Nilai Ekonomi Wisata di Pulau Pari

untuk melakukan aktivitas wisata, misalnya untuk wisata snorkling. Oleh karena itu, variabel-variabel tersebut tidak dapat dimasukkan ke dalam model persamaan, namun variabel-variabel tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap jumlah kunjungan wisata di Pulau Pari. Pada hasil regresi di Tabel 17 dapat dilihat hasil uji t dengan taraf nyata 5 persen dan 15 persen, diperoleh terdapat dua variabel bebas yang berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kunjungan di Pulau Pari. Variabel lama mengetahui berpengaruh pada taraf nyata 5 persen dan jumlah tanggungan berpengaruh pada taraf nyata 15 persen. Koefisien lama mengetahui bernilai positif, yaitu 0,026. Nilai koefisien ini menunjukkan bahwa setiap penambahan 1 bulan lama mengetahui objek wisata, diduga akan menambah jumlah kunjungan wisata ke Pulau Pari Kepulauan Seribu sebesar 0,26, dengan asumsi cateris paribus. Sedangkan koefisien jumlah tanggungan bernilai 0,139, artinya setiap penambahan 1 orang jumlah tanggungan, diduga akan menambah jumlah kunjungan wisata ke Pulau Pari, sebesar 1,39, dengan asumsi cateris paribus. Hasil analisis regresi linear berganda pada Tabel 17 diperoleh nilai VIF masing-masing variabel kurang dari 10. Hal ini menunjukkan tidak adanya multikolinearitas dalam model regresi. Uji heteroskedastisitas dilihat dengan melihat pola penyebaran titik. Hasil regresi menunjukkan titik-titik yang menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, artinya output regresi pada Chart Lampiran 2 tidak membentuk pola yang jelas. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi. Uji autokorelasi diketahui dengan membandingan nilai Durbin-Watson DW dengan DW tabel. Nilai DW dari hasil regresi diperoleh 1,755. Untuk nilai dL dan dU dapat dilihat pada tabel DW untuk signifikansi 0,05 dengan n jumlah data=76 dan k jumlah variabel independen=9. Didapatkan nilai dL adalah 1,3747 dan dU adalah 1,8989, jadi nilai 4-dU=2,1011 dan 4-dL=2,6253. Hal ini berarti nilai DW 1,755 berada pada daerah antara dL dan dU, maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti. Berdasarkan hasil regresi tersebut, dengan memasukkan nilai rata-rata pendapatan, jumlah tanggungan, pendidikan, jarak, lama perjalanan, umur, lama mengetahui, dan lama kunjungan, maka dapat diperoleh fungsi : JK = 1,113 - 0,0000001187 TC + 0,233483 JK = - 0,0000001187 TC + 1,346483 Persamaan di atas lalu ditransformasikan dalam bentuk TC menjadi: TC = Biaya perjalanan rata-rata dapat diperoleh ketika jumlah kunjungan rata-rata, sehingga dengan memasukkan nilai rata-rata jumlah kunjungan, diperoleh persamaan : Rata-rata TC = = = 2.919.000 Sementara itu, TC maksimum diperoleh saat jumlah kunjungan=0, sehingga dapat diperoleh nilai TC maksimum sebesar: TC maks = = 11.344.000 Berdasarkan perhitungan tersebut, maka surplus konsumen dapat diketahui dengan membagi dua hasil perkalian antara jumlah kunjungan rata-rata dengan selisih TC maksimum dan TC rata-rata, sehingga diperoleh estimasi nilai surplus konsumen per individu sebesar Rp 4.212.500,00. Dengan demikian, berdasarkan jumlah kunjungan wisatawan ke Pulau Pari, Kepulauan Seribu pada tahun 2012 yang berjumlah 36.232 kunjungan, maka nilai ekonomi wisata di Pulau Pari adalah sebesar Rp 152.627.300.000,00tahun.

6.7 Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap Penghasilan Masyarakat

Hidupnya aktivitas wisata di Pulau Pari memberikan dampak positif terhadap penghasilan masyarakat di Pulau Pari. Pekerjaan utama masyarakat sebagai nelayan dapat terbantu dengan adanya kegiatan di sektor pariwisata. Keberadaan objek wisata Pulau Pari mengakibatkan adanya perubahan pada penghasilan masyarakat setempat. Besaran kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan masyarakat diestimasi dari 30 orang responden masyarakat Pulau Pari seperti yang terlampir pada Lampiran 3. Data tersebut dihitung dengan pendekatan penghasilan rumah tangga, dan diperoleh hasil yang menunjukan bahwa keterlibatan masyarakat dalam pekerjaan di sektor pariwisata memberikan kontribusi rata-rata sebesar 70,12 persen terhadap penghasilannya. Artinya sudah termasuk ke dalam penghasilan utama berdasarkan kriteria menurut Soehadji 1995 dalam Soetanto 2002. Hasil tersebut menjunjukkan bahwa sektor pariwisata sangat berperan dalam perekonomian masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi di lapangan di mana banyak masyarakat yang memiliki usaha di sektor pariwisata. Kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan masyarakat disajikan dalam Tabel 18. Tabel 18 Kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan masyarakat di Pulau Pari J um la h re spo nd en Rata-rata penghasilan Rp per bulan Total Penghasilan Kontribusi sektor wisata Non-wisata Wisata A B c = a + b bc x 100 30 615.667 1.445.000 2.060.667 70,12 Sumber: Data Primer Diolah, 2013 Perubahan penghasilan karena adanya objek wisata Pulau Pari terjadi pada setiap tenaga kerja dan unit usaha. Tanpa adanya sektor pariwisata di Pulau Pari, rata-rata penghasilan masyarakat adalah sebesar Rp 615.667,00 yang diperoleh dari penghasilan sebagai nelayan, buruh, penjaga sekolah, IRT, dan pegawai swasta. Jumlah ini hanya sekitar 30 persen dari penghasilan mereka dengan adanya objek wisata Pulau Pari. Pekerjaan masyarakat pada sektor pariwisata di Pulau Pari terdiri dari tenaga kerja yaitu sebagai pemandu wisata, dan unit usaha, yaitu penyewaan homestay, kapal snorkling, alat snorkling, kamera underwater, sepeda, banana boat, dan catering. Keberlangsungan pengembangan wisata di Pulau Pari Kepulauan Seribu ini didukung oleh adanya sebuah organisasi pemuda Pulau Pari yang dinamakan FORSIR Forum Pesisir. FORSIR merupakan suatu organisasi masyarakat yang peduli terhadap kesejahteraan masyarakat dan lingkungan Pulau Pari, khususnya dalam pengembangan objek wisata dan kegiatan sosial masyarakat. Keterlibatan masyarakat pada sektor pariwisata bukan hanya menguntungkan bagi perekonomian mereka saja. Namun, dari hasil penghasilan masyarakat yang terlibat pada setiap pekerjaan di sektor pariwisata ini, mereka turut menyumbang untuk keberlanjutan wisata di Pulau Pari melalui pungutan yang dikelola oleh FORSIR, sehingga sektor pariwisata juga turut menyumbang penghasilan daerah setempat. Berikut ini disajikan besarnya sumbangan masyarakat dari penyediaan fasilitas penunjang objek wisata di Pulau Pari. Perhitungan besarya kontribusi penghasilan masyarakat penyedia fasilitas penunjang wisata terhadap lingkungan Pulau Pari disajikan pada Lampiran 4. Tabel 19 Kontribusi penghasilan masyarakat penyedia fasilitas penunjang wisata terhadap lingkungan di Pulau Pari Fasilitas Biaya pungutanbulan Rata-rata jumlah penggunaanbulan Jumlah Homestay Rp 15.000,00rumah 80 Rp 1.200.000,00 Kapal snorkling Rp 10.000,00minggukapal 30 Rp 1.200.000,00 Alat Snorkling ADS Rp 1.000,00set yang dipakai 3000 Rp 3.000.000,00 Sepeda Rp 500,00kepala 2500 Rp 1.250.000,00 Banana Boat Rp 500,00kepala 500 Rp 250.000,00 Catering Rp 500,00kepala 3000 Rp 1.500.000,00 Total Penerimaan Rp 8.400.000,00 Sumber: FORSIR, 2013 Berdasarkan Tabel 19 dapat dilihat bahwa dengan rata-rata jumlah penggunaan fasilitas wisata per bulan seperti yang tertera pada Tabel 19, FORSIR berpotensi memperoleh penghasilan sebanyak Rp 8.400.000,00 dalam satu bulan. Dana tersebut merupakan kontribusi penghasilan masyarakat penyedia fasilitas penunjang wisata terhadap lingkungan di Pulau Pari. Penghasilan ini digunakan untuk pengembangan infrastruktur dan fasilitas wisata, kebersihan dan perawatan, pemeliharaan sumber daya alam dan lingkungan, serta pembiayaan kegiatan sosial masyarakat. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa masyarakat tidak sekedar mementingkan perekonomiannya saja, tetapi turut berkontribusi juga terhadap keberlanjutan lingkungannya.

VII. SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum Pulau Pari memiliki potensi ekowisata yang baik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1. Lokasi yang digunakan untuk objek wisata snorkling dan wisata pantai di Pulau Pari sudah memenuhi kriteria kesesuaian daya dukung kawasan. Keempat lokasi penelitian berada pada kategori Indeks Kesesuaian Wisata IKW yang sesuai untuk digunakan sebagai lokasi wisata. Daya dukung kawasan untuk keempat lokasi tersebut adalah sebanyak 14 oranghari di lokasi APL, 36 oranghari di lokasi Bintang Rama, 8 oranghari di lokasi Dermaga, dan 300 oranghari di lokasi Pantai Pasir Perawan. 2. Nilai ekonomi wisata di Pulau Pari untuk tingkat kunjungan sebesar 36.232 pada satu tahun 2012 diperoleh sebesar Rp 152.627.300.000,00tahun. Hal ini menunjukkan bahwa Pulau Pari memiliki potensi wisata yang besar. Kegiatan wisata di Pulau Pari sangat tergantung dengan alam. Oleh karena itu, untuk menjamin keberlangsungan sumber daya alam dan lingkungan, serta mempertahankan nilai ekonomi wisata di Pulau Pari, maka kondisi di Pulau Pari harus tetap terjaga, sehingga konservasi di Pulau Pari sangat diperlukan karena memberikan nilai ekonomi yang besar. 3. Keberadaan sektor pariwisata di Pulau Pari memberikan kontribusi sebesar 70,12 persen terhadap penghasilan masyarakat. Artinya, penghasilan dari sektor pariwisata yang semula sebagai penghasilan alternatif karena menurunnya penghasilan dari sektor perikanan dan budidaya rumput laut, sekarang sudah menjadi penghasilan utama, sehingga masyarakat sudah mulai tergantung pada sektor pariwisata.

7.2 Saran

Saran dari penelitian ini adalah: 1. Pengelolaan objek wisata di Pulau Pari Kepulauan Seribu, DKI Jakarta harus mulai menerapkan konsep wisata berwawasan lingkungan, yaitu dengan menerapkan konsep daya dukung kawasan. Pengaturan jumlah trip