Pada pembuatan plastik pembungkus seperti polietilen maka peranan amida asam lemak dalam hal ini adalah sebagai pelumas agar plastik pembungkus itu tidak
mudah bocor ataupun pecah akibat adanya regangan ataupun pemanasan. Sebaliknya pada fase yang terdiri dari padat dan cair, maka peranan amida asam lemak adalah
untuk pencegah korosi. Pada fase padat dan gas, peranannya adalah sebagai antistatik, sebaliknya pada fase cair dan padat, maka peranan amida asam lemak ini sebagai
bahan pembasah, sedangkan pada fase cair lebih banyak peranan amida asam lemak ini sebagai penstabil busa dan bahan pengemulsi.
2.7. Urea
Rumus kimia urea adalah; NH
2
– C – NH
2
|| 2.13
O Sifat fisika dan kimia yang dimiliki Urea adalah :
- Titik lebur 132,7°C
- Berat molekulnya 60,06
- Berat jenis 1,32
- Berwana putih
- Mudah larut dalam air dan alkohol
- Bila dipanaskan dengan air akan mengalami hidrolisis. Reaksi ini dapat
berlangsung pada suhu kamar ditambahkan enzim urease terdapat dalam biji- bijian seperti kacang kedele, kacang tanah, dalam hati, limpa dan sel darah
merah dan beberapa spesies, reaksinya adalah adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
NH
2
| C = O + H
2
O → CO
2
+ 2NH
3
2.14 |
NH
2
- Bersifat sedikit basa, dapat bereaksi dengan asam malonat membentuk asam barbiturat yang digunakan dalam dunia kedokteran sebagai sedative atau
penenang Wilbraham.A.C,1992. - Bila dipanaskan pada suhu yang lebih tinggi dari titik leburnya akan terlepas
ammonia dan terbentuk biuret. NH
2
NH
2
O O
| | || || C = O + C = O
→ H
2
N - C - N - C- NH
2
+ NH
3
2.15 | | |
NH
2
NH
2
H
Biuret
- Jika larutan biuret ditetesi dengan larutan NaOH dan beberapa tetes larutan
CuSO
4
akan terbentuk warna violet. Reaksi ini dikenal dengan reaksi biuret atau Piotrowski.
Melihat bahwa urea merupakan pupuk tanaman yang makin banyak digunakan oleh banyak negara, terutama negara agraris, dan penggunaanya dalam bidang
industri kimia seperti pembuatan plastik atau resin dan senyawa-senyawa
Universitas Sumatera Utara
kimia lainnya, maka prospek penggunaan urea dimasa yang akan datang akan makin cerah.
2.8. Karet
Tanaman karet Havea brasiliensis termasuk famili Euphorbiacea, dengan nama lain rambung, secara taksonomi oleh Setiawan. D.H. 2005 dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Genus : Havea
Spesies : Havea brasiliensis
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Batang tanaman ini biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan dibagian atas.
Dibatang inilah terkandung getah yang dikenal dengan nama lateks karet alam. Karet adalah suatu polimer dari isoprena dengan struktur kimianya seperti
ditunjukkan pada gambar dibawah ini : CH
3
H C = C
-CH
2
CH
2
-
n
Gambar 2 : Struktur kimia Isoprena.
Universitas Sumatera Utara
Dimana n adalah derajat polimerisasi yaitu bilangan yang menunjukan jumlah monomer didalam rantai polimer. Nilai n dapat berkisar antara 3000 – 15000 unit.
Sifat karet alam tergantung dari jenis klon nya, apabila semakin tinggi dan semakin panjang rantai molekulnya maka sifat elastisnya semakin tinggi dan semakin kental
De Boer.,1982. Molekul polimer karet alam tidak lurus, tetapi melingkar seperti spiral dan ikatan –
C=C − didalam rantai berputar pada sumbunya sehingga memberikan sifat karet yang
fleksibel yaitu dapat ditarik, ditekan dan lentur. Adanya ikatan rangkap –C=C- pada molekul karet, memungkinkan dapat terjadinya
reaksi oksidasi. Oksidasi oleh udara O
2
terjadi pada ikatan rangkap, sehingga panjang rantai polimer akan semakin pendek. Terjadinya pemutusan rantai polimer
mengakibatkan sifat viksositas karet menurun. Oksidasi karet oleh udara akan lebih lambat terjadi bila kadar antioksidan alamiah yaitu protein dan lipida tinggi serta
kadar ion – ion logam karet rendah. Karet yang baik memiliki sifat daya elastis yang baik, tidak mudah panas, tidak
mudah retak dan sangat plastis sehingga mudah diolah.
2.8.1. Lateks
Lateks karet alam merupakan getah seperti susu dari tumbuhan karet yang membeku ketika terkena udara. Getah yang baru disadap dinamakan lateks kebun, dengan
kandungan kadar karet kering KKK sekitar 30. Lateks ini belum dapat dipasarkan karena masih terlalu encer dan belum sesuai digunakan sebagai bahan baku industri.
Universitas Sumatera Utara
Oleh sebab itu perlu dipekatkan terlebih dahulu sehingga kadar karet keringnya mencapai 60 atau lebih Setyamidjaya, D., 1993.
Lateks merupakan emulsi antara partikel karet dengan air beserta campuran bahan kimia lainnya yang distabilkan oleh bahan pengemulsi alami yang dikandungnya
yaitu protein dan lipida. Komposisi lateks segar secara garis besar dapat dilihat pada Tabel 2.4. dibawah ini :
Tabel 2. 4. Komposisi Lateks Segar. Komponen
Persentase
Hidrokarbon karet Air
Protein Karbohidrat
Lipida Senyawa logam Ca, Mg, K, Fe
25 – 45 50 – 70
2 1,5
0,9 0,5
De Boer., 1952 Dari tabel diatas dapat kita lihat komponen-komponen bukan karet sangat
mempengaruhi kestabilan lateks. Kandungan protein yang terdapat dalam lateks segar adalah 2 dan sekitar 20 dari protein tersebut teradsorpsipada partikel lateks, dan
sebagaian larut dalam serum. Protein yang teradsorpsi pada permukaan partikel karet, berfungsi sebagai lapisan pelindung, dimana protein ini akan memberikan muatan
negatif yang mengelilingi partikel karet sehingga mencegah terjadinya interaksi antara sesama partikel karet, dengan demikian sistem koloid lateks akan tetap stabil
Walujono, K.,1970. Namun dengan adanya mikroorganisme maka protein tersebut
Universitas Sumatera Utara
akan terurai sehingga lapisan pelindung partikel karet akan rusak dan terjadilah interaksi antar partikel karet membentuk flokulasi atau gumpalan Roberts, A,D.,
1988 . Senyawa karbohidrat yang terkandung dalam lateks adalah sekitar 1,5 yang
meliputi glukosa, fruktosa, galaktosa, sukrosa dan pentosa. Karbohidrat yang terdapat dalam lateks merupakan sumber energi bagi petumbuhan mikroorganisme,
sehingga menyebabkan naiknya bilangan VFA Volatile Fatty Acid karena pembentukan asam-asam lemak eteris. Akibatnya pH lateks akan turun menuju titik
isoelektrisnya dan menggumpal Chen, S, F., 1979. Senyawa lipida yang terdapat didalam lateks terdiri dari lipida netral dan lipida polar.
Lipida polar merupakan senyawa fosfolipida sepeti lesitin, fosfatidat dan fosfatidin. Senyawa lipida yang terdapat didalam lateks seperti fosfolipida dapat berfungsi
sebagai antioksidan dan pemacu dalam proses vulkanisasi. Sedangkan ion-ion logam yang terdapat dalam lateks seperti ion Ca
2+
dan ion Mg
2+
dapat menetralkan muatan negatif dari partikel lateks dan menyebabkan terganggunya kemantapan lateks serta rusaknya kestabilan sistem koloid lateks. Pecahnya partikel
koloid lateks akan menyebabkan terbentuknya flokulasi dan lateks akan menggumpal. Oleh karena itu kandungan ion logam dari lateks sebaiknya rendah karena selain
dapat mengganggu kemantapan dan kestabilan sistem koloid lateks juga dapat mempercepat proses oksidasi karet oleh udara yang menyebabkan terjadinya
pengusangan karet Budiman, S., 1983 .
Universitas Sumatera Utara
Lateks dikatakan mantap apabila sistem koloid, yaitu tidak terjadi flokulasi atau penggumpalan selama penyimpanan. Adapun faktor yang dapat mempengaruhi
kestabilan lateks adalah : 1.
Adanya kecendrungan setiap partikel karet berinteraksi dengan fase cair atau serum misalnya assosiasi komponen-komponen bukan karet pada permukaan
partikel-partikel karet. 2.
Adanya interaksi antara partikel-partikel karet itu sendiri. 3.
Adanya interaksi antar molekul air dengan partikel karet yang menghalangi terjadinya penggabungan partikel-partikel karet.
4. Adanya muatan listrik pada permukaan partikel karet sehingga terjadi gaya
tolak menolak antara dua atau lebih partikel karet tersebut. 5.
Energi bebas antara permukaan yang rendah. Proses koagulasi pada lateks terjadi karena penetralan muatan partikel karet
dengan pelindungnya menjadi hilang. Partikel karet yang sudah bebas akan bergabung membentuk gumpalan. Penurunan muatan dapat terjadi karena penurunan
pH dimana hal ini dapat terjadi karena terbentuk asam dari hasil penguraian bakteri. Dalam keadaan pengawetan yang kurang baik, karbohidrat dapat dengan cepat
diuraikan oleh bakteri, sehingga membentuk asam lemak eteris asam asetat dan asam formiat. Hal ini disebabkan karena karbohidrat merupakan makanan bakteri dalam
lateks, dimana dengan pertolongan oksigen dari udara bakteri akan merubahnya menjadi asam asetat dan asam formiat.
Universitas Sumatera Utara
Rusaknya kemantapan sistem koloid lateks mengakibatkan terjadinya penggumpalan. Kerusakan ini dapat terjadi antara lain dengan jalan penetralan muatan protein dengan
penambahan asam sehingga muatan negatif dan muatan positif lateks setimbang tercapai titik isoelektrik. Titik isoelektrik dari lateks adalah pada pH 4,4 - 5,3.
Penggumpalan diawali dengan flokulasi yaitu interaksi antara partikel keret dengan partikel karet lainnya selanjutnya terjadilah koagulasi Soewarti, S., 1975.
Lateks pekat merupakan cairan pekat karet dan untuk memperoleh lateks pekat yang bermutu tinggi maka kedalam lateks pekat ditambahkan pengawet primer dan
sekunder. Pengawet primer ditambahkan ditempat pengumpulan lateks kebun, sedangkan pengawet sekunder ditambahkan dipabrik pengolahan lateks. Pengawet
primer yang ditambahkan biasanya larutan asam formiat, amonia sedangkan pengawet sekunder adalah tetra metil tiuram dipospat – zinc oksida TZ dan
ammonium laurat. Ada dua jenis lateks pekat yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan karet untuk
diekspor yaitu : 1.
Lateks pekat amonia rendah LA yaitu bila kedalam lateks pekat ditambahkan maksimal amonia 0,8 , tetra metil tiuram dipospat – zinc oksida 25 dan
amonium laurat 20 . 2. Lateks pekat amonia tinggi HA yaitu bila kedalam lateks pekat ditambahkan
minimal amonia 1,6 , tetra metil tiuram dipospat – zinc oksida 25 dan amonium laurat 20 .
Universitas Sumatera Utara
2.9. Surfaktan
Surfaktan adalah zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan atau antar muka. Molekul surfaktan mempunyai
dua ujung yang terpisah, yaitu ujung polar hidrofilik dan ujung non polar lipofilik. Apabila ditambahkan kedalam suatu cairan pada konsentrasi rendah, maka dapat
mengubah karakteristik tegangan permukaan dan antar muka cairan tersebut. Antar muka adalah bagian dimana dua fasa saling bertemukontak. Jadi Surfaktan
Surfactant adalah singkatan dari Surface active agent yang berarti zat aktif permukaan.
Surfaktan merupakan senyawa yang molekul-molekulnya mempunyai dua ujung yang berbeda interaksinya dengan air, yakni ujung satu kepala yang suka air
hidrofilik bersifat sangat polar dan ujung satunya ekor yang tidak suka air hidrofobik bersifat non-polar. Kepala dapat berupa anion-kation atau ion netral,
sedangkan ekor adalah rantai hidrokarbon linier atau bercabang. Surfaktan memiliki aplikasi dalam industri seperti sebagai bahan dasar detergen, zat pembusa,
pengemulsi dalam kosmetik dan farmasi, pengemulsi dalam zat pengapung dalam industri pengapung, sebagai emulsi dan pembersih dalam industri makanan Shahidi
F, 2005. Surfaktan dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu surfaktan yang larut dalam
minyak dan surfaktan yang larut dalam air. Surfaktan yang larut dalam minyak, ada tiga yaitu senyawa polar berantai panjang, senyawa fluokarbon, dan senyawa silikon.
Surfaktan yang larut dalam pelarut air banyak digunakan sebagai zat pembasah, zat
Universitas Sumatera Utara
pembusa, zat pengemulsi, zat anti busa, detergen, zat flotasi, pencegah korosi Winarno,1992. Surfaktan juga digunakan dalam pengolahan pangan yaitu untuk
meningkatkan mutu produk dan mengurangi kesulitan penanganan bahan yang mudah rusak.
Oleh Bayle, 1979, klasifikasi surfaktan berdasarkan muatannya dibagi menjadi empat golongan yaitu:
1. Surfaktan anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu anion.
2. Surfaktan kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu
kation. 3.
Surfaktan nonionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan. 4.
Surfaktan amfoter yaitu surfaktan yang bahgian alkilnya mempunyai muatan positif dan negatif.
2.10. Hubungan Bahan Surfaktan Dengan Harga Keseimbanagn Hidrofilik Lipofilik Balance HLB