Menurut Hosnan (2014:364) Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh


(48)

pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri bebagai pengatahuan yang dipelajarinya. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu.

Dari penjelasan yang dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa Pendekatan Tematik Integratif pendekatan pembelajaran yang dilakukan secara terpadu, yang berarti setiap beberapa mata pelajaran akan digabungkan menjadi satu tema pokok yang saling keterkaitan antar bidang studi, antar konsep, antar pokok bahasan, antar tema bahkan antar topik melalui pengalaman langsung sehingga pembelajaran dapat bermakna bagi siswa.

1. Prinsip Pembelajaran Tematik Integratif

Beberapa prinsip yang berkenaan dengan Pembelajaran tematik integratif menurut Majid (2014:89) sebagai berikut:

a. Pembelajaran tematik integratif memiliki satu tema yang aktual, dekat dengan dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa mata pelajaran

b. Pembelajaran tematik integratif perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang mungkin saling terkait. Dengan demikian materi-materi yang dipilih dapat mengungkapkan tema secara bermakna.

c. Pembelajaran tematik integratif tidak boleh betentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku tetapi sebaliknya Pembelajaran tematik integratif harus mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum. d. Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu

mempertimbangkan karakteristik sisawa seperti, minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal.


(49)

e. Materi pelajaran yang diapadukan tidak terlalu dipaksakan. Arinya, materi yang tidak mungkin dipadukan tidak usah diadukan.

2. Karakteristik Pembelajaran Tematik Integratif

Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, Pembelajaran tematik integratif memiliki Karakteristik-karakteristik menurut Majid (2014:89) sebagai berikut:

a. Berpusat pada siswa

Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered). Hal ini sesuai dengan pendekatan modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagi fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

b. Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

Dalam pembelajaran tematik, pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasaan tema-temayang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.


(50)

d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

e. Bersifat fleksibel

Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain, bahkan mengaitkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan di mana sekolah dan siswa berada

f. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

Pembelajaran tematik tidak harus selalu belajar dengan menggunakan buku, tetapi bisa dari hal-hal lain seperti bermain. Siswa pada umumnya menyukai permainan. Dengan permainan, baik tradisional maupun modern, guru dapat menanamkan konsep pengetahuan, sikap sekaligus keterampilan kepada anak tanpa harus banyak memberi tahu (transfer of knowledge)

3. Rambu-Rambu Pembelajaran Tematik

Adapun rambu-rambu pembelajaran tematik menurut Majid (2014:91) adalah sebagai berikut

a. Tidak semua mata pelajaran harus disatukan

b. Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester

c. Kompetensi dasar yang tidak dipadukan, tidak harus dipadukan. Kompentesi dasar yang tidak dapat diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri


(51)

d. Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri.

e. Kegiatan pembelajaran ditekakan kepada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral.

f. Tema-tema yamg dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, lingkungan, dan daerah setempat.

4. Tahapan-tahapan pembelajaran tematik integratif

a. Perencanaan, meliputi pemetaan kompetensi dasar (KD), penentuan tema, analisis indikator, penetapan jaringan tema, penyusunan silabus dan penyusunan RPP b. Penerapan/ pelaksanaan pembelajaran dengan langkah-langkah: kegiatan

pendahuluan, inti dan akhir

c. Evaluasi/ penilaian, yaitu pengukuran terhadap keberhasilan siswa dalam memahami satu topik tertentu.

5. Kelebihan pembelajaran tematik integratif

Menurut Kunandar (2007) dalam Ahmadi (2013:92), pembelajaran tematik integratif memiliki kelebihan yaitu:

a. Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik

b. Memberi pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik

c. Hasil belajar lebih bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna

d. Mengembangkan keterampilan berpikir anak didik sesuai dengan persoalan yang dihadapi

e. Siswa/ anak didik mampu memiliki sikap toleransi komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain


(52)

f. Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik

d. Pendekatan saintifik 1. Pengertian

Menurut Rusman pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan

mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ ditemukan”. Sedang dalam dokumen berjudul “kegiatan belajar-1 pendekatan saintifik” pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang


(53)

5. Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik

Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah:

1. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.

2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.

3. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.

4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.

5. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.

6. Untuk mengembangkan karakter siswa.

6. Karakteristik saintifik 1. Berpusat pada siswa.

2. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.

3. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. 4. Dapat mengembangkan karakter siswa.


(54)

7. Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik

Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran berpusat pada siswa.

2. Pembelajaran membentuk students’ self concept.

3. Pembelajaran terhindar dari verbalisme.

4. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.

5. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa.

6. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru.

7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi.

8. Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

8. Langkah-langkah umum pembelajaran dengan pendekatan saintifik

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian


(55)

menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.

Pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:

1. Mengamati (observasi)

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru menjadi fasilitator bagi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.

2. Menanya

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak,


(56)

dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.

Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam

Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.


(57)

3. Mengumpulkan Informasi

Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari

bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian/, aktivitas wawancara dengan narasumber dan sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

4. Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi/ Menalar

Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam kegiatan

pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan


(58)

untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia.

5. Menarik kesimpulan

Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau secara individual membuat kesimpulan.


(59)

6. Mengkomunikasikan

Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta

didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan”

dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

e. Penilaian Otentik a) Pengertian

Menurut Majid (2014:236) mengatakan penilaian otentik (authentic assesment) adalah suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang proses dan hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik (pusat kurikulum, 2009). Lebih lanjut Johnson (2009) dalam Majid (2014:236) mengatakan bahwa penilaian otentik berfokus pada tujuan , melibatkan pembelajaran secara langsung, membangun kerja sama, dan menanamkan


(60)

tingkat berpikir yang lebih tinggi. Melalui tugas-tugas yang diberikan, para siswa akan menunjukan penguasaannya terhadap tujuan dan kedalaman pemahamannya, serta pada saat yang bersamaan diharapkan akan dapat meningkatkan pemahaman dan perbaikan diri.

Kata lain dari penilaian otentik adalah penilaian kinerja, termasuk didalamnya penilaian portofolio dan penilian projek. Penilaian otentik adakalanya disebut penilaian responsif, suatu metode untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang memiliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius. (Kurinasih dan Sani 2014:49)

Menurut Nurgiyanto (2011:23) penilaian otentik merupakan penilaian terhadap tugas-tugas yang menyerupai kegiatan membaca dan menulis sebagaimana halnya didunia nyata dan di sekolah.

Menurut Basuki dan Haryanto (2014:168) penilaian otentik (authentic assessment) merupakan cermin nyata (the real mirror) dari kondisi pembelajaran siswa. Penilaian otentik , disebut karena unik berdasarkan pengalaman pribadi, pengalaman langsung di dunia nyata setiap siswa. Penilaian otentik disebut pula dengan penilaian alternatif, penilaian kinerja, penilaian informal, dan penilaian berlandaskan situasi (situated assessment).

Berdasarkan uraian di atas dapat di ketahui bahwa Penilaian otentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan siswa. Penilaian otentik adalah penilaian yang dapat dilakukan dengan komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran, yang meliput ranah sikap, pengetahuan, dan ketrampilan.


(61)

b) Jenisjenis Penilaian Autentik

Dalam modul kurikulum 2013, menjelaskan 4 jenis penilaian autentik yaitu sebagai berikut:

1) Penilaian kerja

Penilaian autentik sebisa mungkin melibatkan partisipasi peserta didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebut unsur-unsur proyek/tugas yang mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya.

Berikut ini cara merekam hasil penilaian berbasis kinerja. 1. Daftar cek (checklist).

2. Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). 3 Skala penilaian (rating scale)

4. Memori atau ingatan (memory approach) 2) Penilaian projek

Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut priode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas yang dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data.

Berikut ini tiga hal yang perlu diperhatikan guru dalam penilaian proyek. 1. keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan

data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.


(62)

2. Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengatahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.

3. Keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh peserta didik.

3) Portofolio

Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kesimpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi. Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.

2. Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.

3. Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.

4. Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai atau yang sudah disediakan, disertai catatan tanggal pengumpulannya.

5. Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.

6. Jika memungkinkan guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen portofolio yang dihasilkan.

7. Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.


(1)

belajar untuk memperoleh ilmu pengetahuan

1.2 Mengakui dan mensyukuri anugerah Tuhan yang Maha Esa atas keberadaan

lingkungan dan sumber daya alam, alat teknologi modern dan tradisional, perkembangan teknologi, energi, serta

permasalahan sosial

Pembelajaran ke 6 IPA

3.4 Membedakan berbagai bentuk energi melalui pengamatan dan mendeskripsikan

pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari

IPA 3.4.1

Mengidentifikasi perbedaan bentuk energi

3.4.2

IPA Energi dan sumber daya alam

IPS Dinamika

Penggalan 1

 Siswa membaca buku-buku tentang energi dan sumber daya alam

(mengamati)

1. Pengetahuan: tertulis

2. Keterampilan: penilaian kinerja

3. Sikap sosial:

6 JP Kementeria n

Pendidikan dan

Kebudayaan , 2014.


(2)

4.6 Menyajikan laporan tentang sumber daya alam dan pemanfaatannya oleh masyarakat

2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; obyektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud

implementasi sikap dalam melakukan inkuiri ilmiah dan berdiskusi

2.2 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas

sehari-Mendeskripsikan pemanfaatan energi dalam kehidupan sehari-hari 4.6.1 Membuat laporan tentang sumber daya alam dan pemanfaatannya oleh masyarakat 2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; obyektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung interaksi manusia dengan lingkungan sekitar Evaluasi Uji Kompetensi sub tema 2 Pemanfaatan Energi

 Siswa dan guru bertanya jawab tentang energi dan sumber daya alam (menanya)

 Siswa berdiskusi untuk mengerjakan tugas

(membentuk jejaring)

 Siswa

menyampaikan hasil diskusi di depan kelas (mengkomunikasi kan)

Penggalan 2

 Siswa mengamati gambar tentang

pengamatan

4. Sikap spiritual: penilaian diri Berhemat Energi: Buku Guru Tematik Terpadu Kurikulum 2013 untuk SD/ MI Kelas IVEdisi Revisi. Jakarta: Kementeria n Pendidikan dan Kebudayaan Kementeria n Pendidikan


(3)

hari sebagai wujud implementasi melaksanakan

penelaahan fenomena alam secara mandiri maupun berkelompok

1.1 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan

kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya, serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya

IPS

3.5 Memahami manusia

jawab; terbuka; dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan inkuiri ilmiah dan berdiskusi

2.2 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi melaksanakan penelaahan

interaksi manusia (mengamati)

 Siswa dan guru bertanya jawab tentang interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, dan budaya (menanya)

 Siswa berdiskusi tentang interaksi manusia

(membentuk jejaring)

 Siswa

mempresentasikan hasil kerjanya (mengkomunikasi kan)

 Siswa dan guru

dan

Kebudayaan , 2014.

Selalu Berhemat Energi: Buku Guru Tematik Terpadu Kurikulum 2013 untuk SD/ MI Kelas IVEdisi Revisi.

Jakarta: Kementeria n

Pendidikan dan


(4)

dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi

4.5 Menceritakan manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi

2.3 Menunjukkan perilaku santun, toleran dan peduli dalam melakukan

interaksi sosial dengan lingkungan dan teman sebaya

1.1 Menerima karunia Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan lingkungannya

fenomena alam secara mandiri maupun berkelompok

1.1 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang

menciptakannya, serta

mewujudkannya dalam

pengamalan

menarik

kesimpilan dari kegiatan

pembelajaran (menyimpulkan) Penggalan 3

 Siswa mengerjakan evaluasi sub tema 2 pemanfaatan energi

 Siswa dan guru bersama

membahas soal evaluasi

Hakim, Lukman dkk. 2014. Tematik 4 Tema 2: Selalu Berhemat Energi untuk Kelas IV SD dan MI


(5)

Evaluasi

Uji Kompetensi sub tema 2 Pemanfaatan Energi

ajaran agama yang dianutnya IPS

3.5.1

Mengidentifikasi hubungan

interaksi

manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya dan ekonomi

4.5.1 Membuat cerita tentang interaksi

manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya dan ekonomi 2.3.1


(6)

perilaku santun dalam

melakukan interaksi sosial dengan

lingkungan dan teman sebaya

1.1.1 Mensyukuri keberadaan manusia dan lingkungan sebagai anugerah Tuhan

Evaluasi Uji kompetensi sub tema 2 Pemanfaatan Energi


Dokumen yang terkait

Pengembangan perangkat pembelajaran mengacu kurikulum Sekolah Dasar 2013 pada subtema pekerjaan orang tuaku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

0 0 155

Pengembangan perangkat pembelajaran mengacu kurikulum SD 2013 pada sub tema aku bangga dengan daerah tempat tinggalku untuk siswa kelas empat (IV) sekolah dasar.

0 4 166

Pengembangan perangkat pembelajaran mengacu kurikulum SD 2013 pada sub tema kegiatan malam hari untuk siswa kelas satu (I) Sekolah Dasar.

0 0 151

Pengembangan perangkat pembelajaran mengacu kurikulum SD 2013 pada sub tema aku dan teman baru untuk siswa kelas 1 sekolah dasar.

0 0 114

Pengembangan perangkat pembelajaran sub tema keunikan daerah tempat tinggalku mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV sekolah dasar.

0 1 174

Pengembangan perangkat pembelajaran subtema macam-macam sumber energi mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas empat (IV) Sekolah Dasar.

0 0 184

Pengembangan perangkat pembelajaran mengacu kurikulum 2013 pada sub tema keberagaman makhluk hidup di lingkunganku untuk siswa kelas IV SD.

1 6 269

Pengembangan perangkat pembelajaran inovatif dalam sub tema Kegiatan Keluargaku mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar - USD Repository

0 0 195

Pengembangan perangkat pembelajaran inovatif dalam sub tema anggota keluargaku mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar - USD Repository

1 3 197

Pengembangan perangkat pembelajaran inovatif dalam Sub Tema 2 Tubuhku mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar - USD Repository

0 2 188