Analisa Univariat HASIL PENELITIAN

Tabel 5.6 menunjukan sebagian besar ibu tidak melakukan Inisiasi menyusui dini dengan benar sebanyak 73,8 dan hanya 26,2 saja yang melakukan inisiasi menyusui dini dengan benar. g. Jenis Anastesi Tabel 5.7 Distribusi frekuensi jenis anastesi yang digunakan ibu operasi sectio caesarea di RSU kab. Tangerang dan RS Swasta Depok Tahun 2016 Anastesi Frekuensi n=65 Presentase Anastesi spinal 62 95,4 Anastesi Total 3 4,6 Total 65 100,0 Tabel 5.7 menjelaskan bahwa anastesi spinal lebih banyak digunakan ibu yaitu sebanyak 95,4 dan hanya 4,6 responden yang menggunakan anastesi total. h. Kondisi bayi Tabel 5.8 Distribusi frekuensi kondisi bayi dengan ibu sectio caesarea di RSU kab. Tangerang dan RS Swasta Depok Tahun 2016 Kondisi Frekuensi n=65 Presentase BBLR 1 1,5 Baik 64 98,5 Total 65 100,0 Tabel 5.8 menunjukan sebagian besar bayi lahir dalam kondisi baik sebanyak 98,5 dan hanya 1,5 yang lahir dalam kondisi BBLR. i. Menyusui untuk pertama kalinya Tabel 5.9 Distribusi frekuensi waktu pertama kali ibu sectio caesarea menyusui bayinya di RSU kab. Tangerang dan RS Swasta Depok Tahun 2016 Pertama kali menyusui Frekuensi n=65 Presentase Kurang dari 3 jam 21 32,3 3-24 jam 19 29,2 Hari kedua 18 27,7 Lebih dari hari kedua 7 10,8 Total 65 100,0 Tabel 5.9 menunjukan sebagian besar ibu menyusui bayinya kurang dari 3 jam setelah persalinan yaitu 32,3 dan 10,8 menyusui bayinya lebih dari hari kedua setelah persalinan. j. Pengeluaran ASI Tabel 5.10 Distribusi frekuensi hari keberapa ASI mulai keluar setelah persalinan di RSU kab. Tangerang dan RS Swasta Depok Tahun 2016 Pengeluaran ASI Frekuensi n=65 Presentase Hari pertama 33 50,8 Hari kedua 19 29,2 Lebih dari hari kedua 13 20,0 Total 65 100,0 Tabel 5.10 menunjukan lebih banyak ibu ASI nya sudah keluar di hari pertama sebanyak 50,8 dan hanya 20,0 yang ASI keluar lebih dari hari kedua. k. Skala nyeri di kedua Rumah Sakit Tabel 5.11 Distribusi frekuensi skala nyeri luka operasi yang dirasakan di hari pertama di RSU kab. Tangerang dan RS Swasta Depok Tahun 2016 Skala nyeri Frekuensi n=65 Presentase Ringan 5 7,7 Sedang 26 40,0 Berat 34 52,3 Total 65 100,0 Tabel 5.11 menunjukan pada hari pertama lebih banyak ibu mengalami nyeri skala berat 52,3 dan hanya sebanyak 7,7 mengalami nyeri skala ringan. Tabel 5.12 Distribusi frekuensi skala nyeri luka operasi yang dirasakan di hari kedua di RSU kab. Tangerang dan RS Swasta Depok Tahun 2016 Skala nyeri Frekuensi n=65 Presentase Ringan 12 18,5 Sedang 44 67,7 Berat 9 13,8 Total 65 100,0 Tabel 5.12 menunjukan pada hari kedua sebagian besar ibu mengalami nyeri skala sedang sebanyak 67,7 dan hanya 13,8 yang mengalami nyeri skala berat. Tabel 5.13 Distribusi frekuensi skala nyeri luka operasi yang dirasakan di hari ketiga di RSU kab. Tangerang dan RS Swasta Depok Tahun 2016 Skala nyeri Frekuensi n=65 Presentase Ringan 30 46,2 Sedang 34 52,3 Berat 1 1,5 Total 65 100,0 Tabel 5.13 menunjukan pada hari ketiga lebih banyak responden 52,3 mengalami nyeri skala sedang dan 1,5 mengalami nyeri skala berat. l. Pengaruh nyeri operasi Tabel 5.14 Distribusi frekuensi pengaruh nyeri dalam mengganggu proses pemberian ASI di RSU kab. Tangerang dan RS Swasta Depok Tahun 2016 Pengaruh Nyeri Frekuensi n=65 Presentase Ya 10 15,4 Tidak 55 84,6 Total 65 100,0 Tabel 5.14 menunjukan sebanyak 15,4 merasakan bahwa nyeri bekas luka operasi mengganggu dalam proses pemberian ASI namun sebagian besar ibu merasa nyeri tidak berpengaruh dalam proses pemberian ASI sebesar 84,6. m. Rooming in Tabel 5.15 Distribusi frekuensi Rooming In Ibu-Bayi di RSU kab. Tangerang dan RS Swasta Depok Tahun 2016 Rooming In Frekuensi n=65 Presentase Tidak 42 64,6 Ya 23 35,4 Total 65 100,0 Tabel 5.15 menunjukan lebih banyak ibu tidak bersama dengan bayi nya pada hari pertama setelah persalinan yaitu sebanyak 64,6 dan hanya 35,4 bersama dengan bayinya selama 24 jam pada hari pertama. n. Gambaran pemberian ASI pada ibu dengan rawat gabung: waktu dan cara pemberian ASI Tabel 5.16 Distribusi frekuensi pemberian asi pada bayi dengan Rooming in di RSU kab. Tangerang dan RS Swasta Depok Tahun 2016 Menyusui Roming in Tidak Ya N N Menyusui 14 33,3 21 91,3 Tidak Menyusui 28 66,7 2 8,7 Total 42 100,0 23 100,0 Tabel 5.16 menunjukan sebagian besar ibu akan menyusui bayinya jika bayi berada satu ruangan dengannya yaitu sebanyak 91,3 dan sebagian besar ibu memilih untuk tidak menyusui bayinya ketika tidak berada satu ruangan dengannya yaitu sebesar 66,7. Tabel 5.17 Distribusi frekuensi waktu pemberian asi pada bayi dengan Rooming in di RSU kab. Tangerang dan RS Swasta Depok Tahun 2016 Roming in Waktu Pemberian asi Sesuai keinginan bayi Sesuai jadwal rumah sakit N N Tidak 0,0 14 100,0 Ya 21 100,0 0,0 Total 21 100,0 14 100,0 Tabel 5.17 menunjukan bayi yang tidak satu ruangan dengan ibu akan menyusui sesuai jadwal dari RS dan untuk ibu yang satu ruangan dengan bayi akan menyusui kapanpun bayi menginginkan. Tabel 5.18 Distribusi frekuensi cara pemberian ASI pada bayi dengan Rooming in di RSU kab. Tangerang dan RS Swasta Depok Tahun 2016 Roming in Cara pemberian asi Langsung Tidak langsung N N Tidak 13 38,2 1 100,0 Ya 21 61,8 0,0 Total 34 100,0 1 100,0 Tabel 5.18 menunjukan bahwa responden yang menyusui secara langsung lebih banyak terjadi jika ibu dan bayi berada dalam satu ruangan yang sama yaitu sebanyak 61,8 sedangkan semua ibu yang menyusui tidak langsung tidak berada dalam satu ruangan yang sama dengan bayi. o. Gambaran Nyeri dapat mengganggu terhadap waktu pertama kali menyusui Tabel 5.19 Distribusi frekuensi waktu pertama kali menyusui terhadap nyeri post operasi di RSU kab. Tangerang dan RS Swasta Depok Tahun 2016 Waktu pertama menyusui Nyeri post operasi Mengganggu Tidak mengganggu N N 3 jam 2 20,0 19 34,5 3-24 jam 4 40,0 15 27,3 Hari kedua 3 30,0 15 27,3 Lebih dari hari kedua 1 10,0 6 10,9 Total 10 100,0 55 100,0 Dari tabel 5.19 menunjukan ibu yang merasa terganggu dengan nyeri nya lebih banyak memberikan ASI nya pada 3-24 jam setelah persalinan yaitu sebanyak 40 dan untuk ibu yang tidak merasa nyeri mengganggu dalam proses pemberian ASI lebih banyak menyusui pertama kali kurang dari 3 jam setelah melahirkan yaitu sebanyak 34,5. p. Gambaran skala nyeri terhadap waktu pengeluaran ASI setelah persalinan Tabel 5.20 Distribusi frekuensi skala nyeri hari pertama terhadap waktu pengeluaran ASI setelah persalinan di RSU kab. Tangerang dan RS Swasta Depok Tahun 2016 Tabel 5.20 menunjukkan pada hari pertama pengeluaran ASI lebih banyak terjadi pada responden yang mengalami nyeri berat di hari pertama yaitu sebanyak 51,5 untuk responden yang pengeluaran ASI nya terjadi di hari kedua juga mengalami nyeri berat di hari pertama sebanyak 63,2 dan untuk responden yang ASI nya keluar lebih dari hari kedua sama antara nyeri skala sedang dan skala berat yang dialami yaitu masing-masing sebanyak 38,5. Skala nyeri hari pertama Waktu pengeluaran ASI Hari pertama Hari kedua Lebih dari hari kedua N N N Ringan 2 6,1 0,0 3 23,1 Sedang 14 42,4 7 36,8 5 38,5 Berat 17 51,5 12 63,2 5 38,5 Total 33 100,0 19 100,0 13 100,0 Tabel 5.21 Distribusi frekuensi skala nyeri hari kedua terhadap waktu pengeluaran ASI setelah persalinan di RSU kab. Tangerang dan RS Swasta Depok Tahun 2016 Tabel 5.21 menunjukkan menunjukkan pada skala nyeri hari kedua pengeluaran ASI pada hari pertama lebih banyak terjadi pada ibu yang mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 66,7 untuk pengeluaran ASI di hari kedua lebih banyak terjadi pada ibu yang mengalami nyeri skala sedang yaitu sebanyak 89,5 dan untuk responden yang ASI nya keluar di lebih dari hari kedua terjadi pada ibu yang mengalami nyeri skala ringan dan skala berat yaitu masing-masing sebanyak 38,5. Skala nyeri hari kedua Waktu pengeluaran ASI Hari pertama Hari kedua Lebih dari hari kedua N N N Ringan 6 18,2 1 5,3 5 38,5 Sedang 22 66,7 17 89,5 5 38,5 Berat 5 15,2 1 5,3 3 23,1 Total 33 100,0 19 100,0 13 100,0 Tabel 5.22 Distribusi frekuensi skala nyeri hari ketiga terhadap waktu pengeluaran ASI setelah persalinan di RSU kab. Tangerang dan RS Swasta Depok Tahun 2016 Tabel 5.22 menunjukkan pada skala nyeri hari ketiga pengeluaran ASI setelah melahirkan terbanyak di hari pertama yaitu 54,5 di kategori nyeri sedang. untuk yang pengeluaran ASInya terjadi pada hari kedua setelah melahirkan yaitu 52,6 untuk kategori nyeri sedang.untuk responden yang pengeluaran ASI nya terjadi setelah lebih dari hari kedua setelah melahirkan lebih banyak terjadi pada kategori nyeri ringan yaitu sebanyak 53,8. Skala nyeri setelah hari kedua Waktu pengeluaran ASI Hari pertama Hari kedua Lebih dari hari kedua N N N Ringan 14 42,4 9 47,4 7 53,8 Sedang 18 54,5 10 52,6 6 46,2 Berat 1 3,0 0,0 0,0 Total 33 100,0 19 100,0 13 100,0 q. Gambaran waktu pemberian ASI terhadap pengeluaran ASI Tabel 5.23 Distribusi frekuensi waktu pertama kali menyusui terhadap waktu pengeluaran ASI di RSU kab. Tangerang dan RS Swasta Depok Tahun 2016 Dari tabel 5.23 menunjukkan responden yang ASI nya keluar di hari pertama lebih banyak menyusui bayinya pada kurang dari 3 jam setelah persalinan yaitu 45,5, untuk responden yang pengeluaran ASI nya terjadi di hari kedua lebih banyak menyusui bayinya pada hari kedua yaitu 57,9 dan untuk responden yang ASI nya keluar di lebih dari hari kedua lebih banyak menyusui bayi nya saat hari kedua atau lebih dari hari kedua yaitu masing-masing sebanyak 30,8. Menyusui pertama kali Waktu pengeluaran ASI Hari pertama Hari kedua Lebih dari hari kedua N N N 3 jam 15 45,5 3 15,8 3 23,1 3 – 24 jam 13 39,4 4 21,1 2 15,4 Hari kedua 3 9,1 11 57,9 4 30,8 Lebih dari hari kedua 2 6,1 1 5,3 4 30,8 Total 33 100,0 19 100,0 13 100,0 r. Gambaran jenis obat anastesi terhadap pemberian ASI Tabel 5.24 Distribusi frekuensi jenis obat anastesi yang digunakan terhadap pemberian ASI di RSU kab. Tangerang dan RS Swasta Depok Tahun 2016 Menyusui Jenis anastesi anastesi total anastesi spinal N N 3 jam 0,0 21 33,9 Lebih dari 3 jam 3 100,0 41 66,1 Total 3 100,0 62 100,0 Tabel 5.24 menunjukan semua bayi dengan ibu yang dilakukan bius total akan menyusui lebih dari 3 jam yaitu sebanyak 100 untuk yang dilakukan bius spinal sebanyak 33,9 menyusui kurang dari 3 jam namun lebih banyak yang menyusui lebih dari 3 jam yaitu sebanyak 66,1. s. Gambaran kondisi bayi terhadap pemberian ASI Tabel 5.25 Distribusi frekuensi kondisi bayi terhadap waktu pemberian ASI di RSU kab. Tangerang dan RS Swasta Depok Tahun 2016 Menyusui Kondisi Bayi BBLR BAIK N N 3 jam 0,0 21 32,8 Lebih dari 3 jam 1 100,0 43 67,2 Total 1 100,0 64 100,0 Dari tabel 5.25 menunjukan semua bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah BBLR cenderung disusui lebih dari 3 jam setelah persalinan 100 dan tidak ada yang menyusui kurang dari 3 jam setelah persalinan. berbeda dengan bayi yang lahir dengan kondisi baik mayoritas sebanyak 67,2 disusui lebih dari 3 jam setelah persalinan namun masih ada yang menyusui kurang dari 3 jam yaitu sebanyak 32,8. 66

BAB VI PEMBAHASAN

Bab ini akan menjelaskan hasil penelitian dan keterbatasan dari penelitian. Interpretasi hasil akan membahas mengenai hasil penelitian yang dikaitkan dengan teori yang ada pada tinjauan pustaka, sedangkan untuk keterbatasan penelitian akan memaparkan keterbatasan yang terjadi selama penelitian.

A. Gambaran pelaksanaan IMD pada ibu sectio caesarea

Pelaksanaan IMD di rumah sakit masih belum maksimal, berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebanyak 73,8 bayi tidak diberi kesempatan untuk melakukan IMD dengan ibunya, sedangkan sebesar 26,2 dapat melaksanakan IMD dengan benar dan tepat. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Revi 2015 yang menuturkan bahwa dalam pelaksanaannya hanya sedikit ibu yang melakukan IMD yaitu hanya sekitar 33,3. Berbeda dengan apa yang didapatkan oleh Raditya 2014 dalam penelitiannya sebagian besar bayi mendapatkan perlakukan IMD sebanyak 85. Beberapa faktor yang berkaitan dengan terhambatnya pelaksanaan IMD diantaranya adalah faktor ibu,faktor bayi dan petugas kesehatan.faktor ibu berkaitan dengan persalinan operasi yang menggunakan bius total yang berakibat tidak terlaksananya perlakuan IMD pada bayi. Faktor bayi dikarenakan kondisi bayi yang menyebabkan bayi langsung dibawa keruangan lain atau bayi yang dibersihkan terlebih dahulu oleh petugas sebelum akhirnya diberikan ke ibu, lalu ada faktor dari petugas kesehatan pelaksanaan IMD sangat bergantung dari peran tenaga kesehatan, jika pengetahuan petugas tentang pemberian ASI benar dan memfasilitasi ibu untuk segera melakukan IMD maka diharapkan pelaksanaan IMD dapat terlaksana Budi puji,2013. Ada pula persepsi petugas yang hanya meletakan bayi di dada ibu tanpa membiarkan bayi berupaya mencari sendiri puting susu ibunya namun sudah mengganggap bahwa itu adalah pelaksanaan IMD Yuliarti, 2010. Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini dari Wiwik, Hariani dan Suhartatik tahun 2012 tentang faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini IMD adalah adanya hubungan antara kesiapan ibu, dukungan tenaga kesehatan dan keadaan puting susu ibu dengan keberhasilan pelaksanaan IMD. Perlunya mempersiapkan ibu, tenaga kesehatan dan perawatan payudara sedini mungkin sebelum persalinan untuk meningkatkan kemungkinan pelaksanaan IMD bagi bayi baru lahir.

B. Gambaran waktu pertama kali ibu memberikan ASI nya

Waktu pemberian ASI pertama kali yang dilakukan oleh ibu post sectio caesarea bervariasi namun dalam penelitian ini mayoritas responden yaitu 32,3 waktu pelaksanaan pemberian ASI nya kurang dari 3 jam setelah persalinan, 29,2 memberikan ASI nya 3-24 jam setelah persalinan, 27,7 memberikan ASI pada hari kedua setelah persalinan dan minoritas sebanyak 10,8 memberikan ASI nya setelah hari kedua persalinan. Penelitian sejalan yang dilakukan oleh Fitriani 2011 mengemukakan bahwa mayoritas ibu menyusui terjadi pada hari pertama dan minoritas memberikan pada hari keempat. Hal ini dapat terjadi karena ibu yang melahirkan dengan cara sectio caesarea terbukti lebih lama dalam memberikan ASI nya dibanding dengan ibu yang melahirkan normal Prior,Gale,Philips, 2012 perbedaan waktu menyusui bisa terjadi akibat jenis pembiusan, obat yang dikonsumsi dan fasilitas rooming in di tempat pelayanan. Pada bayi dengan nilai apgar score baik dapat segera dilakukan IMD dan dapat langsung dilakukan rawat gabung pada hari pertama Sidi, Suradi Masoara, 2009 sehingga tidak terjadi penundaan dalam pemberian ASI. Pemberian ASI segera setelah persalinan dapat merangsang pengeluaran hormon prolaktin dan oksitosin sehingga dapat meningkatkan pengeluaran ASI Bahiyatun, 2009 sehingga tidak perlu adanya tambahan pemberian susu formula terutama bayi yang baru lahir. Hubungan Inisiasi Menyusui Dini dapat mempengaruhi pengeluaran ASI dapat terjadi karena bayi yang langsung menyusui segera setelah lahir akan merangsang hormon prolaktin yang akan menurun satu jam setelah persalinan akibat lepasnya plasenta, hisapan bayi akan merangsang ke kelenjar pituitari bagian depan untuk mengaktifkan prolaktin yang akan merangsang sel-sel alveoli untuk mengembang dan memproduksi susu. Bayi yang tidak segera menghisap puting segera akan membuat hormon prolaktin akan terus turun sehingga ASI akan lebih sulit keluar Bobak, 2005. Dampak IMD bagi bayi juga dapat memberikan makanan segera setelah bayi keluar yang dapat memberikan kekebalan pasif, mencegah bayi kehilangan panas karena saat IMD suhu tubuh ibu akan menjaga bayi tetap hangat dapat membantu melatih refleks menghisap bayi serta mendekatkan hubungan antara ibu dan bayi Ambarwati, 2008. Waktu Pemberiaan ASI yang dilakukan setelah hari kedua masih ditemukan walaupun hanya 10,8 yang memberikan ASI nya lebih dari dua hari setelah persalinan, namun hal ini dapat mempengaruhi kesehatan bayi, pasalnya bayi yang disusui pada lebih dari hari kedua hanya akan mendapatkan sedikit manfaat dari kolostrum karena kolostrum hanya disekresi kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-3 setelah persalinan dan komposisi dari kolostrum akan selalu berubah dari hari kehari padahal kolostrum merupakan pencahar ideal untuk membersihkan meconium dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi, serta membantu dalam memberikan sistem imun bagi bayi, kolostrum juga lebih banyak mengandung protein dibandingkan dengan ASI yang matur, kadar karbohidrat dan lemak yang lebih rendah dibanding ASI matur Bahiyatun,2009.

C. Gambaran nyeri paska operasi yang dirasakan ibu terhadap pemberian

ASI Nyeri yang dirasakan ibu pada hari pertama lebih dari setengah responden mengalami nyeri berat yaitu sebanyak 52,3, sedangkan yang mengalami nyeri sedang sebanyak 40 dan yang mengalami nyeri ringan ada 7,7 dari hasil didapatkan skala nyeri yang dirasakan ibu tertinggi di hari pertama adalah nyeri skala berat. Nyeri yang dirasakan di hari kedua dalam sekala ringan ada sebanyak 18,5, untuk yang mengalami nyeri sedang ada sebanyak 67,7 dan untuk yang mengalami skala nyeri berat ada sebanyak 13,8. Berbeda dengan hari pertama, untuk hari kedua lebih banyak responden merasakan nyeri skala sedang. Nyeri yang dirasakan di hari ketiga ada sebanyak 46,2 yang mengalami nyeri ringan, 52,3 mengalami nyeri sedang dan 1,5 yang mengalami nyeri berat, sama seperti hari kedua mayoritas responden merasakan nyeri berat pada hari ketiga. Persalinan dengan cara operasi memiliki salah satu efek samping yaitu nyeri, penelitian yang dilakukan Desmawati 2013 menyebutkan Nyeri berat yang dialami ibu post sectio caesareamenjadi salah satu faktor yang dapat memperlambat pengeluaran ASI. Semakin tinggi nyeri yang dialami ibu post partum sectio caesarea, semakin lambat pengeluaran ASI. Nyeri yang dialami dapat berakibat ibu enggan untuk menyusui bayinya sesegera mungkin dan lebih memilih berfokus pada dirinya sendiri.