III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini terdiri dari teori Indivual Travel Cost Method ITCM dan daya dukung kawasan wisata.
3.1.1 Individual Travel Cost Method ITCM
Biaya perjalanan digunakan untuk menilai manfaat yang diterima dari penggunaan barang dan jasa lingkungan, terutama dalam menilai fasilitas rekreasi.
Biaya perjalanan ini dapat dipakai sebagai pengganti nilai pasar dari suatu lingkungan Adrianto et al, 2004. Jumlah biaya perjalanan ini adalah biaya
pulang pergi ditambah dengan nilai uang yang dihabiskan untuk perjalanan dari rekreasi tersebut.
Nilai tempat wisata, menyangkut waktu dan biaya yang dikorbankan oleh para wisatawan dalam menuju dan meninggalkan tempat wisata tersebut. Semakin
jauh jarak wisatawan ke tempat wisata, akan semakin rendah permintaannya terhadap tempat wisata tersebut. Para wisatawan yang lebih dekat dengan lokasi
wisata tentu akan lebih sering berkunjung ke tempat wisata tersebut dengan adanya biaya yang lebih murah yang tercermin pada biaya perjalanan yang
dikeluarkannya. Dengan begitu, wisatawan yang berasal dari tempat yang jauh dengan biaya perjalanan yang besar akan mendapatkan surplus konsumen yang
rendah, begitu pun sebaliknya Igunawati, 2010. Fungsi permintaan yang dibangun dalam Travel Cost Method TCM
memerlukan asumsi dasar agar penilaian tersebut tidak bias. Menurut Grigalunas dan Congar 1995 dalam Adrianto et al. 2004, pendekatan TCM didasarkan
pada dua asumsi penting, yaitu pengunjung menempuh perjalanan dengan satu tujuan dan pengunjung tidak mendapat manfaat tertentu selama perjalanan,
kecuali manfaat ketika sampai di lokasi yang dituju. Pendekatan TCM dalam kaitannya dengan pengelolaan wilayah pesisir dapat digunakan dalam beberapa
konteks kebijakan seperti manfaat ekonomi apa yang dihasilkan dari pengingkatan kualitas lingkungan dari pembangunan lokasi baru dan seberapa besar biaya
ekonomi yang timbul akibat penutupan sebuah lokasi pantai dari kegiatan pariwisata akibat berubahnya kualitas lingkungan.
Secara umum ada dua teknik sederhana yang digunakan untuk menentukan nilai ekonomi berdasarkan TCM Fauzi, 2006, teknik tersebut adalah:
1. Pendekatan sederhana melalui zonasi
2. Pendekatan Individual Travel Cost Method ITCM dengan menggunakan
data sebagian besar dari survei. Penentuan fungsi permintaan untuk kunjungan ke suatu tempat wisata
dengan pendekatan individual TCM menggunakan teknik ekonometrik. Secara sederhana fungsi permintaan di atas dapat ditulis sebagai berikut Fauzi, 2006:
V
ij
= f C
ij
, T
ij
, Q
ij,
S
ij
, M
i
di mana: V
ij :
jumlah kunjungan oleh individu i ke tempat j C
ij
:biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j
T
ij
:biaya waktu yang diperlukan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j Q
ij :
persepsi responden terhadap kualitas lingkungan dari tempat yang dikunjungi
S
ij
:karakteristik substitusi yang mungkin ada di tempat lain M
i
:pendapatan individu i Nilai ekonomi wisata diestimasi melaui surplus konsumen seperti yang
ditampilkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Surplus konsumen
Surplus konsumen dapat diketahui dengan menghitung luas daerah di bawah kurva permintaan. Sehingga, berdasarkan hal tersebut, maka persamaan surplus
konsumen CS diperoleh segabai berikut: Dengan demikian, nilai ekonomi wisata di Pulau Pari dapat diketahui
dengan mengalikan surplus konsumen dengan jumlah kunjungan selama satu tahun terakhir.
3.1.2 Daya Dukung Kawasan Wisata
Daya dukung kawasan suatu objek wisata merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan objek wisata. Daya dukung kawasan ini
perlu dikembangkan untuk mengurangi dampak-dampak degradasi lingkungan, sehingga kawasan wisata tersebut dapat tetap terjaga kelestariannya.
Menurut Knudson 1980, hal-hal yang mempengaruhi daya dukung suatu kawasan rekreasi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1. Karakteristik sumberdaya alam, seperti geologi dan tanah, topografi,
vegetasi, hewan, iklim dan air. 2.
Karakteristik pengelolaan, seperti kebijakan dan metode pengelolaan. 3.
Karakteristik pengunjung, seperti psikologi, peralatan, perilaku sosial dan pola penggunaan.
Wearing dan Neil 1999 menyatakan bahwa dalam kaitannya dengan kegiatan wisata, daya dukung lingkungan mempunyai tiga elemen yang harus
diperhatikan, yaitu elemen ekologis yang terkait dengan lingkungan alamiah destinasi wisata; sosiokultural, terkait dengan dampak wisata terhadap masyarakat
dan budayanya; serta fasilitas yang terkait dengan kebutuhan wisatawan. Batasan daya dukung untuk jumlah wisatawan merupakan jumlah individu yang dapat
didukung oleh satuan luas sumber daya dan lingkungan dalam keadaan sejahtera. Daya tampung dan pengembangan fasilitas sebaiknya menperhatikan daya dukung
sebagai batas pemanfaatan. Daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata dirumuskan sebagai berikut Yulianda, 2007:
DDK =
keterangan: DDK : Daya Dukung Kawasan
K : Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area
Lp : Luas areapanjang area yang dapat dimanfaatkan
Lt : Unit area untuk kategori tertentu
Wt : Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari
WP : Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Pulau Pari memiliki panorama alam dan bawah laut yang sangat indah. Kondisi perairan yang bersih dan berpasir putih dengan kemiringan pantai yang
landai sangat mendukung bagi kegiatan wisata snorkling dan wisata pantai. Keberadaan Pantai Pasir Perawan yang saat ini menjadi wisata unggulan Pulau
Pari merupakan salah satu daya tarik bagi wisatawan. Hal ini mengakibatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pulau Pari semakin meningkat.
Seiring dengan meningkatnya jumlah kunjungan ke Pulau Pari, semakin banyak pula penawaran jasa wisata ke Pulau Pari. Selain itu, para penduduk juga
turut menawarkan pelayanan jasa wisata. Berdasarkan hal tersebut, aktivitas wisata di Pulau Pari diduga memberikan manfaat ekonomi bagi operator wisata
dan juga masyarakat, namun peningkatan jumlah kunjungan ke Pulau Pari dalam jangka panjang juga dapat berpotensi melebihi daya dukung kawasan di wilayah
tersebut. Kondisi pengelolaan wisata di Pulau Pari saat ini belum menerapkan konsep
wisata berwawasan lingkungan, seperti pengaturan jumlah pengunjungjumlah trip yang disesuaikan dengan daya dukung kawasan. Hal ini perlu menjadi perhatian,
mengingat Pulau Pari yang juga merupakan tempat penelitian dan konservasi terumbu karang. Oleh karena itu, Pulau Pari harus tetap terjaga kelestariannya.
Lokasi wisata di Pulau Pari dianalisis dengan menggunakan Indeks Kesesuaian Wisata IKW untuk aktivitas wisata snorkling dan wisata pantai yang
kemudian dihitung daya dukungnya. Berdasarkan aktivitas wisata tersebut kemudian dilakukan estimasi nilai ekonomi wisata menggunakan metode biaya